Konsep Pendidikan Seumur Hidup (Penerapan Di perdesaan)
Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi
manusia. Karena dengan pendidikan akan membantu manusia dalam mendari jati
dirinya. Mengenai konsep “pendidikan
yang seumur hidup” yang pada hakekatnya adalah manusia sepanjang hidupnya akan
memerlukan pendidikan dalam menyelesaian masalah hidupnya. Sekarang ini banyak
sekali pendidikan formal baik swasta maupun negri yang sudah berdiri
ditengah-tengah masyarakat. Akan tetapi kesadaran pakan pentungnya pendidikan
bagi seseorang masih terlalu kecil prosentasinya. Khususnya bdidaerah perdesaan
yang mana mayoritas pendudukan sebagi buruh pabrik, buruh sawah dan lain
sebagainya. Dan kebanyakan juga anak-anak mereka hanya bersekolah sampai
tingkat SMA sederajat, bahkan mirisnya ada yang hanya sampai tingkat SMP
sederajat.
Orang tua mempunyai pandangan bahwa pendidikan
adalah suatu hal yang penting, akan tetapi hal itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua yang rendah dan ekonomi yang kurang
mendukung, sehingga pentingnya pendidikan hanya
digambarkan untuk pekerjaan saja. Yaitu,
bagaimana mencari uang atau pun membantu pendapatan keluarga dengan bekerja.
Seperti yang saya sudah tertera di atas salah
satu alasan mereka tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi
adalah karena faktor ekonomi. Anggapan mereka untuk makan saja susah apalagi
sampai menyekolahkan anak setinggi mungkin. Akan tetapi kurangya pengetahuan
bagi orang perdesaan dan terpencil menganggap bahwa pendidikan itu tidak
terlalu penting. Thoh pada dasarnya untuk yang perempuan nantinya juga
akan masuk ke dapur memasak dan lain sebagainya. Atas dasar itulah mereka
selalu mengesampingkan pendidikan anak-anaknya.
Selain itu faktor ekonomi juga sangat
mempengaruhi melanjutkan atau tidaknya bersekolah. Bagi mereka yang memiliki
ekonomi kurang beranggapan bahwa pendidikan itu cukup sampai SMA/MA dan
setingkatnya. Mereka berargumen semacam ini “wong gawe urep bendino ae jeh
kurang kok, ape nyekolahno anak duwor-duwor, wng ra urung yo luru gawean angel
kok”. Ungkapan seperti itu sering kita dengar di lingkungan masyarakat yang
tingkat kepedulian akan pendidikan masih kurang.
Selain itu ada pula orang tua yang menyuruh
anaknya untuk bekerja setelah lulus sekolah agar mampu membantu perekonomian
keluarganya. Akan tetapi si anak itu masih bisa mengenyam pendidikan non-formal
seperti halnya menhikuti Balai Latihan Kerja dimana si anak akan diajari
berbagai ketrampilan. Selain itu ada pula yangf mengikuti kejar paket yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga anak tetap akan
mendapat pendidikan yang layak dan sesuai
Pada dasarnya ada anak yang ingin melanjutkan
kuliah, akan tetapi dia itu berasal dari keluarga yang sederhana (ayahnya telah
meninggal) sehingga yang menjadi tulang punggung adalah ibunya seorang. Saat ia
bilang dia ingin kuliah jawaban dari ibunya semacam ini “Ya Allah ndok-ndok
kuwe kuh ojo ngeti langet ae tah, reti sang bogawe aku tok kuwe kok jalok
kuliah mbok dokok ndi pikiranem”.
Padahal menurut saya, dia bisa kuliah dengan
cara bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan dana agar ia bisa masuk kuliah.
Akan tetapi kenyataannya tidak seperti itu, dia ingin kuliah akan tetapi ia
tidak berusaha sedikitpun dan hanya mempunyai niat saja tanpa ada usah
sedikitpun. Misalkan saja dia mentarget bekerja satu tahun lalu uangnya
dikumpulkan tidak dibuat ke hal-hal yang foya-foya semata, pastinya dana
tersebut bisa terkumpul dan cukup untuk membayar pendaftaran masuk perguruan
tinggi. Setelah itu ia melaksanakan kuliah sambil bekerja, sehingga ia tidak
menyusahkan ibunya yang posisinya sebagai tulang punggung bagi dia dan kedua
adiknya.
Faktor selanjutnya yaitu minimnya lapangan
pekerjaan sehingga memilih orang untuk tidak melanjutkan sekolah dan memilih
untuk bekerja saja. Ada orang yang bilang seperti “ngeti wae mas iku seng
lulusan duwor ngunu wae dadi penganggurang neg umah kok” sehingga mereka
berasumsi buat apa sekolah thoh nantinya
pasti akan nganggur juga kok.
Tetapi bukan berarti semua orang yang tinggal
di perdesaan memiliki asumsi semacam itu. Ada juga orang tua yang vsampai
menjual barang-barangnya demi anaknya dapat bersekolah sampai setinggi
mungkin. Mereka tidak menginginkan dan
tidak berpikir kelak setelah lulus sekolah akan menjadi apa, melainkan mereka
hanya berpikir pendidikan itu penting jadi apa anakku kelak itu sudah rencana
Allah SWT.
Tetapi ada pula yang dia dari keluarga yang
kaya dan mampu akan tetapi kessadaran akan pendidikan juga sangatlah lemah.
Bagi mereka pendidikan itu hanyalah menghabis-habiskan waktu saja dan mereka
juga eman-eman kalau harus mengeluarkan biaya untuk anaknya sekolah
sampai setinggi mungkin.
Comments
Post a Comment