LAPORAN PKL IN THE BALI

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

Oleh :
1. Erien Asroddina (1320210001)
2. Dayu Ertiyo Yoga (1320210002)
3. Hadisul Harir (1320210003)
4. Devi Ariestya O (1320210004)
5. Siti Choiriyah (1320210005)
6. Eva Aprejiana (1320210006)
7. Ulil Fikri (1320210007)
8. Dewi Fatimah (1320210008)
9. Afif Nur Huda (1320210009)
10. Annisa Miftachur R (1320210010)
11. Ulya Himawati (1320210011)
12. Rachmah Maulida (1320210012)
13. Khoridatul Baniyah (1320210013)
14. Dwi Fitriani (1320210014)
15. Amalia Miftachus S (1320210015)
16. Viviana Anggraini (1320210016)
17. Abdus Salim (1320210017)
18. Umul Muzarroah (1320210018)
19. Atin Zuliawati (1320210019)
20. Fatimah (1320210020)
21. Muthi’atul Kholisoh (
22. Ayu Dyana Azizatul (
23. Lilik Puji Lestari (
24. Eka Rahmawati (
25. Sholikatul M (
26. Laila Najmi (
27. Nor Sa’adah (
28. Siti Fatimah (
29. Aimatul Imamah (
30. Husnun Nihlah (
31. Indah Novitasari (
32. Azza Fadhilah (
33. Yunita Laila (
34. Siti Qomariyah (
35. Liya Maratus S (
36. Alimatun Nadhiroh (
37. Moh Fadhil Nur I (
38. Ario Pangestu (
39. Muhammad Iqbal (
40. Akhif Al Anwar (
41. Yuyun Komala (

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2015
PENGESAHAN
       Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa STAIN Kudus Jurusan Syari’ah dan Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Syariah Tahun Akademik 2015/2016 yang dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus s/d 14 Agustus 2015 telah dianggap memenuhi persyaratan sebagaimana dijelaskan dalam buku Pedoman Praktik Kerja Lapangan Prodi Ekonomi Syariah Jurusan Syari’ah dan Ekonomi Islam STAIN Kudus dan diterima serta disahkan sebagai salah satu syarat Program Studi.



Kudus, 25 Agustus 2015
Mengetahui
Ketua Jurusan Syari’ah dan EI Dosen Pembimbing Lapangan



Shobirin, M.Ag    Muhammad Husni Mubarok, SE, MM
NIP. 197203092000031003 NIP. 19801226 200604 1 003









KATA PENGANTAR
بسم الله الرّ حمن الرّ حيم

Alhamdulillah Maha Suci Allah SWT dengan segala keagungan dan kebesaran-Nya, segala puji syukur hanya tercurah kepadaNya yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga atas iringan ridlo-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan ini walaupun belum mencapai sebuah kesempurnaan.
Iringan shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan keharibaan beliau Nabi Agung Muhammad SAW yang menjadi cahaya di atas cahaya bagi seluruh alam, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia. Berkat karunia dan ridlo-Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
1. H. Muhammad Husni Mubarok, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangakan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
2. Teman-teman satu kelompok yang telah memberikan kontribusinya untuk menyelesaikan penyusunan laporan PKL ini.
Akhirnya, peneliti menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Karena itu, kritik dan saran dari siapapun diharapkan menjadi semacam suara yang dapat menyapa tulisan ini sebagai bahan pertimbangan dalam proses kreatif berikutnya. Namun demikian, sekecil apapapun makna yang tersurat dalam tulisan ini, pun juga diharapkan ada manfaatnya.

Kudus, 24 Agustus 2015
Penulis

DAFTAR ISI

hal
Halaman Judul...................................................................................................... i
Halaman Pengesahan............................................................................................ ii
Kata Pengantar...................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................... iv
Daftar Tabel.......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................
2. Ruang Lingkup........................................................................
3. Tujuan dan Manfaat.................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKL
1. Nama Instansi, alamat..............................................................
2. Filosofi Perusahaan..................................................................
3. Ruang Lingkup produk/jasa.....................................................
4. Prosedur dan Makanisme Manajemen.....................................
BAB III HASIL TEMUAN DI LAPANGAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
3. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).
Pengertian Dan Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020).
Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020.
Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.
Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat  pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN,
Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :
1) Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;
2) Pengakuan kualifikasi profesional;
3) Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
4) Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
5) Meningkatkan infrastruktur
6) Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
7) Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah;
8) Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan, karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1) Pasar dan basis produksi tunggal,
2) Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3) Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4) Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
5) Karakteristik ini saling berkaitan kuat.
Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.
LKM di Indonesia amat beraneka ragam dan umumnya beroperasi di pedesaan.Menurut Wijono (2005) seperti yang dikutip oleh Ashari (2006: 148) membagi LKM menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Lembaga formal seperti bank desa dan koperasi,
2) Lembaga semi formal misalnya organisasi nonpemerintah, dan
3) Sumber-sumber informal, misalnya pelepas uang.
Sedangkan menurut Usman, Suharyo, Sulaksono, Mawardi, Toyamah, dan Akhmadi (2004) sebagaimana dikutip oleh Ashari (2006: 148) membagi LKM di Indonesia menjadi 4 golongan besar, yaitu:
1) LKM formal, baik bank maupun nonbank;
2) LKM non formal, baik berbadan hukum ataupun tidak;
3) LKM yang dibentuk melalui program pemerintah;
4) LKM informal seperti rentenir ataupun arisan.
Keberadaan LKM menjadi faktor kritikal dalam  usaha penanggulangan kemiskinan yang efektif. Menurut Krishnamurti (2003) sebagaimana dikutip oleh Ashari (2006: 153) menyebutkan peningkatan akses dan pengadaan sarana penyimpanan, pembiayaan dan asuransi yang efisien dapat membangun keberdayaan kelompok miskin dan peluang mereka untuk keluar dari kemiskinan, melalui:
1) Tingkat konsumsi yang  lebih pasti dan tidak  befluktuasi
2) Mengelola risiko dengan lebih baik
3) Secara  bertahap memiliki kesempatanuntuk membangun aset
4) Mengembangkan  kegiatan usaha mikronya
5) Menguatkan kapasitas perolehan pendapatannya
6) Dapat merasakan tingkathidup yang lebih baik.
Tanpa akses yang cukup pada LKM, hampir seluruh rumah tangga miskin akan  bergantung pada kemampuan  pembiayaannya sendiri yang sangat terbatas atau pada lembaga keuangan informal seperti rentenir, tengkulak atau pelepas uang. Kondisi ini akan membatasi kemampuan kelompok miskin berpartisipasi dan mendapat manfaat dari peluang pembangunan. Kelompok miskin yang umumnya tinggal di pedesaan dan berusaha di sektor pertanian justru seharusnya lebih diberdayakan agar mereka bisa keluar dari lingkaran kemiskinan.
Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensive). Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi lain, UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya modal kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002). Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi.
Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu mengadapai tantangan global, seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto, 2011).
Pada tahun 2011 UMKM mampu berandil besar terhadap penerimaan negara dengan menyumbang 61,9 persen pemasukan produk domestik bruto (PDB) melalui pembayaran pajak, yang diuraikan sebagai berikut : sektor usaha mikro menyumbang 36,28 persen PDB, sektor usaha kecil 10,9 persen, dan sektor usaha menengah 14,7 persen melalui pembayaran pajak. Sementara itu, sektor usaha besar hanya menyumbang 38,1 persen PDB melalui pembayaran pajak (BPS, 2011).
Sebagian besar (hampir 99 persen), UMKM di Indonesia adalah usaha mikro di sektor informal dan pada umumnya menggunakan bahan baku lokal dengan pasar lokal. Itulah sebabnya tidak terpengaruh secara langsung oleh krisis global. Laporan World Economic Forum (WEF) 2010 menempatkan pasar Indonesia pada ranking ke-15. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai pasar yang potensial bagi negara lain. Potensi ini yang belum dimanfaatkan oleh UMKM secara maksimal.
Perkembangan UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan  sehingga menyebabkan lemahnya daya saing terhadap produk impor. Persoalan utama yang dihadapi UMKM, antara lain keterbatasan infrastruktur dan akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi serta tingginya tingkat pungutan. Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu menjadi terhambat. Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya krisis global namun pada kenyataannya permasalahan-permasalahan yang dihadapi sangat banyak dan lebih berat. Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi secara tidak langsung krisis global tadi, UMKM harus pula menghadapi persoalan domestik yang tidak kunjung terselesaikan seperti masalah upah buruh, ketenaga kerjaan dan pungutan liar, korupsi dan lain-lain.
Permasalahan lain yang dihadapi UMKM, yaitu adanya liberalisasi perdagangan, seperti pemberlakuan ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA) yang secara efektif telah berlaku tahun 2010. Disisi lain, Pemerintah telah menyepakati perjanjian kerja sama ACFTA ataupun perjanjian lainnya, namun tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu kesiapan UMKM agar mampu bersaing. Sebagai contoh kesiapan kualitas produk, harga yang kurang bersaing, kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta produk impor sehingga positioning persaingan lebih jelas. Kondisi ini akan lebih berat dihadapi UMKM Indonesia pada saat diberlakukannya ASEAN Community yang direncanakan tahun 2015. Apabila kondisi ini dibiarkan, UMKM yang disebut mampu bertahan hidup dan tahan banting pada akhirnya akan bangkrut juga. Oleh karena itu, dalam upaya memperkuat UMKM sebagai fundamental ekonomi nasional, perlu kiranya diciptakan iklim investasi domestik yang kondusif dalam upaya penguatan pasar dalam negeri agar UMKM dapat menjadi penyangga (buffer) perekonomian nasional.
Masalah lain yang dihadapi dan sekaligus menjadi kelemahan UMKM adalah kurangnya akses informasi, khususnya informasi pasar (Ishak, 2005). Hal tersebut menjadi kendala dalam hal memasarkan produk-produknya, karena dengan terbatasnya akses informasi pasar yang mengakibatkan rendahnya orientasi pasar dan lemahnya daya saing di tingkat global. Miskinnya informasi mengenai pasar tersebut, menjadikan UMKM tidak dapat mengarahkan pengembangan usahanya secara jelas dan fokus, sehingga perkembangannya mengalami stagnasi.
Kemampuan UMKM dalam menghadapi terpaan arus persaingan global memang perlu dipikirkan lebih lanjut agar tetap mampu bertahan demi kestabilan perekonomian Indonesia. Selain itu faktor sumber daya manusia di dalamnya juga memiliki andil tersendiri. Strategi pengembangan UMKM untuk tetap bertahan dapat dilakukan dengan peningkatan daya saing dan pengembangan sumber daya manusianya agar memiliki nilai dan mampu bertahan menghadapi pasar ACFTA, diantaranya melalui penyaluran perkreditan (KUR), penyediaan akses informasi pemasaran, pelatihan lembaga keuangan mikro melalui capacity building, dan pengembangan information technology (IT).
Demikian juga upaya-upaya lainnya dapat dilakukan melalui kampanye cinta produk dalam negeri serta memberikan suntikan pendanaan pada lembaga keuangan mikro. Keuangan mikro telah menjadi suatu wacana global yang diyakini oleh banyak  pihak menjadi metode untuk mengatasi kemiskinan. Berbagai lembaga multilateral dan bilateral mengembangkan keuangan mikro dalam berbagai program kerjasama. Pemerintah di beberapa negara berkembang juga telah mencoba mengembangkan keuangan mikro pada berbagai program pembangunan. Lembaga swadaya masyarakat juga tidak ketinggalan untuk turut berperan dalam aplikasi keuangan mikro (Prabowo dan Wardoyo, 2003).
Dari semua penjabaran di atas pada intinya adalah tugas laporan ini kami susun guna memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan yang telah di lakukan di Pulau Bali pada tanggal 11-13 Agustus 2015



B. Ruang Lingkup
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)/ASEAN Economic Community (AEC) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN.
Lembaga Keuanga Mikro adalah sebuah lembaga keuangan non bank yang didirikan dengan tujuan untuk membantu usaha-usaha kecil menengah dengan memberikan pinjaman modal. Lembaga ini didirikan agar terciptanya perekonomian rakyat yang tangguh,, berdaya saing tinggi, dan mandiri yag kemudian akan memberi dampak terhadap penigkatan perekonomian nasional.
Usaha Mikro berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan  / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak lansung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha  besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana Undang-Undang ini.
Usaha Mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat ddan dapat berperan dalam pproses pemerataanvdan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewwujudkan stabilitas nasional.
C. Tujuan dan Manfaat
1) Untuk mengetahui tujuan dan manfaat MEA
2) Untuk mengetahui tantangan dan peluang dalam MEA
3) Untuk mngetahaui tujuan dan manfaat Lembaga Keuangan Mikro
4) Untuk mengetahui kaitannya LKM dengan UMKM
5) Untuk mengetahui upaya LKM dan UMKM dalam menghadapi MEA
















BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
A. Nama Instansi, Alamat
Nama Instansi : PT. Angga Cahaya Dewata
Alamat : Jl. By Pass Ngurah Rai 53 Tohpati – Sanur, Denpasar, Bali
http://www.dewataoleh2bali.com  
B. Filosofi Perusahaan
PT. Angga Cahaya Dewata merupakan salah satu perusahaan di pulau dewata yang sudah ada sejak tahun 1993 dengan mulai mendirikan usaha konveksi di rumah untuk membantu perekonomian para tetangga, sehingga pada tahun 1995 PT. Angga Cahaya Dewata resmi mendirikan konveksi ‘Angga Collection’. Usaha yang didirikan beratas namakan cinta oleh Kadek Imawati bersama suaminya Agung Darmayudha telah memiliki beberapa usaha di Bali, diantaranya:
• Angga Collection pada tahun 1995, bergerak dibidang konveksi.
• Dewata Gym pada tahun 2000, bergerak dibidang olah raga.
• Dewata Kaos (toko kaos) pada tahun 2002, bergerak dibidang kaos.
• Dwix Bordir pada tahun 2007, bergerak dibidang bordir dan sablon.
• Dewata oleh-oleh pada tahun 2010, menjual oleh-oleh khas bali.
• Pondok Wisata Dewata pada tahun 2013.
C. Ruang Lingkup Produk / Jasa
UD. Dewata Oleh-oleh khas bali/souvenir Dewata Bali diresmikan pada tanggal 30 maret tahun 2010. Dewata souvenir bergerak dibidang usaha menjual oleh-oleh khas bali. Produksi sendiri diantaranya kaos khas Bali sebagai unggulan utama yang bermerekkan Dewata Bali dan juga menjual baju barong, sarung pantai, baju adat bali, aksesoris atau pernak-pernik, sandal bali, dan berbagai makanan khas bali. Volume produksi di dewata ini tergantung pada permintaan konsumen maka jumlah atau volume produksi selalu berubah ubah atau tidak menentu. Pemasarannya dengan cara menyetorkan barang produksi ke beberapa tempat perbelanjaan yang ramai di kunjungi wisatawan, tetapi masih dalam lingkup daerah sekitar. Produksinya hanya dijual belikan didaerah wisata bali dan tidak diperjual belikan diluar daerah bali. Untuk limbah dari hasil produksi pakaian tidak dibuang begitu saja, melainkan didaur ulang kembali untuk dibuat kerajinan tangan dan berbagai macam baju anak, sehingga limbah tersebut juga memiliki nilai jual yang tinggi.
D. Prosedur dan Mekanisme Manajemen
Tidak seperti pada usaha-usaha dagang lainnya yang memiliki stuktu oganisasi yang terorganisir. Di Angga Dewata konveksi tidak memiliki stuktur organisasinya. Disini diterapkan pendekatan secara kekeluargaan. Semua pegawai dianggap sebagai satu keluarga. Bapak dan ibu selalu memberikan kepercayaan penuh kepada pegawainya tanpa ada yang dibanding-bandingkan. Di Angga Dewata konveksi tidak memiliki manajer disetiap usaha.














BAB III
HASIL TEMUAN DI LAPANGAN
A. PANTAI PANDAWA
Pantai Pandawa merupakan salah satu pantai pasirputih di Bali yang terletak di desa Kutuh, kabupaten Badung dan lebih terkenal dikalangan wisatawan mancanegara khususnya Australia dengan nama Secret Beach. Sedangkan masyarakat lokal lebih mengenal dengan nama Pantai Kutuh.
Untuk memasuki kawasan pantai Kutuh, wisatawan harus melewati sebuah jalan yang diapit oleh tebing batu yang terjal, di tebing terjal ini terdapat patung dari Panca Pandawa, karena itu dinamakan Pantai Pandawa.
Rentang dari pantai ini adalah sekitar 1 kilometer, dengan dibatasi oleh tebing kapur membuat pantai ini sangat diminati oleh wisatawan domestik. Jalan menuju pantai sudah di aspal, tempat parkir juga tersedia luas.
Untuk menambah wawasan kita tentang seluk beluk perekonomian di daerah ini kami sebagai mahasiswa mencoba mencari tau dengan melakukan wawancara terhadap beberapa narasumber. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang yang ada disekitaran pantai pandawa. Informasi yang kemi peroleh antara lain.
Dalam PKL yang diselenggarakan di pulau Dewata Bali tepatnya di pantai Dewata. Dari beberapa pertanyaan yang kami ajukan yaitu seputar penjualan yang dilakukan oleh pemilik warung atau toko. Di Sini kami mendapat informasi dari pemilik toko yang bernama Ny Made, Beliau di Pantai Pandawa Bali berjualan makanan seperti bakso,mie instan dan aneka minuman ringan. Dari beberapa pertanyaan yang kami ajukan maka dapatlah informasi tentang modal awal, cara promosi, jenis produk yang dijual, penghasilan per hari dan cara mempunyai tempat berdagang (toko/warung). Untuk bisa berjualan di pantai Pandawa beliau membutuhkan modal awal sekitar Rp. 500.000, 00. Kemudian dalam mendapatkan tempat jualan yaitu toko atau warung beliau mendapatkannya dengan cara membayar pajak per harinya. Adapun cara beliau mendapat dagangan itu mendapat setoran dari sales, contoh minuman ringan salah satu produk yang dijual beliau yaitu coca-cola, beliau disetori sales yang pertama kali harus membeli minuman terebut kepada sales seharga Rp.500.000,00. Dan mendapatkan 1 kulkas tempat minuman ringan. Pertama kali beliau dagang di tempat tersebut hanyalah  berjualan minuman ringan yang didasarkan di atas meja dan seiring berjalannya waktu maka beliau Ny Made bisa memiliki toko atau warung yang lebih layak. Dalam berjualan beliau perhari bisa mendapat untung kotor sekitar Rp.300.000-500.000 tergantung sepi atau ramainya pengunjung di pantai pandawa. Dalam menjalankan usaha dagangnya beliau sama sekali tidak dibantu oleh karyawan alias tidak memiliki karyawan yang membantu beliau berjualan, hanya saja kadang jika saat ramai beliau dibantu oleh suaminya itupun saat suaminya libur kerja.
Ibu Ni Nyoman Novi Yanti mendirikan toko pakaian sudah dua tahun dari tahun 2013 awal di pantai Pandawa. Sebelumnya beliau berjualan di aula yang disediakan oleh pemerintah, namun pada tahun 2013 beliau pindah berjualan ke tepi pantai Pandawa.
Beliau memulai usaha dengan modal Rp 150.000.000,00. Yang 100 juta meminjam dari bank, sedangkan yang 50 juta dana milik pribadi. Untuk uang sewa lokasi 200 ribu per bulan. Beliau menjual pakaian, kain pantai, aksesoris, topi dan makanan dengan harga yang relatif terjangkau bagi kantong wisatawan.
Yang mendasari beliau membuat usaha tersebut selain untuk menambah pemasukan adalah melestarikan budaya Bali melalui berjualan pakaian khas bali dan kerajinannya. Beliau mendapatkan barang dagangan dari dua supplyer yang berasal dari Denpasar dan Sukowati, Ubud. Cara pembayaran kepada supplyer dilakukan jika supplyer mempunyai modal, pembayaran dilakukan saat jatuh tempo. Sedangkan jika supplyer kekurangan modal pembayaran dilakukan setengah di awal dan dilanjutkan saat jatuh tempo.
Pemasaran yang dilakukan hanya di toko tersebut, dari pukul 08.00 – 18.00 WITA. Sedikit banyaknya pengunjung yang datang di toko tergantung pada hari-hari besar dan libur nasional. Rata-rata turis mancanegara yang datang ke toko adalah dari China pada saat tahun baru. Minat turis mancanegara terhadap produk kami yang berbau pantai, misal topi, sarumh pantai, sedangkan untuk baju mereka tidak terlalu berminat.
Ibu Novi melakukan pembukuan setiap sebulan sekali untuk mengetahui besar pendapatan dan pengeluaran. Dari hasil penjualan, keuntungan yang didapat kurang lebih Rp 1.000.000,00 ke atas. Namun saat sepi pengunjung hanya mencapai Rp 500.00,00 an.
Beliau dalam menjalankan usaha ini dibantu oleh 2 orang karyawan dengan gaji mencapai Rp 1.500.000,00 per bulan. Apabila terjadi lonjakan pembeli, beliau memberikan bonus kepada karyawannya sebesar Rp 50.000,00.
Kami mewancarai dengan salah satu toko di tembat obyek wisata tersebut tepatnya ditoko i ketut wardana pertama berdirinya warung ini pada tahun 2012 dan awalnya berdiri sangat sederhana dan pertama berdirinyya dengan menggunakan uang pinjaman ke bank dan lama kelamaan berangsur lunas dan akhirnya mempunyai modal sendiri, di warung tersebut menjual beberapa makanan dan minuman salah satunya bakso,mie rebus,ikan bakar dan minuman-minumam seperti fanta,big cola dan bir BINTANG,cara promosi dari pemilik toko dengan cara memasangkan iklan,atau dengan cara menawarkan ke beberapa pengunjung,dan rata2 keunytungan perharinya mencapai 200 kalau rame sedangkan kalau sepi sekitar 100 ribu.
Ibu Siti Nur Khotimah atau yang biasa dipanggil dengan itu Khotim sudah mulai berjualan di pantai Pandawa sejak mulai dibukanya pantai Pandawa sekitar 3 tahun yang lalu atau sekitar bulan Desember tahun 2012. Beliau berasal dari Jawa Timur dan memiliki suami orang Bali dan sudah 7 tahun tinggal di Bali.
Beliau memulai usaha dengan modal sekitar 80 juta. Yang 50 juta dari modal sendiri dan yang 30 juta dari modal pinjaman. Untuk sewa lokasi 200 ribu per bulan. Di tokonya beliau menjual berbagai macam aksesoris, baju, kain pantai, sandal, tas, dompet dan masih banyak yang lainnya.
Dari hasil usahanya beliau bisa mendapatkan keuntungan sekitar 30-40 juta per bulan. Pada saat akhir tahun atau waktu liburan, beliau bisa mendapatkan keuntungan mencapai 2 juta per hari. Namun saat sepi dari pengunjung beliau hanya bisa mendapat keuntungan sebesar 150 per hari. Barang yang banyak laku biasanya barang-barang dengan harga murah, seperti sandal, topi, sarung pantai dan aksesoris.
Untuk menarik pembeli, beliau tidak memiliki strategi khusus. Beliau berdagang sama saja dengan pedagang yang lain. Beliau hanya menawarkan barang dagangannya kepada pengunjung yang melewati tokonya. Barang yang dijual pun sebagian besar sama dengan barang yang dijual penjual lainnya. Jadi tidak ada ciri khusus atau keunikan yang ditonjolkan untuk menarik pembeli. Karena barang yang dijual bukan barang produksi sendiri tetapi barang yang dijual diambil dari pasar, yaitu Pasar Sukowati.
Dalam menjalankan usahanya, beliau memiliki 2 karyawan untuk membantu menjual dagangannya. Gaji yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan permintaan karyawan, misalnya gaji diberikan per minggu atau per bulan. Tetapi karyawan lebih memilih gaji bulanan. Satu bulan mendapat upah Rp 1.500.000,-.
Selain itu kami juga berjumpa dengan Ibu Sani, seorang penjual makanan di Pantai Pandawa Nusa Dua Bali. Usaha yang sudah digelutinya selama 2 tahun ini merupakan sumber mata pencaharian utamanya, menu andalan seperti nasi goreng dan mie goreng yang umumnya digemari para turis mancanegara dipatok dengan harga Rp. 15.000,00 hingga Rp. 20.000,00. Kedainya mulai buka dari jam 09.00 sampai 18.30 waktu setempat.  Beliau mengaku bahwa modal awal dari usaha ini Rp. 500.000,00 yang beliau peroleh dari hasil menjualkan dagangan mitra bisnisnya, semua aktivitas ushanya ia lakukan seorang diri tanpa bantuan dari karyawan. Seiring berjalannya waktu, keuntungan yang beliau peroleh menjadi modal untuk mendirikan usaha sendiri. Selain modal, beliau juga menuturkan bahwa pendapatan beliau perbulan kurang lebih 2 juta dipotong sewa kios sebesar Rp. 350.000,00 sudah termasuk air dan listrik.
Kami juga menggali informasi kepada Ibu Tison, salah satu penjual pakaian di Pantai Pandawa Nusa Dua Bali. Dulunya beliau sebagai petani rumput laut. Setelah beliau rasa usaha rumput lautnya mulai menyusut, kemudian dengan dibukanya wisata baru Pantai Pandawa yang dirasa cukup menjanjikan untuk mendirikan usaha baru, ia mulai menjual aneka pernak pernik khas Bali 2 tahun yang lalu.  Usaha yang ia rintis bersama suami tercintanya mengambil dagangannya dari para pengrajin Bali. Beliau mengaku pendapatannya 3 juta perbulan dengan sewa kios sebesar Rp. 280.000,00, tetapi belum termasuk listrik.
Melanjutkan prjalanan kami meyususri pantai pandawa, kami bertemu dengan Ibu Jeni merupakan seorang penjual makanan ringan, jagung bakar, dan penjual aksesoris. Dia dulunya seorang petani rumput laut, karena berkali-kali panen dirasa gagal kemudian ibu Jeni mendidirikan toko di Pantai Pandawa. Modal awal uasaha ibu Jeni adalah hasil dari panen rumput laut yang di simpan di bank sedikit demi sedikit. Ibu Jeni mendirikan toko dengan berjualan berbagai macam makanan, minuman, dan aksesoris. Ibu Jeni adalah asli penduduk sini tepatnya dari Karang Asem.  Ibu Jeni membuka toko mulai sejak 2,5 tahun yang lalu. Ibu Jeni membuka toko dari pagi sampai selesai, tergantung dari ramai atau tidaknya pengunjung. Pendapan ibu Jeni per hari sekitar 1 juta. Tetapi kalu hari raya galungan ibu Jeni bisa mendapatkan dua kali lipat dari hari biasanya, disini pengunjungnya bukan hanya dari Indonesia. Tetapi juga dari wisatawan Asing biasanya  pembayarannya tidak hanya memakai uang rupiah tetapi ada yang memakai uangt dolar. Ibu jeni mengambil barang barang dagangan bkan hanya dari hasil panennya sendiri tetapi juga mengambil dari agen pusat oleh-oleh Bali.
B. TARI BARONG
Nama Instansi : Tari Barong
Alamat : Jl. Rayu Batu Bulan
Pulau Dewata Bali memiliki tempat wisata seni dan budaya. Salah satu tempat yang cocok untuk melihat wisata tersebut adalah desa batu bulan. Desa ini sudah terkenal dari puluhan tahun yang lalu,  karena setiap harinya ( kecuali hari raya nyepi ), selalu diadakan pertunjukan Tari Barong Batu Bulan.
Penelitian ini bermaksud mengungkapkan dan menganalisis desakralisasi Tari Barong dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Bali. Desakralisasi adalah gerakan – gerakan norma- norma tradisional menuju norma – norma modern seirama dengan berkembanganya peristiwa – peristiwa sejarah dan berjalan sesuai dengan perubahan masyarakan serta mengambil beberapa bentuk.
Tari Barong semula merupakan tari sakral yang dipentaskan hanya untuk upacara agama hindu di Bali, tetapi dalam perkembangannya tari ini juga dipentaskan untuk hiburan wisatawan.
Tari Barong merupakan tarian yang dinamis dan terkenal di Bali, dimana ada dua sosok makhluk metologis di atas panggung yaitu Barong ( Lambang Kebaikan ) dan Rangda ( Lambang Kejahatan ). Tarian yang di iringi gamelan Bali ini sangat atraktif yang menarik, dengan lima babak sepanjang satu jam yang menggambarkan kebaikan lawan kejahatan.
Berikut adalah alur cerita dari Tari Barong, antara lain :
1. Babak Pertama
Munculah dua orang penari, mereka ini adalah pengikut setia dari Rangda yang sedang mencari para pengikut Dewi Kunti dimana mereka sedang dalam perjalanan untuk menemui Sang Patih.
2. Babak Kedua
Begitu pengikut Dewi Kunti ini tiba di tujuan mereka, salah satu dari pengikut Rangda berubah wujud menyerupai bentuk Rangda dan memasukkan roh jahat kepada para 13pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka menjadi kerasukan dan lupa ingatan sebelum mereka berhasil bertemu Sang Patih. Tidak sadar akan perubahan yang dialami oleh para pengikut Dewi Kunti, Sang Patih bersama – sama dengan mereka menghadap Dewi Kunti.
3. Babak Ketiga
Munculah Dewi Kunti dan anaknya Sahadewa. Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak rela mengorbankan anaknya Sahadewa kepada Rangda. Tetapi dengan ilmu sakti yang dimiliki Rangda dengan bujukan para pengikut Dewi Kunti yang sudah kerasukan oleh roh jahat. Rangda bisa mempengaruhi pikiran dan akal sehat Dewi Kunti sehingga Dewi Kunti tiba – tiba marah dan menjadi sangat benci kepada anaknya Sahadewa. Dewi Kunti memberikan perintah kepada Sang Patih untuk membuang Sahadewa kedalam hutan. Sang Path tidak membantah karena dirinya pun sudah dipengaruhi ilmu jahat Rangda.
4. Babak Keempat
Sahadewa mereka dibawah pohon besar didalam hutan dan ditinggal sendirian . tiba-tiba turunlah Batara Siwa dari khayangan .Merasa iba akan kondisi sahadewa , Batara siwapun menganugerahkan ilmu kesaktian dan kekebalan pada diri Sahadewa, Rangda yang kemudian datang untuk mencabut nyawa sahadewa tidak sadar akan anugrah yang diberikan oleh Batara Siwa berusaha mengoyak-oyak , mencabik dan membunuh Sahadewa tetapi tidak berhasil. Putus asa karena tidak berhasil membunuh Sahadewa, Rangda pun menyerah dan memohon ampun kepada Sahadewa dengan demikian Rangda bisa menebus dosa-dosanya. Permintaan ini dipenuhi Sahadewa dan Sang Rangda pun mendapat pengampunan .
5. Babak Kelima
Kalika adalah murid Rangda yang paling sakti ilmunya . Kalika bermaksut menghadap Sahadewa untuk memohon pengampunan sebagaimana Rangda dulu memohon kepada Sahadewa. Tetapi Sahadewa menolak permintaan ini sehingga Murkalah Kalika dan mengajak Sahadewa untuk berduel. Dal am pertempuran ini Kalika beberapa kali berubah wujud dirinya pertama menjadi babi hutan tetapi berhasil dikalahkan oleh sahadewa . Kalika berubah lagi menjadi  burung  gagak yang besar tetapi dapat pula dikalahkan oleh Sahadewa. Terakhir kalika berubah mengambil perwujudan Rangda. Karena saktinya Rangda ini Sahadewa menjadi Kewalahan melawannya. Berusaha untuk memenangi pertempuran . Sahadewa berubah wujud menjadi Barong. Mereka terus bertempur sampai ada yang kalah , tetapi sama saktinya tidak ada yang menang ataupun kalah sehingga pertarungan inipun menjadi abadi dan dimana ada kejahatan disitu pula akan ada kebaikan yang akan terus bertempur .
C. DEWATA GARMENT
Nama instansi : Dewata oleh aoleh khas bali
Alamat perusahaan : Jl. By  Pass Ngurah Rai 53 Tohpati-Sanur
Website perusahaan : http://www.dewata2bali.com
Visi dan misi perusahaan :
Visi :
Pusat sovenir dan oleh oleh khas bali yang terlengkap besar dan berkualitas.
Misi :
a. Selalu memberikan pelayanan terbaik dan kepuasan dalam berbelanja kepada seluruh pengunjung maupun pelanggan.
b. Memberikan beraneka pilihan produk-produk yang selalu mencitrakan unsur dan nuansa etnik di setiap produk.
c. Kualitas yang terjamin dan harga yang sangat terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Struktur Organisasi :
 Owner : Ibu Jero Kadek Imawati, S.H
 Marketing Manageral : Agung Darmayuda
 Manager Operational : Rahman Ismail
 Pegawai
Dalam struktur organisasi semua pegawai dianggap seperti keluarga sendiri, sehingga bapak dan ibu selalu memberikan kepercayaan kepada pegawainya tanpa ada yang dibanding – bandingkan.
Lembaga – lembaga di bawah naungan PT. Angga Cahaya :
1. Angga Collection 1995
2. Dewata Gym 2000
3. Dewata Kaos 2002
4. Dwi Bordir 2007
5. Dewata Oleh – oleh 2010
6. Pondok Wisata Dewata 2013
Bagian Produksi :
Disana kami bertemu dengan mbok ketut sebaagai penjahit kaos di pt angga cahaya garment. Bedasarkan wawan cra yang telah kami lakikan, didapat informasi bahwa beliau bekerja mulai pukul 08.00 sampai 17.00 WITA. Meskipun beliau baru bekerja selama tiga bulan. Namun, beliau telah mmpu menyelesaikan 50 buah baju selama satu hari kerja. Selain itu beliau juga mengatakan tidak harus pandai menjahit jika ingin menjadi tukang jahit disana, asalkan mempunyai kemauan dan niat serta mau dilatih maka dapat diterima menjadi pegawai khususnya tukang jahit disana.
Selain itu kami juga bertemu dengan Mak Musriaken yang bekerja di bagian packing Dewata Garment, menurut penuturanya beliau dapat mengemas baju dalam sehari 1 orang bisa berkisar 35 buah . Hal itu tergantung kemampuan setiap pegawai, karena tingkat kesulitan penjahitan baju itu berbeda – beda. Bahan baku kaos yang di produksi disana di datangkan langsung dari : Bandung dan Yogyakarta. Sistem gaji setiap pegawai juga berbeda – beda, bisa menggunakan sistem bulanan maupun borongan. Gaji yang diberikan kepada pegawai sudah berstandar kan UMR daerah Bali.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih kami juga mengulik informasi kepada mbak widi. Mbk widi adalah seorang pegawai dipabrik garment. Dia mulai bekerja sekitar tahun 2012 dan mbk widi bekerja dipabrik garment sebagai penjahit. Ia menjahit seperti kaos, celana dll yang penjualannya disetorkan  ketoko-toko langsung.
       Keuntungan perbulan sekitar kurang lebih Rp 2.200.000. model dalam bekerja adalah sistem borong bukan harian. Jadi gaji banyak atau sedikit itu dari hasil berapa banyak jaitan yang dihasilakan. Dan dalam bekerja mbk widi tidak ada kesulitan apapun semuanya berjalan lancar karna sudah terlatih sejak bekerja dipabrik garment.
       Dan dia bekerjaa mulai jam 07.30-17.00 WITA. Jika dia bekerjanya rajin dan hasil dari jaitannya rapi maka dia akan mendapat bonus yang cukup lumayan banyak.
Sistem Managerial
Kebetulan pada saat itu kami bertemu dengan bapak Rahman Ismail, selaku manager Operational di Dewata Garment. Berdasarkan pertanyaan yang telah kami ajukan beliau menjelaskan bahwa disana terdapat kurang lebih 200 karyawan dalam naungan PT.Angga Cahaya. Setiap karyawan mampu memproduksi 40 sampai 70 buah per harinya, perbedaan ini disebabkan karena tingkat kesulitan setiap jenis baju yang dijahitnya.
D. Pantai Kuta
Pantai kuta adalah sebuah tempat paraiwisata yang terletak kecamatan kuta, sebalah selatan kota Denpasar, Bali, Indonesia. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis manca negara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. Pantai kuta seringpula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai sanur. Selain itu, lapangan udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.
       Pantai kuta terkenal memiliki ombak yang bagus untuk olahraga selancar atau surfing, terutama bagi peselancar pemula. Selain keindahan pantai, wisata Pantai Kuta juga menawarkan berbagai jenis hiburan seperti bar, restoran, pertokoan, hotel, dan toko-toko kelentong serta pedagang kaki lima disepanjang jalan menuju pantai.
       Kebetulan saat sesampainya saya disana, bertemulah dengan Ibu Wayan yang mulai berdagang sejak tahun 2005 disekitar Pantai Kuta. Disini ibu berjualan aksesoris seperti gelang dan kalung, “tuturnya”. Alasan ibu menjual ditempat ini karena di tempat ini yang menjual aksesoris masih sedikit.
       Beliau memulai usaha dengan modal awal sekitar Rp. 300.000,- an dengan uang pribadi. Dengan modal sedikit berharap keuntungan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dan keuntungannya bisa kembali modal. Ibu mengambil barang dari supleyer yang satu bijinya seharga Rp. 5000,- lalu menjual kepada pembeli seharga satu biji Rp.10.000,-. Di Pantai Kuta ini ibu menjual aksesoris dengan keuntungan yang cukup, tergantung pada pembeli dan ada tamu-tamu dari luar yang bagus dan ingin membeli aksesoris ibu. Ibu menawarkan barang dagangan dengan cara berkeliling dan menawarkan barang dagangannya  berupa aksesoris seperti gelang  dan kalung dengan  harga yang bervariasi tergantung jenisnya.
       Pendapatan dari Ibu Wayan perhaari berjualan aksesoris bisa diakumulasikan kurang lebih sekitar Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,-  itu kalau sepi. Tapi kalau ramai dan pembelinya banyak dan tamunya bagus paling sedikit sekitar Rp. 100.000,- sampai Rp.200.000,- per hari.  Ibu berjualan disini sekitar jam 08.00-18.00 WITA. Kalau pembelinya sepi dan tidak menjual barang satu pun dijual secara keliling dan ditawarkan dari tempat satu ketempat lain.
Tidak hanya berdiam diri kami melanjutkan langkah kaki ini untuk menelisik keindahan Pantai Kuta yang lain, dan kebetulan kami bertemu dengan I Ketut Wahyu Jaya Wasesa seorang karyawan di Waterboom Bali yang bertempat di jalan Kartika.
I Ketut Wahyu Jaya Wasesa adalah seorang karyawan yang bekerja di waterboom Bali yang berada dijalan Kartika Plaza disekitar Pantai Kuta. Beliau sudah bekerja disana selama 1 tahun 3 bulan.
Pada hari Rabu, 12 Agustus 2015 waterboom Bali mengadakan promosi atas dibukanya 3 wahana baru yang ada diwaterboom Bali. Untuk menarik pengunjung yang ada dipantai Kuta dari pihak pengelola mengadakan acara promosi dengan menerbangkan layang-layang raksasa dengan panjang kurang lebih 20 m. Kegiatan itu diiringi juga dengan musik tradisional Bali.
Selain itu untuk menarik wisatawan, mereka diajak untuk memegang ekor layang-layang yang akan diterbangkan. Dengan adanya kegiatan promosi ini dapat menarik perhatian pengunjung yang ada dipantai Kuta. Kegiatan ini diharapkan dapat menarik wisatawan untuk berlibur Waterboom Bali. Dengan adanya wahana baru, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan.
Pantai Kuta disanalah banyak para pedagang mengadu nasib nya dengan berjualan di sekitar pantai tersebut, dan bertemulah kami dengan Ibu I Nyoman Anggita. Mulai lah kita melakukan wawancara dengan nya, awal mula berdirinya toko ini pada tahun 2007 dengan modal awal Rp. 1.000.000,- dan akhirnya lama kelamaan bisa menjadi toko yang besar dan bisa menjual beberapa minuman dan makanan-makanan dan yang paling menguntungkan adalah menyewakan tempat berjemur bule dan selancar, rata-rata keuntungan mereka minimal perharinya Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,-.
Selanjutnya kami bertemu Bapak Naryo, seorang pedagang ice cream keliling disekitar pantai kuta Bali. Ia berasal dari Kebumen, Jawa Tengah, dan pergi ke Bali untuk mengadu nasib dengan berjualan ice cream keliling, kurang lebih ia berjualan selama 5 tahun. Dengan pendapatan perhari Rp. 100.000,- di saat pengunjung ramai, dan jika pengunjung sepi hanya mendapat Rp. 30.000,- per hari.  Pak naryo mengambil dagangannya dari bos ice cream di kuta Bali, jika dagangnya tidak habis bisa dikembalikan dan dijual kembali untuk besoknya.
Ibu Samiyani, merupakan seorang penjual minuman di Pantai Kuta. Beliau berasal dari Lamongan Jawa Timur. Beliau merintis usahanya mulai tahun 2010 sampai sekarang, dengan alasan sebagai tulang punggung keluarga dengan 5 orang anak tanpa sosok suami. Mulanya beliau jualan di warung-warung liar, namun setelah tragedi bom Bali warung yang merupakan satu-satunya mata pencaharian di gusur. Kemudian, beliau beralih berjualan keliling yang membawa dagangan semangka dengan modal awal Rp. 125.000,-. Beliau bekerja dari jam 08.00 – 11.00 WITA, dan disambung lagi mulai jam 14.00-19.00 WITA.
Setelah lama berjualan keliling dan modal mulai bertambah beliau membuka usaha baru di Pantai Kuta dengan berjualan minuman. Disana beliau menyewa tempat jualan sebesar Rp. 200.000,-/bulan. Minuman itu berasal dari distributor yang kemudian di jualnya dengan harga Rp.10.000,- sampai Rp. 20.000,-. Untuk wisatawan lokal dengan wisatawan manca negara minuman dijual dengan selisih harga Rp. 5000,- sampai Rp. 10.000,-. Pembayaran untuk wisatawan manca negara bisa juga dilakukan dengan uang dolar. Namun, tempat usaha ini tidak bisa diwariskan ke anak cucunya, sehingga ketika beliau meninggal tempat usahanya dikembalikan kepada pemerintah setempat.
E. Sangeh
Sedikit ulasan Sangeh merupakan salah satu obyek wisata kera di Bali yang berlokasi di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung dan berjarak sekitar 50 km atau memakan waktu kurang lebih 45 menit dari Ibu Kota Denpasar. Selain menjadi objek wisata, Sangeh merupakankawasan  hutan lindung yang ditumbuhi dengan pohon – pohon pala dan Sangeh dihuni oleh sekitar 700 hwan kera abu – abu.
Disana kami bertemu dengan ibu I Nyoman Gemmla beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang membantu perekonomian keluarganya sehingga beliau berjualan ditempat wisata. Yaitu, obyek wisata Sangeh dengan menyewa lahan berupa tanah dengan harga Rp.1.000.000,- sedangkan untuk bangunannya beliau iuran dengan pedagang lain untuk membuat bangunannya sama-sama jadi beliau hanya membayar sewa tanah senilai Rp. 1.000.000,- pertahunnya.  Beliau mulai berjualan mulai tahun 1995 hingga sekarang,  dengan pendapatan tidak menentu oleh pengunjung obyek wisata itu sendiri dan bahkan beliau  kadang kala tidak mendapatkan satu pun pembeli. Tetapi beliau setiap tahunnya bisa melunasi uang Rp. 1.000.000,- itu dengan menyisihkan pendapatannya, sehingga beliau dapat membayar sewa kios.
Setelah kami berjalan – jalan melihat hutan Sangeh di dekat situ kami bertemu dengan Ibu Iim, merupakan seorang pedagang pakaian dari Kediri jawa timur. Ia sudah menetap di Bali selama 30 tahun. Lama berjualan di Sangeh kuranglebih 10 tahun dan pendapatan yang dihasilkan setiap harinya Rp.4.000.000,- ketika ramai itu pun masih hasil kotor. Ia mempunyai beberapa kios yang ada di sangeh. Stok dagangannya berasal dari Denpasar.
F. Joger
Joger merupakan tempat yang paling terkenal di Bali dan paling sering dituju oleh para pengunjung karena dia memiliki keunikan dari produk yang dijualnya, seperti kaos joger dia memiliki desain yang bagus dan kata-kata yang lucu serta unik sehingga itu yang menjadi pembeda dengan toko oleh-oleh lainya karena produkya tidak ada yang dijual di toko lainya itulah keunikan dari joger,dan pelayananya sangat bagus dan ramah dan tempatnya sangat nyaman bagi pengunjung.  Akses lokasi menuju Joger pun cukup mudah, terlebih lagi karena keterpopulerannya di daerah Bali, sudah pasti masyarakat sana pun mengetahui nya. Tetapi disayang kan sekali tempat parkir yang kurang memadai untuk bus – bus pariwisata.
Kebetulan setelah berbelanja saya menuju tempat pembayaran yang telah disedikan, bertemulah kami dengan Lilis salah seorang kasir yang berada di Joger, pelayanan yang di berikan baik sekali, ramah tamah.  Tetapi saat penghitungan uang kembali saya diberi uang kembalian setelah saya hitung uang nya tersebut ternyata kelebihan, dan hal itu mungkinan karena ramai pengunjung dan mengejar waktu  Lilis menjadi tidak fokus. Untuk menjadikan kritik yang membangun, agar semua pegawai di Joger mendapatkan pelatihan kerja yang maksimal supaya menciptakan karyawan yang cekatan, ulet, dan teliti.
G. Bedugul
Bedugul merupakan salah satu tempat wisata andalan di Pulau Dewata, pemandangan yang membuat mata kita terasa dimanjakan oleh Danau Beratan. Udara yang sejuk membuat para wisatan betah berlama – lama menikmati puncak indah bedugul.
Disana dapat kita lihat banyak penjual mulai dari penjual oleh – oleh khas Bali sampai penjual makanan. Ibu Wasi’ah merupakan salah penjual strawberry disana didapat informasi bahwa beliau rata – rata dalam sehari menghabiskan bahan baku 10kg. Kadang dalam sehari pendapat beliau hanya Rp. 30.000,- ketika pengunjung sepi. Akan tetapi weekend datang belaiu mampu mendapatkan keuntungan Rp. 100.000,-.  Harga strawberry sendiri ukuran mika besar seharga Rp. 15.000,- menurut penuturannya strawberry nya yang dijual mampu bertahan 2-3 hari. strawberry yang ia jual diambilnya dari tengkulak disana.
Waktu itu kita mampir pada salah satu kios milik Ibu Siti, Ibu Siti salah seorang pedagang muslim yang berjualan di Bedugul.  Mukena adalah incaran pertama saya, awalnya beliau menawarkan seharga Rp. 120.000,- setelah terjadi transaksi tawar – menawar akhirnya beliau melepas dengan harga Rp. 65.000,-. Menurut keterangan beliau dagangan nya laris ketika para wisatawan berdatangan seperti halnya hari – hari libur serta rombongan studi tour. Tidak hanya mukena Bali saja, tetapi beliau juga menjual oleh – oleh Khas Bali, seperti baju, celana, topi, sandal, dan lain – lain. Awal mula Ibu Siti berdagang dengan modal mengambil dari tengkulak saja, setelah berkembang dan mendapatkan keuntungan barulah beliau mendirikan kios tersebut.
Warung jawa muislim, begitulah sebutan salah satu warung yang dimiliki oleh Ibu Endang Sri. Kebetulan pada saat itu saya merasa lapar dan akhirnya memutuskan untuk membeli pop mie disana. Beliau sudah lama tinggal disana dan membuka kios di area parkir bedugul. Pelayanan yang ramah saya dapatkan ketika membeli salah satu bahan dagangannya itu. Di warungnya itu beliau tidak hanya menjual pop mie, melainkan jajan jajanan seperti makanan ringan juga ditawarkan disana. Harga pop mie yang ditawarkan disana beragam pop mie ukuran besar dijual seharga Rp 8.000,- sedangkan yang mini Rp 6.000,-. Ibu Endang juga menjual bakso dan kopi seduh untuk memenuhi kebutuhan wisatawan akan makanan dan minuman hangat karena cuaca yang dingin disana. Beliau mencantumkan kata muslim di warungnya agar wisatawan yakin bahwa yang beliau jual memeng benar benar halal.
Berhubung kami diberi waktu yang cukup, kami melanjutkan pencarian data. Bertemulah dengan Ibu Ida, seorang muslim asli dari Bedugul yang berjualan pakaian, lama berjualan kurang lebih 3 tahun, untuk pendapatan perharinya bisa mencapai jutaan kalau ramai pengunjung.  Rata-rata pendapatan kurang lebih 3-5 juta per hari, jika sepi hanya mendapat Rp. 300.000,- per hari. Keuntungan yang dihasilkan dari satu baju 3-5 ribu, dan keuntungan paling besar dari mukena yang didapat sebesar 7 ribu per mukena. Di sekitar ia berjualan tidak ada yang namanya persaiangan antar penjual baik muslim maupun non muslim.