Persamaan Konsepsi tentang Potensi Manusia
Persamaan Konsepsi tentang Potensi Manusia
Adanya potensi kebaikan
yang dimiliki manusia adalah erat kaitannya dengan tugas besar yang diembannya
yaitu sebagai wakil Allah di bumi (khalifah fi al-ardl). Tugas berat ini
menuntut manusia untuk memiliki struktur watak yang baik, seperti keadilan,
persatuan, rendah hati, dinamis, kreatif, tegas, percaya diri, kuat dan
lain-lain. Sifat-sifat tersebutlah yang secara mendasar dimiliki oleh manusia,
meskipun sebagian besar manusia tidak menyadarinya, sehingga dorongan-dorongan
dan kecenderungan yang mengarah pada kebaikan itu mudah dipengaruhi atau
dikuasai oleh rangsanan-rangsangan yang datang dari luar. Untuk itulah, maka
diperlukan upaya aktualisasi diri.
Secara inheren,
kecenderungan atau dorongan-dorongan emosional dan biologis manusia adalah
mengarah pada kebaikan, bukan kejahatan, namun mudah untuk menerima
rangsangan-rangsangan jahat yang bersifat eksternal. Untuk itu, maka perlu
adanya pengendalian terhadap kecenderungan tersebut, sehingga tidak mudah
menerima rangsangan yang mengarahkannya pada kesalahan atau kemunduran.
Dalam tradisi tasawuf,
dorongan emosional-biologis ini disebut dengan nafsu; yakni entitas dinamis
yang ada pada diri manusia. Jika entitas ini dilatih secara benar, maka akan
tumbuh dan berkembang pada jenjang tertinggi dari kesadaran spiritual. Namun,
jika nafsu tidak dikendalikan, maka yang mendominasi adalah dorongan-dorongan
kejahatan. Untuk itulah maka diperlukan struktur nilai yang berupa wahyu,
ajaran-ajaran atau norma-norma yang dapat menjadi alat pengontrol bagi
kecenderungan nafsu.
Menurut Maslow hamper semua orang memiliki
kebutuhan dan kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri. Meski demikian,
kebanyakan orang tidak mengetahui potensi yang dimilikinya, buta terhadap
kemampuannya sendiri. Mereka tidak menyadari seberapa besar prestasi yang dapat
mereka raih dan seberapa banyak ganjaran bagi mereka yang mengaktualisasikan
diri.
Comments
Post a Comment