Rukun Iman



BAB I
PENDAHULUAN
    Latar Belakang

Dasar iman orang-orang islam adalah ada enam iman yang harus selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan harus diyakini. Sesungguhnya, bagaimanapun besar kekuatan yang ada di jagat raya ini, ia dapat ditundukkan oleh satu kekuatan sepele yang diiringi oleh kemauan yang kuat, yang dilandasi oleh pengusaan terhadap seba-sebab penaklukan dan pengendalian terhadap kekuatan penghambat. Inilah yang dinamakan hukum alam kontinu.
Suatu akidah yang bersih lagi hak, jika telah melekat dengan mantap pada seseorang, pastilah membuat segala perilaku kehidupannya menjadi istiqamah. Dan, jika aqidah yang bersih lagi hak telah menaungi suatu masyarakat, maka akan tegaklah masyarakat tadi dan sanggup mencapai kesempurnaan puncak kemanusiaan.


    Rumusan Masalah
1.      Keesaan Allah
2.      Iman kepada malaikat
3.       iman kepada para Nabi dan Rasul
4.      Iman Kepada Kitab-kitab Allah
5.      Iman kepada hari akhir
6.      Iman kepada hari akhir






BAB II
PEMBAHASAN
A.     Keesaan Allah SWT
Tauhid atau keesaan Allah memainkan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Tauhid memjadi pemancar kabaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kadar keselamatan di akhirat berbanding lurus dengan kadar keyakinan dalam tauhid. Begitu pula halnya dengan keridhaan Allah di dunia dan di akhirat. Dunia adalah tempat pengujian dan akhirat adalah tempat pembalasan.
Ada lima tingkatan  dalam Tauhid, pertama, Tauhid dalam zat, yaitu Allah adalah satu, tidak mempunyai sekutu dan tandingan, tidak ada sesuatu pun ang serupa dengan-Nya. Kedua, Tauhid dalam sifat, bahwa Allah adalah maha sempurna dan maha tinggi. Meskipun Allah menyandang berbagai macam sifat, kuantitas berbagai sifat itu muncul melalui pemahaman akal bukan melalui pengungkapan Zat dan realitas eksternal. Sifat itu adalah” esensi yang berdiri sendiri”. Ketiga,Tauhid dalam perbuatan, yaitu seorang mukmin hendaknya meyakini bahwa Allah telah menciptakansegala sesuatu, segenap aturan, dan berbagai karakteristiknya masing-masing. Keempat, Tauhid dalam ibadah yaitu ibadah yang hanya diperuntukkan kepada Allah SWT. Kelima,Tauhid dalam kekuasaan hokum, yaitu pembuatan segala jenis hokum yang bertentangan dengan hokum-hukum Allah adalah dosa. Namun, pembuatan rincian hukum-hukum mengenai berbagai aturan yang telah dijelaskan oleh syariat secara global adalah hak manusia.[1]

B.     Iman kepada malaikat
Banyak riwayat shahih menunjukkan bahwa orang-orang mukmin yang muttaqin dapat berjumpa dengan malaikat dalam keadaan tertentu. diantara riwayat shahih yang menegaskan hal tersebut adalah kisah Handhalah bin Rabi’i RA diriwayatkan pada suatu hari Handhalah mnejelaskan kepada rsulullah bahwa ia lupa pelajaran apa yang didengarnya dari majlis Rasulullah. Ketika itu Rasul menjelaskan tentang surga dan neraka,karena sepulang kerumah,ia bercanda dan bercengkrama bersama keluarganya,Handhalah mengira bahwa yang demikian itu termsuk munafiq. Lalu,bersabdalah Rasulullah,” hai Handhalah! Sekiranya engkau senantiasa dalam keadaan sepertisaat berada dalam majlisku, maka engkau akan dihormati oleh malaikat di tempat tidurmu dan di jalan yang kamu lalui.akan tetapi,wahai Handhalah, sesekali begini, dan sesekali yang lain (beliau mengucapkannya 3 kali)”(HR.Muslim dan Tirmidzi).[2]
a.       Hakekat malaikat dan sifat-sifatnya
1.      Malaikat diciptakan dari cahaya
2.      Malaikat kadang-kadang bersama kita,tetapi kita tidak menyadarinya.sering terjadi malaikat datang dan duduk brsama dalam majlis Rasulullah,sedaang orang dalm majlis itu tidak mengetahuinya.dikisahkan dalam sebuah hadis dari Abi Salamah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim bahwa Aisyah r.a. berkata, “sesungguhnya Rasulullah bersabda, ‘Wahai, Aisyah, inilah Jibril a.s. telah datang dan mengucapkan salam kepadamu’ Aisyah menjawab,’semoga keselamatan dan rahmat Allah senantiasa diberikan kepadanya. Dia melihat-(ku) sedang aku tidak melihatnya.’’’ (Muttafaq ‘alaiIh)
3.      Malaikat dapat mengubah-ubah wujud dan bentuk badannya.
a.       Berwujud manusia yang tidak dikenal
b.      Berwujud manusia yang dikenal
4.      Memiliki kemampuan dengan seizin-Nya untuk melakukan perbuatan yang menyalahi kebiasaan mereka, juga melakukan pekerjaan yang melebihi kelebihannya.
5.      Sifat malaikat adalah patuh,taat kepada Allah.
6.      Para malaikat senantiasa bertaqarub kepada Allah dan memuliakan-Nya.
7.      Para malaikat tidak menikah dan tidak pula mempunyai keturunan.
8.      Malaikat dijadikan Allah sebagai penyampai wahyu kepada para nabi Allah yang berupa syariat, atau melakukan peran lain yang diperintahkan.
9.      Para malaikat dapat naik dan turun antara langit dan bumi tanpa terpengaruh oleh daya tarik dan tanpa terhalang oleh apapun
10.  Para malaikat sangat takut kepada Allah sekalipun mereka tidak melakukan maksiat dan mereka senangtiasa menjalankan ibadah
11.  Para malaikat diciptakan sebelum penciptaan manusia
12.  Para malaikat memiliki sayap
b.      Jumlah malaikat
Adapun jumlah malaikat secara pasti tidak dpat diketahui oleh seluruh mahluka Allah,yang demikian disebabkan oleh sangat banyak jumlahnya, dan Allah telah menyatakan dalam sebuah firman Nya bahwa para malaikat tersebut adalah bagai tentara-tentara Allah. Tidak ada yang mengenali jumalhnya kecuali dia.firman Nya
4........ $tBur ÞOn=÷ètƒ yŠqãZã_ y7În/u žwÎ) uqèd 4....... ÇÌÊÈ  
“... Dan tidak ada yang mengetahui tentara tuhannya melainkan Dia sendiri...”(Almuddatstsir :31).[3]
c.  Nama dan tugas Malaikat
1. Malaikat jibril as bertugas sebagai penyampai wahyu Allah kepada para Nabi-Nya
2. Malaikat Israfil as bertugas sebagai pengemban meniup sangkakala
3. Malaikat Mikail as bertugas membagi rezeki
4. Malaikat Izrail as bertugas mencabut nyawa
5. malaikat Ridwan as bertugas menjaga surga
6. Malaikat Malik as bertugas menjaga neraka
7. Malaikat Rokib dan Atid bertugas mencatat amal baik dan buruk manusia
8. Malaikat munkar dan nakir bertugas memberi pertanyaan di alam kubur.
B. iman kepada para Nabi dan Rasul
Iman kepada Allah swt tidak terlpas dari iman kepada rasul-rasul Nya,sebab merupakan bagian dari iman kepada Allah membenarkan semua bentuk dukungan Rabbani.tidak mungkin wahyu datang dari-Nya kecuali disampaikan kepada para rasul-Nya, sebagai penyampai syariat dan agama-Nya dengan benar,
b. makna Nubuwah,risalah,Nabi dan rasul
                        an-nubuwah dalam bahasa Arab diambil dari akar kata An-naba yang maknanya ‘berita’ atau (alkabar), atau diambil dari akar kata an-nabwah ‘sesuatu yang tinggi dari permukaan bumi‘, jika sesuatu itu meninggi, maka dikatakan “naba-a asy-syaiu”.
Adapun menurut istilah syari’at, an-nubuwwah adalah penunjuk ataunpemilihan Allah terhadap salah seorang dari hambaNya dengan memberinya wahyu. Makna ini sangat relevan dan cocok dengan makna dari segi bahasa. Dengan redaksi lain, definisi nabi adalah ‘hamba (manusia) yang dipilih Allah dan diberiNya wahyu’.
                                    Ar-Risalah didalam bahasa Arab bermakna ‘pengarahan dengan perintah tertentu’. Dengan demikiaan, seorang berarti ‘orang yang mengikuti berita yang diperintahkan kepadanya’ atau menjalankan apa yang diperintahkan pengutusnya.
Adapun definisi menurutt syari’at adalah ‘beban (taklif)  berupa syari’atNya yang Allah letakan kepada para nabiNya untuk disampaikan kepada umat manusia’. Dengan redaksi lain, nabi adalah orang atau hamba  yang dibebani syari’at Allah untuk disampaikan kepada umat manusia.
            Dari penjelasan dan penuturan nash-nash Al-Qur’an mengenai nabi dan rosul tersebut, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1.      Kenabiaan dan kerasulan merupakan anugrah dan hasil pemilihan oleh Allah SWT secara murni. Ia tidak dapat dirih oleh siapa pun melalui kerja keras, belajar, atau melakukan penelitiaan. Inilah makna hakiki bagi pemilihanNya.
2.      Terdapat perbedaan sifat antara kenabiaan dan kerasulan. Hal ini dapat dipahami berdasarkan nash-nash dari firmanNya,
öä.øŒ$#ur Îû É=»tGÅ3ø9$# #ÓyqãB 4 ¼çm¯RÎ) tb%x. $TÁn=øƒèC tb%x.ur Zwqßu $|Î;¯R ÇÎÊÈ  
Dan , ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Musa didalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi.” (Maryam; 51)
3.      Pemilihan nabi terjadi lebih dahulu daripada pemilihan risalah.
4.      Allah menetapkan kenabian terhadap sebagian utusan-Nya dan tidak membebani mereka dengan kewajiban bertabligh.dengan demikian,dapat kita nyatakan bahwa mereka itu adalah Nabi, bukan Rasul.dalam hubungan ini,tugas Nabi yang tidak diperintahkan untuk bertabligh adalah memberi fatwa sesuai dengan syariat rasul terdahulu.hal demikian dapat kita lihat dengan jelas di dalam Alquran.disana ditegaskan bahwa jabatan mereka adalah nabi dan tidak diperintahkan untuk bertabligh. FirmanNya
öNs9r&  ts? n<Î) Z~yJø9$# .`ÏB ûÓÍ_t/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) .`ÏB Ï÷èt/ #ÓyqãB øŒÎ) (#qä9$s% %cÓÉ<uZÏ9 ãNçl°; ô]yèö/$# $uZs9 $Z6Î=tB ö@ÏF»s)œR Îû È@Î6y «!$# ( tA$s% ö@yd óOçFøŠ|¡tã bÎ) |=ÏGà2 ãNà6øn=tæ ãA$tFÉ)ø9$# žwr& (#qè=ÏG»s)è? ( ÇËÍÏÈ......  
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, Yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk Kami seorang raja supaya Kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang".[4]
a.         Kebutuhan Manusia terhadap Rasul
1.      Bila manusia dalam berbagai aspek hidupnya dibiarkan bebas tanpa bimbingan dan pengaturan, maka ia pasti akan tergelincir kedalam kesesatan karena kuatnya pengaruh insting  dengan berbagai ragamnya menuntut manusia mamenuhui segala kebutuhan dan dorongannya. Oleh karena itu, manusia memerlukan rasul untuk menjelaskan dan membimbing mereka. Karena alasan itulah Allah mengutusn para rasulNya kepada umat manusia dengan kebijakanNya.
2.      Tidaklah mungkin umat  manusia mengetahui perintah Allah laranganNya, serta batasan halal dan haram kecuali melalui wahyu yang  diturunkan Allah kepada para Rasul. Firman Allah
Wxß tûïÎŽÅe³t6B tûïÍÉYãBur žxy¥Ï9 tbqä3tƒ Ĩ$¨Z=Ï9 n?tã «!$# 8p¤fãm y÷èt/ È@ߍ9$# 4 tb%x.ur ª!$# #¹ƒÍtã $VJŠÅ3ym ÇÊÏÎÈ  
 (mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (an-Nisa;165).
b.    Tugas Rasul
1.      Sebagai penyampai sifat Rabbani kepada manusia.
2.      Menjelaskan makna nash yang diturunkan kepada umat.
3.      Menuntut umat kepada kebaikan dan mewanti-wanti mereka agar menghindari keburukan.
4.      Mendidik manusia dengan metode syariat Rabbani.

C.    Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Al kitab, secara bahasa adalah bentuk dari ka-ta-ba, sama halnya denagn al-katbu yang berarti mengumpulkan/menyatukan kulit yang sudah dimasak dengan cara menjahitnya, menyusun satu huruf dengan lainnya (menyusun kalimat). Al kitab menurut syar’i adalah firman-firman Allah, yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya guna disampaikan kepada manusia.
a.       Kebutuhan manusia akan kitab samawi
1.      Agar kitab yang diturunkan Allahkepada Rasul-Nya menjadi rujukan bagi umatnya sepanjang zaman
2.      Agar kitab tersebut dijadikan hakim pemberi keputusan yang adil pada setiap perkara
3.      Agar kitab tersebut dijadikan penjaga akidah, dan syariat
4.      Agar kitab berperan penjaga risalah dan dakwah rasul.
b.      Kitab-kitab samawi yang wajib diimani
1.      Al qur’an
2.      Shahifah Ibrahim
3.      Taurat
4.      Zabur
5.      Injil. [5]

D.    Iman kepada hari akhir
Alquran turun dengan menunjukkan berbagai realitas yang terungkap 14 abad kemudian. Dalam banyak surat, alquran menyebutkan bahwa bintang di angkasa mempunyai awa dan akhir. Semua bintang diciptakan dan akan mati. Alquran membatasi cara kematian bintang itu dalam bentuk jatuh dan padam. Allah berfirman dalam QS. At takwir ayat 1-2
#sŒÎ) ߧ÷K¤±9$# ôNuÈhqä. ÇÊÈ   #sŒÎ)ur ãPqàfY9$# ôNuys3R$# ÇËÈ  
 Apabila matahari digulung, apabila bintang-bintang berjatuhan”

a.                   Kewajiban beriman kepada hari akhir
Allah telah berfirman;
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãYÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur É=»tFÅ3ø9$#ur Ï%©!$# tA¨tR 4n?tã ¾Ï&Î!qßu É=»tFÅ6ø9$#ur üÏ%©!$# tAtRr& `ÏB ã@ö6s% 4 `tBur öàÿõ3tƒ «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÌÏÈ  


“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah jauh tersesat” (QS. An nisa’ : 136)
b.                    Nama-nama hari akhir dan maknanya
1.      Yaumul-Ba’ats, hari kebangkitan
2.      Yaumul-Khuruj, hari keluar
3.      Yaumul-Qiyaamah, hari kiamat
4.      Yaumul-Din, hari penadilan
5.      Yaumul-Fashl, hari pemisahan
6.      Yaumul-Hasyr, hari dikumpulkan
7.      Yaumul-Jam, hari dikumpulkan
8.      Yaumul-Hisab, hari perhitungan
9.      Yaumul-Waiid, hari ancaman
10.  Yaumul-Hasrah, hari kerugian
11.  Yaumul-Khulud, hari yang kekal
Sebelas nama di atas dikaitkan dengan kaya yaum yang merupakan kata keterangan yang menunjukkan waktu, ada nama yang lain yang dikaitkan dengan ad-dar yang merupakan kata keterangan tempat, yaitu;
1.               Dar al-Aakhirah, kampung kiamat
2.               Dar al-Qaraar, tempat tinggal abadi
3.               Dar al-Khulud, tempat kabadian.[6]
c.                    Tanda-tanda hari kiamat
1.      Keluarnya Dajjal
2.      Turunnya nabi Isa as
3.      Dibangkitkannya kabih Ma’jus dan Ya’jus
4.      Kesejahteraan merebak di seluruh penjuru bumi untuk beberapa waktu
5.      Kemudian Allah mengirimkan angin baik, dengan angin itu Allah mencabut seluruh roh
6.      Asap tebal
7.      Terbitnya matahari dari arah barat
8.      Api yang keluar dari arah negeri Yaman
E.     Qadha dan Qadar
Kata “al-qadhaa-u” mempunyai makna menyempurnakan suatu perkara melaksanakan dan menyelesaikan, baik perkara itu berupa ucapan, amalan,dan kehendak.
Menuru Imam Abu Hasan al-Asyari, qadha ialah iaradah Allah yang bersifat azali yang berkaitan dengansegala sesuatu sesuai kehendakNya, menurut bahasa qadha yaitu menyempurnakan sesuatu, melaksanakan, dan menyelesaikan. Al qadar yaitu penciptaan Allah akan sesuatu dengan kadar ukuran yang tertentu denagan qadha.
Menurut Al Maturidiyah (pengikut Abul Manshur al Maturidi, ulama pakar ilmu tauhid), al qadha yaitu penciptaan yang mengacu pada pembentukan, al qadar yaitu penakaran atau penentuan, yakni menjadikan sesuatu denagn iradah pada kadar yang telah ditentukan sebelum keberadaannya.
F.      Hakikat takdir Ilahi
1.      Sebagai ujian
2.      Sarana pendidikan dan pengajaran
3.      Pembalasan yang disegerakan
4.      Tanggung jawab manusia terhadap perbuatannya.[7]






PENUTUP
A.                 Kesimpulan
Keesaan Allah SWT, Ada lima tingkatan  dalam Tauhid, pertama, Tauhid dalam zat, yaitu Allah adalah satu, tidak mempunyai sekutu dan tandingan, tidak ada sesuatu pun ang serupa dengan-Nya. Kedua, Tauhid dalam sifat, bahwa Allah adalah maha sempurna dan maha tinggi. Meskipun Allah menyandang berbagai macam sifat, kuantitas berbagai sifat itu muncul melalui pemahaman akal bukan melalui pengungkapan Zat dan realitas eksternal. Sifat itu adalah” esensi yang berdiri sendiri”. Ketiga,Tauhid dalam perbuatan, yaitu seorang mukmin hendaknya meyakini bahwa Allah telah menciptakansegala sesuatu, segenap aturan, dan berbagai karakteristiknya masing-masing. Keempat, Tauhid dalam ibadah yaitu ibadah yang hanya diperuntukkan kepada Allah SWT. Kelima,Tauhid dalam kekuasaan hokum, yaitu pembuatan segala jenis hokum yang bertentangan dengan hokum-hukum Allah adalah dosa. Namun, pembuatan rincian hukum-hukum mengenai berbagai aturan yang telah dijelaskan oleh syariat secara global adalah hak manusia. Iman kepada malaikat, Iman Kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada rasul, iman kepada hari kiamat, iman kepada takdir, iman kepada Qada dan Qadar.













B.                 Referensi
1.      Ahmad Bahjat,Mengenal Allah,pustaka hidayah,Bandung;1986
2.      Abdurrahman Habanakah,pokok-pokok aqidah islam,gema insani,Jakarta;1986








[1] Ahmad Bahjat,Mengenal Allah,pustaka hidayah,Bandung;1986, hal 13

[2] Abdurrahman Habanakah,pokok-pokok aqidah islam,Gema Insani,Jakarta;1986,hal 191

[3] Ibid,hal 199
[4] Ibid,hal 227
[5] Ibid,hal 448
[6] Ibid,hal 517
[7] Ahmad Bahjat,op,cit,hal 129

Comments

Popular posts from this blog

PIDATO IDIOLOGI WANITA SHOLEHAH

PPKN Kelas 5 ( (keragaman sosial budaya Masyarakat)

Pengertian IAD , ISD dan IBD