BERFIKIR TIDAK MENGGUNAKAN AKAL TETAPI MENGGUNAKAN HATI



BERFIKIR TIDAK MENGGUNAKAN AKAL  TETAPI  MENGGUNAKAN HATI
Manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Quran, diberikan kesempurnaan untuk menjadi Khalifah dimuka bumi ini. Kesempurnaan manusia itu telah di bekali oleh Allah dua serangkai yang saling bekerjasama, yaitu akal dan hati. Allah swt menciptakan manusia dengan akal dan hati yang membuatnya berbeda dengan makhluk lainnya.
Pengertian  akal menurut Dani Ferdiansyah, adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta untuk menganalisis (memahami) sesuatu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, akal juga mempunyai konotasi negatif sebagai alat untuk melakukan tipu daya, muslihat,kecerdikan, kelicikan. Dan kebenaran akal menurut Ahmad Tafsir, diukur dengan hukum alam. Artinya akal hanya sebatas hukum alam. 
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(al-Baqarah 134).
Tanda-tanda itu mesti dipikirkan dan pemikiran itu terjadi melalui akal yang berpusat di kepala.
Kelemahan daya akal: 1.) untuk mengoperasikan daya berfikir sebagai alat pengetahuan, daya akal harus dibantu oleh panca indra. Sedangkan tugas dari indra hanya merekam atau memotret realita yang berkaitan dengannya, namun yang mengelola dan menyimpan adalah akal. Indra tanpa akal tidak ada artinya, namun akal tanpa indra, pengetahuan akal tidak sempurna. 2.) akal pikiran manusia tidak dapat mencapai suatu hakikat kebenaran yang sebenar-benarnya, sehingga tidak dapat memperoleh batas yang mutlak. 3.) akal pikiran manusia hanya mapu membuat rencana-rencana, rumusan-rumusan, menemukan dan melaksanakan berdasarkan gejala-gejala dan data-data yang terkumpul atas pengalaman-pengalaman. 4.) Keterbatasan akal pikiran manusia untuk dapat menguasai seluruh yang ada dialam semesta ini ialah sangat dominan merupakan suatu kenyataan bahwa akal pikiraan dan indra manusia sangat terbatas jangkauannya. 5.) Akal pikiran mudah terpengaruh oleh hawa nafsu, sehingga seringkali manusia melakukan tindakan-tindakan tanpa disertai perhitungan terlebih dahulu.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi yang semestinya diajarkan dan dilatih di lembaga pendidikan oleh guru bila kita menginginkan kualitas pendidikan kita sejajar dengan negara-negara lain. Sehingga peserta didik memiliki daya sesuai intelektual yang tinggi dalam menyelesikan masalah dan memanfaatkan peluang dalam persaingan dan kerjasama global. Kini tantangan terletak pada guru, apakah para guru mampu melatih peserta didiknya untuk berpikir kritis dan kreatif di sekolah? Kita harap guru-guru kita mampu, karena dalam kurikulm 2013 menekankan pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi ini.
Hati atau qalbu merupakan materi organik yang memiliki sistem kondisi yang berdaya emosi. Ia berada dijantung (al-mudgah). Qalbu memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan (al-ma’rifah) melalui cita-rasa (al-zawqiyah).
    
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS.al-Taghabun),64;11)
                Pengetahuaan yang dapat dirasakan Qalbu adalah realitas abstrak seperti kasih sayang, kebenciaan, kegembiraaan, kesedihan, ide-ide, dan seterusnya.bila pengetahuan ini berkembang secara wajar, maka orang akan mudah empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami orang lain. Qalbu memiliki kemampuan merasakan getaran perasaan yang ada dalam diri seseorang  maupun yang terjadi pada manusia atau makhluk yang lain.
            Akal dan hati ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi.Apa yang tidak dikuasai akal dapat dilakukan dengan hati, karena hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal. Dengan kata lain, ketajaman akal harus diimbangi dengan kecerdasan hati. Dalam menentukan sesuatu, keduanya harus terus berdialog tanpa putus. Jika salah satu tidak berfungsi, maka yang terjadi adalah ketersesatan hati dan keblingeran akal. Akal dan Hati merupakan dua alat berfikir.Yang satu berfikir melalui logika rasio dan yang satu lagi berfikir melalui logika rasa, yang satu memilah salah dan benar sementara yang satu lagi memilah baik dan buruk, begitu kata Al-Ghazali. Dua-duanya merupakan alat dan sumber epistem pengetahuan, begitu kata Murtadha Muthahari.Yang tentu saja di samping alat Indra kita sebagai alat untuk menangkap realitas yang seterusnya ditafsir ulang oleh akal dan hati.
            Kekuaatan yang membanggun manusia ialah kekuatan jasmani, kekuatan akal dan kekuatan rasa. Inilah hakikat manusia menurut Allah. Daya jasmani, bila dididik dengan benar akan menghasilkan jasmani sehat serta kuat. Akal bila didik dengan benar akan menghasilkan akal yang cerdas serta pandai. Rasa atau hati yang dididik dengan benar akan menghasilkan nurani yang tajam. Perkembangan harmonis ketiga unsur ini akan menghasilkan manusia yang utuh. Dari ketiga unsur itu ternyata unsur hati atau rasa atau kalbu itulah yang merupakan unsur terpenting pada manusia. Ini diketahui antara lain dari salah satu sabda Rasul SAW yang mengatakan bahwa “di dalam diri manusia itu ada segumpal daging, bila daging itu baik maka baiklah keseluruhan manusia itu dan apabila daging itu jelek maka jelek keseluruhan manusia itu daging itu ialah hati.”
            Hadis di atas mengandung pengertian bahwa hati yang dimaksud disini ialah kalbu. Tempat atau pusat rasa yang ada pada manusia yang merupakan pusat kendali manusia. Jadi, bila kita bertanya apa hakikat manusia maka jawabannya adalah hati. Hati itulah pengendali manusia. Dari sini dapat pula kita mengetahui bahwa tujuan utama pendidikan seharusnya adalah membina manusia secara seimbang antara jasmani,akal dan kalbunya. Namun kalbu haruslah diutamakan.
            Sekarang mari kita lihat pendidikan kita. Apa ada yang ganjil dalam pendidikan kita?  Yang kita temukan ialah pendidikan kita terlalu mengutamakan  pembinaan jasmani dan akal. Aspek kalbu kurang mendapatkan perhatian. Karena itu janganlah kaget bila kita memiliki lulusan yang kuat jasmaninya cerdas serta pandai akalnya, tetapi ia belum mampu juga menampilkan diri sebagai orang yang baik. Karena itulah maka masih banyak lulusan kita yang sanggup melakukan perbuatan tercela, tidak konstruktif dalam masyarakat.
            Pendidikan segi jasmani telah berjalan dengan baik. Untuk ini ada mata pelajaran olahraga dan mata pelajaran kesehatan. Hasilnya lulusan yang sehat serta kuat. Untuk aspek akal disediakan banyak mata pelajaran diantaranya: logika, Matematika, Fisika, biologi dll. Tetapi lihatlah, adakah usaha guru dengan sungguh-sungguh mengajarkan fisika itu sampai siswa menyadari bahwa  alam semesta ini beserta hukum-hukumnya adalah ciptaan tuhan? Teori-teori sains hanya diajarkan teorinya saja secara apa adanya.
            Sayangnya, guru agama juga kebanyakan demikian. Yang mereka lakukan ialah  mengajarkan agama agar siswa memiliki pengetahuan tentang agama, tentang tuhan, tentang ibadah, tentang akhlak, dll. Murid-murid memiliki pengetahuan agama bukan beragama. Siswa tahu bahwa Tuhan Maha Menetahui, teapi mereka tetap berani berbohong, berani mencuri asal tidak diketahui orang. Mereka tahu hukum salat tetapi mereka tidak shalat atau tidak rajin salat, mereka tahu jujur itu baik tetapi banyak diantara mereka yang tidak jujur. Akhirnya pendidikan kita menghasikan lulusan yang sehat kuat,cerdas, pandai,tetapi tidak tinggi kemanusiaannya.
Kemanusian manusia ada didalam hatinya. Hatinya itulah yang mengendalikan manusia. Karena itu pendidikan seharusnya mengutamakan pembinaan hati. Orang yang beriman ialah rang yang hatinya berisi tuhan dan tuhan  itu menjadi raja disana. Oran yang beriman seperti inilah sebenarnya yang dimaksud dalam rumusan tujuan pendidikan nasional (baik dalam UU No.2/89 maupun UU N.20/2003).
Iman itu di hati, ini dapat dipahami, karena hati adalah pusat kendali manusia, hati adalah intisari manusia.
Tatkala kita merancang kurikulum pendidikan, yang terbayang pada kita ialah apa indikator manusia yang baik itu. Berdasarkan semua agama, semua pandangan filsafat, manusia yang baik itu ialah manusia yang:
1.      Akhlak yang baik (akhlak yang berdasarkan iman yang kuat)
2.      Memiliki pengetahuan yang benar, atau ketrampilan kerja kompetitif.
3.      Menghargai keindahan.
Tiga pilar inilah isi semua kurikulum:akhlak, ilmu, atau ketrmpilan, seni. Akhlak (iman) menjadi core. Jika seseorang telah memiliki tiga itu, maka orang itu dijamin menjadi orang yang baik. Itulah kurikulum pendidikan baik dalam arti minimal maupun maksimal.

Comments

  1. Alhamdulillah membuka wawasan dan mencerahkan, masih bingung gimana make hati dengan maksimal, yang katanya hati itu sumber segala sesuatu...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PIDATO IDIOLOGI WANITA SHOLEHAH

PPKN Kelas 5 ( (keragaman sosial budaya Masyarakat)

Pengertian IAD , ISD dan IBD