BERPIKIR SISTEMIK DALAM PEMBELAJARAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembelajaran
merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam pendidikan, melalui pendidikan
diharapkan mampu membawa kearah mana bangsa ini akan melangkah, pendidikan
merupakan sarana startegis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dan multi makna.
Sebagaimana yang telah dirumuskan tujuan
pendidikan yang tidak lepas dari beberapa komponen yang menunjang, dari
berbagai komponen/ elemen-elemen yang menyatu itulah akan terlaksana sebuah sistem. Sebab
di muka bumi ini tiada hal yang tidak saling terkait, semua saling melengkapi
dan menyempurnakan demi terwujudnya suatu tujuan yang hendak dicapai. Beberapa
komponen yang berada dalam sistem telah terintruksi untuk mencapai suatu tujuan
dan tujuan tersebutlah yang membimbing
kita tentang apa yang yang harus dikerjakan. Banyak fenomena yang muncul dalam
pembelajaran, baik dengan penyebab langsung maupun tidak langsung, terkadang
idealisme memang tidak selamanya selaras dengan realitas yang kita temui.
Praktik pembelajaran yang dilakukan dengan baik dan tepat akan menghasilkan
sumbangsih baik kepada anak didik, sebaliknya jika pembelajaran dilakukan tidak
tepat maka potensi siswa akan sulit dikembangkan.
B.
Rumusan Masalah
- Apa pengertian pendidikan dan pembelajaran?
2.
Bagaiamana pendekatan
sistem dalam pembelajaran?
- Apahakikat tentang berpikir sistemik?
- Bagaimana cara berpikir sistemik dalam pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian Pendidikan
dan Pembelajaran
Menurut Kamus Besar mendefinisikan bahwa pendidikan
berasal dari kata “didik”, yang mendapat awalan kata me- sehingga menjadi
mendidik artinya memelihara dan memberi latihan.Dalam memelihara dan member latihan diperlukan ajaran,
tuntutan dan pimpinaan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menutut bahasa
yunani, pendidikan berasal dari kata pedagogic yang terdiri atas paid yang
artinya anak dan agogos yang artinya membimbing, sehingga pedagoik dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak.
Ary H. Gunawan mengemukakan pendidikan adalah
interaksi manusia antara guru atau pendidik dan murid atau anak didik yang
dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasikan pada
nila-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan
dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut.
Zuhairini dan kawan-kawan menyebutkan pendidikan
adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan
jalan membina potensi-potensi pribadinya rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan
budi nurani) dengan jasmani (panca indra serta ketrampilan).
Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyrakat, bangsa dan Negara.[1]
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan.
Didalamnya terjadi interksi antara berbagai komponen, yaitu guru, siswa, dan
materi pembelajaran atau sumber belajar.Menurut etimologis menurut Zayadi kata
pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa ingris, instructions yang
bermakna upaya untuk memelajarkan seseoramh atau kelompok
orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian terminologis pembelajaran dikatakan
oleh Corey sebagaimana dikutip oleh Sagala (2006:61) merupakan suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serat dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon dalam kondisi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan.
Dari pengertian terminologis tersebut, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran merupakan sebuah sistem, yaitu totalitas yang melibatkan berbagi komponen
yang saling berinteraksi.Dengan demikian dapt dipahami bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogarm dalam desain
instruksional untuk membuat siswa atau peserta didik belajar secara aktif yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.Karena pembelajaran pada dasarnya adalah
merupakan kegiatan terrencana yang mengkondisiskan atau merangsang sesesorang
agar bisa belajar dengan baik, agar tercapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
Kegiatan pembelajaran menurut pandangan Zayadi dan
Majid akan bermuara pada kegiatan utama yang pertama, bagaimana orang melakukan
tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar, kedua, bagaimana orang melakukan
tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar.[2]
II. Pendekatan
Sistem dalam Pembelajaran
a. Pengertian
Sistem
Sistem
adalah suatu konsep yang abstrak. Definisi yang umum menyatakan bahwa sistem
adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan. Rumusan ini sangat sulit dipahami, dalam artian yang
luas suatu pengertian sistem muncul karena seseorang telah mendefensikannya
demikian.
Kesimpulan
yang umum dapat dinyatakan sebagai berikut : misalnya sepeda adalah suatu sistem,
yang meliputi komponen-komponen seperti roda, pedal, kemudi dan sebagainya,
akan tetapi dalam artian yang luas, sepeda sebenarnya adalah suatu subsistem/komponen
dalam sistem transportasi, disamping alat-alat transportasi yang lainnya,
seperti mobil, motor, angkutan kota dan sebagainya.
Sistem berasal dari bahasa latinsystema
atau bahasa Yunani sustema yang
berarti suatu kesatuan yang yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang
berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak.
Istilah sistem juga sering didefinisikan suatu bangunan atau
organisasi/lembaga yang terdiri dari berbagai sub komponen atau elemen yang
saling berinteraksi, berinterdependensi dimana salah satu elemen atau komponen
rusak atau hilang maka akan mengganggu komponen lainnya serta mengganggu
kualitas kinerja dari organisasi tersebut.Sistem dapat dipahami sebuah kesatuan
utuh dari masing-masing sistem(komponen).[3]
Pengertian sistem menurut ahli :
1. Tatang M.Amirin
a.
Sistem adalah
suatu kebulatan yang kompleks atau terorganisasi himpunan atau perpaduan
hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk kebulatan (keseluruhan) yang kompleks
atau utuh.
b.
Sistem merupakan
himpunan komponen yang saling berkaitan dan bersama-sama berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan.
c.
Sistem merupakan
sehimounan komponen atau sub system yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai
rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. L. Jmes Havery
Sistem
merupakan prosedur logis dan rasional guna melakukan atau merancang suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain.
3. Salisbury
Sistem
adalah sekelompok bagian tau komponen-komponen yang bekerjasama sebagai suatu
kesatuan fungsi.
4. John Mc Manama
Sistem
adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling
berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organic untuk mencapai suatu
hasil yang didinginkan secara efektif dan efisien.
Sedangkan pengertian
dari sistem pembelajaran sendiri
adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusia,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai
suatutujuan tertentu.Sesuai
dengan rumusan tersebut maka unsur manusia yang terlibat dalam sistem
pembelajaran tersebut adalah siswa, pengajar (guru), dan tenaga kependidikan
lainnya.[4]
b. Tujuan
dan Fungsi Sistem
Setiap
sistem mempunyai tujuan, tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki
oleh suatu kegiatan. Demikian pula kegiatan instruksional memiliki tujuan
tertentu. Tujuan suatu lembaga pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan
pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa
belajar mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi
yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagi fungsi yang
beraktivitas. Misalnya seorang manusa agar bisa hidup dan menunaikan tugasnya
didalam dirinya diperlukan adanya fungsi koordinasi dan penggerak, fungsi
pernapasan, fungsi pencernaan makanan, fungsi peredaran darah, fungsi
pengindraan, fungsi perlindungan terhadap penyakit dan berbagai bahaya, fungsi
pembiakan dan lain-lain.[5]
c. Analisis
Sistem
Analisis
sistem adalah cara berpikir berdasarkan teori umum sistem(General System Theory). Teori umum sistem menurut Boulding (1956)
merupakan kerangka ilmu pengetahuan yang dapat menyajikan suatu struktur
teoritik secara sistematis, dimana berbagai disiplin diarahkan, diintegrasikan,
dan didayagunakan secara produktif.
Dalam
konteks yang sama, Bertalanffy(1979) mengemukakan bahwa teori umum sistem “merupakan suatu konsep yang bersifat
menyeluruh yang memandang sesuatu secara keseluruhan, dimana keseluruhan itu
jauh lebih rtinya daripada jumlah bagian-bagiannya”. Dalam kaitan itu
Bertalanffy mengemukakan minimal ada lima tujuan utama teori sistem, yaitu:
1. Terdapat
kecenderungan mengintegrasikan berbagai ilmu yang alamiah dan ilmu sosial
2. Pengintegrasian
itu terpuasat pada teori umum sistem
3. Teori-teori
diatas mungkin merupakan instrumen penting dalam bidang ilmu nonfisik
4. Mengembangkan
prinsip-prinsip untuk menyatukan berbagai bidang ilmu
5. Dampak
dari hal-hal tersebut diperlukan pengintegrasian berbagai bidang ilmu dalam
proses pendidikan
Siagian(1988)
mengatakan bahwa analisis sistem dewasa ini merupakan salah satu alat yang
bantu yang makin luas penggunaannya dalam analisis keputusan. Karakteristik
analisis sistem menurut Quade(1968) adalah suatu pendekatan yang sistematik
yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan dalam memilih seperangkat
tindakan melalui penelaahan yang menyeluruh dan membandingkannya dengan
berbagai konsekuensi dari keputusan yang akan diambilnya.
Menurut
Subrahmanyam(1971) pertimbqngqn berdasarkan nilai-nilai tertentu merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam analisis sistem. Analisis sistem hanyalah
merupakan sustu tekhnik pengambilan keputusan dan bukan merupakan pengganti
pengembilan keputusan. Pada dasarnya analisis sistem merupakan suatu forum yang
dialog antar analis dan pengambil keputusan. Cleland dan King dua orang akar
menejemen menambahkan bahwa analisis sistem merupakan sustu metodologi untuk
menganalisis dan memecahkan permasalahan melalui suatu pengujian yang
sistematik dan sistemik serta membandingkan berbagai alternatif berdasarkan
sumber-sumber pembiayaan dan keuntungan yang berkaitan dengan setiap alternatif
yang diajukan. [6]
Antara
analisis sistem dan riset operasi terdapat perbedaan. Rist opersi adalah
penerapan konsep sistem dala upaya mengoptimalkan sumber-sumber ekonomis agar
terwujud proses transformasi yang efisien. Sedangkan analisis sistem merupakan
pendekatan terhadap permasalahan yang rumit dan kompleks. Riset operasi
diterapkan untuk melakukan pengoptimalan terhadap hal-hal yang bersekala kecil dan
untuk memilih suatu pemecahan optimal atau seperangkat alternatif yang telah
ditentukan. Sebaliknya analisis sistem mempunyai orientasi yang lebih luas.
Analisis sistem melaksanakan berbagai alternatif tujuan dan mengeksplorasi
berbagai implikasi dari berbagai asumsi alternatif. Analisis sistem biasanya
tidak menaruh kepedulian terhadap perhitungan pemecahan suatu masalah secara
optimal.
Kajian
analisis sistem ditujukan untuk menghindari berbagai berbagai kesalahan yang
berskala besar dan memberikan atau menyampaikan daftar pilihan kepada para
pengambil keputusan yang menggambarkan berbagai ramuan keefektiafan perincian
biaya untuk dijadikan pertimbangan dalam menetukan pilihan. Analisis sistem
berupaya mendesain pemecahan masalah baru dan memperluas jangkauan barbagai
alternatif dan melakuakn pemilihan alternatif terbaik dan berbagai alternatif
yang telah ditentukan. Penerapan analisis sistem yang paling sederhana adalah
suatu cara berpikir, tetapi sebaliknya analisis sistem juga dapat diterapkan
pada bentuk yang sangat rumit dengan mempergunakan berbagai perhitungan rumus
matematika yana paling kompleks samapi pada penggunaan komputer yang paling
canggih. Keluwesan penerapan analisis sistem untuk berbagai tingkat kerumitan
adalah bahwa analisis sistem merupakan metode yang dapat dipergunakan untuk
berbagai penerapan dalam memecahkan berbagai tingkatan masalah.[7]
d. Pendekatan
Sistem
Pendekatan
sistem adalah cara berpikir dengan menggunakan konsep sistem. John, Kast,
Rosenzweig (1973) mengemukakan bahwa pendekatan sistem adalah cara berpikir
untuk mengatur tugas, melaui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor
lingkungan internal dan eksternal sehingga merupakn suatu keseluruhan secara
terpadu. Pendekatan isstem juga merupakan cara berpikir sebuah metode atau
tekhnik analisis dan suayu jenis menejerial.
Van
Gigh (1974) mengemukakan bahwa pendekatan sistem merupakan desain metodologi,
kerangka kerja konseptual, metode ilmiah baru, teori keorganisasian, sistem
menejemen, metode rekayasa riset operasi dan metode untuk meningkatkan
efisiensi biaya serta metode untuk menerapkan teori umum sistem.
Sebagai
metode ilmiah baru, pendekatan sistem mencoba mewujudkan cara berpikir baru
yang dapat diaplikasikan, baik terhadap ilmu-ilmu perikehidupan maupun terhadap
ilmu-ilmu perilaku. Dalam teori organisasi dan menejemen modern, Kast dan
Rosenzweig (1974) mengemukakan bahwa pendekatan sistem merupakan suatu kerangka
kerja yang bersifat integratif dalam teori dan praktik organisasi dan
menejemen. [8]
Dalam
rangka memperkenalkan konsep dan aplikasi analisis sistem itu, badan penelitian
dan pengembangan pendidikan menyelenggarakan penataran intensif selama lebih kurang
sembilan bulanyang diikuti oleh para analis dan perencana kehidupan. Penataran
itu dilaksanakan melalui suatu kerjasama dengan the Rain Corporation, Santa Monica, Kalifornia, Amerika Serikat,
yaitu suatu badan penelitian yang bergerak dalam bidang perumusan dan
pengkajian berbagai masalah yang sifatnya strategis dan multi disiplin. Dalam
penyusunan rencana tahunan departemen pendidikan dan kebudayaan telah
menggunakan suatu instrumen pemecahan yang dikenal dengan sistem dan mekanisme
perencanaan terpadu rutin dan pembangunan. Pendekatan yang dijadikan kerangka
acuan dalam penyususnan sistem dan mekanisme tersebut adalah pendekatan sistem
yang disesuaikan dengan berbagai ketentuan yang berlaku dalam penyusunan
rencana dan program yang dianut dalam sistem administrasi pemerintahan di
Indonesia.
Dewasa
kini pendidikan telah dipandang sebagai suatu fungsi yang melekat dengan
kehidupan itu sendiri. Memperoleh pendidikan sudah suatu keharusan dan
kebutuhan dalam kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan telah
dipandang sebagai suatu investasi dalam pembangunan sumber daya manusia yang
amat diperlukan dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Pendidikan makin banyak
memerlukan berbagai eahlian profesional dalam menejemennya serta memerlukan
berbagai keahlian yang bersifat interdisipliner dalam memecahkan masalahnya.[9]
Pendekatan
sistem mulai dipergunakan dalam bidang latihan dan pendidikan (merumuskan
masalah), analisis kebutuhan dengan maksud mentransformasikannya menjadi
tjuan-tujuan (analisis masalah), desain metode dan materi instruksional (pengembangan
suatu pemecahan).[10]
e. Dinamika
Sistem
Rangkaian
kejadianyang rumit dan berubah menurut waktu adalah suatu proses dinamis.
Secara alami, proses dinamis selalu bergerak antara dua ujung, yaitu
keteraturan dan kekacauan. Rangkaian kejadian dalam proses dinamis itu memberi
bentuk kepada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi kelakuan
sistem. Kelakuan sistem terbentuk dari gabungan kelakuan lingkaran yang umpan
balik yang menyusun rangkaian sistem.
Dinamika
sistem sebagai alat untuk berpikir dapat diumpamakan seperti hubungan antara kran
air dan tangki. Tinggi air dalam tangki menggambarkan suatu keadaan yang
teramati perubahannya dan mencerminkan kinerja dari sistem. Perubahn tinggi air
dalam tangki, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan tentang putaran kran
air yang masuk dan keluar tangki. Arus yang masuk dan keluar dari kran
menggambarkan proses yang yang mencerminkan kinerja sistem. Perubahan arus air
masuk, dan keluar akan mempengaruhi dan dipengruhi oleh perubahan air dalam
tangki.
Untuk
menyusun hubungan antara keadaan dan proses tersebut saling mengait sebagai
lingkaran sebab akibat membentuk sistem yaitu:
1. Pembentukan
hubungan antara proses sebgai akibat, ataupun sebaliknya dan
2. Pembentukan
informasi tentang keadaan sebagai sebab menghasilkan keputusan yang berpengaruh
pada proses sebagai akibat.
Pemahaman
terhadap kerumitan, pergerakan, dan perubahan yang terdapat dibelakang pola
garis bergelombang adalah memahami dinamika dari suatu sistem. Kerumitan
dinamis dalam sistem berhubungan dengan gabungan lingkaran umpan balik pemacauan
dengan penyeimbangan. Peranan lingkaran umpan balik tertentu akan mempengaruhi
kelakuan sistem. Ada empat perilaku umum dari sistem umpan balik yaitu
pembelajaran, pembaruan, keseimbangan dan gelombang. Gabungan lingkaran umpan
balik dapat mengungkapkan kerumitan secara secara sederhana. Dalam
perkembangnnya, penyederhanaan kerumitan tersebut telah dikenali berbentuk
pola-pola lingkaran umpan balik. Masing-masing pola memiliki dan menjelaskan
kelakuan dinamis tertentu. [11]
f. Sistem
Pengajaran
Dalam
pengajaran, perumusan tujuan adalah yang utama dan setiap proses pengajaran
senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sistem
pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahap yaitu tahap analisis
(menentukan dan merumuskan tujuan), tahap sintesis (perencanaan proses yang
akan ditempuh), dan tahap evaluasi (mengetes tahap pertama dan kedua).
Sistem
pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
mansiawi,material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan. Orang yang terlibat dalam sistem pengajaran adalah
siswa, guru, tenaga lainnya, misalnya tenaga yang membantu dalam laboratorium.
Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, film, audio,
video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas, perlengkapan
audiovisual, bahkan juga komputer. Prosedur melipui jadwal dan metode
penyampaian informasi, penyediaan untuk praktek, belajar, pengetesan, dan
penentuan tingkat, dan sebagainya.
Ada
tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pengajaran, yaitu:
1. Rencana,
penataan intensional orang, material, dan prosedur, yang merupakan unsur sistem
pengajaran sesuai dengan suatu khusus, sehingga tidak mengambang.
2. Kesalingtergantungan
unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian yang koheren dalam keseluruhan,
masing-masing bagian bersifat esensial, satu sama lain saling memberikan
sumbangan tertentu.
3. Tujuan,
setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu. Ciri itu menjadi dasar
perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem-sistem alami
(natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti sistem transportasi, sistem
komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem natural,
seperti sistem ekologi, sistem persyaratan pada hewan, memiliki unsur-unsur
yang saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya disusun sesuai
dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan atau maksud.[12]
g. Penerapan
Sistem dalam Pembelajaran
Sistem
pendidikan merupakan suatu sistem yang terbuka, sebagai suatu sistem yang
bersifat terbuka sistem pendidikan ditandai dengan adanya struktur sistem
pendidikan yang terdiri atas sistem pendidikan yang bersifat nasional, sub
sistem pendidikan yang terdiri atas pendidikan sekolah dan pendidikan diluar
sekolah, komponen pendidikan yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, sub komponen yang terdiri atas pendidikan uum,
pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, dimensi fasilitas dan pembiayaan
pendidikan, variabel pendidikan terdiri atas jumlah peserta didik, jumlah
tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan serta penanggung jawab
pendidikan yang terdiri atas orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Sebagai
suatu sistem terbuka, sistem pendidikan melalui hubungan internal dan
eksternal. Hubungan internal dalam sistem pendidikan ditandai demgan adanya
hubungan yang suksesif, antara satu jenjang pendidikan dengan jejang yang
lainnya. Sedangkan hubungan eksternal ditandai adnya innteraksi, interelasi,
interdependensi antara sistem pendidikan dengan pendidikan yang lainnya yang
berada diluar sistem pendidikan.
Salah
satu konsep dasar yang juga ditemui oleh sistem pendidikan, yaitu konsep entropy, konsep ini berkaitan denagn
konsep keseimbangna dinamik. Yang dimaksud dengan konsep keseimbangan dinamik
adalah kemampuan, ketangguhan, dan keseimbangan dinamik dari suatu sistem dalam
mempertahankan eksistensinya.
Dalam
sistem pendidikan wujud konsep keseimbangan dinamik ini tercantum kedalam
berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan antara berbagai
subsistem, komponen, dan subkomponen serta antara dimensi yang satu dengan
dimensi yang lainnya dalam suatu sistem pendidikan.[13]
Di
Indonesia permintaan masyarakat terhadap pendidikan dilakuakn dengan melakukan
progam perluasan dan pemerataan kesempatan belajar. Proses belajar mengajar
dapat berlangsung dengan efisien dan efektif jika ditunjang oleh masukan
instrumental berupa tenaga didik, ruang belajar, dan juga diperlukan buku
pelajaran bagi tenaga didik dan peserta didik. Penduduk merupakan sasaran
kegiatan pendidikan, baik orang per orang maupun sebagai kelompok. Oleh karena
itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika kependudukan dan masalah-masalah
kependudukan sangat berpengaruh terhadap kegiatan sistem pendidikan, seperti
tingkat pertumbuhan, penyebaran penduduk, program transmigrasi, program
keluarga berencana, dan angkatan kerja.
Faktor
geografi mencakup antara lain aspek keadaan alam dan sumber daya alam. Hal ini
akan memberikan pengaruh besar terhadap perencanaan sistem pendidikan. Pengaruh
ini mungkin bersifat menunjang dan mungkin pula menghambat. Selain itu, faktor
geografi juga menerima pengaruh dari pendidikan, misalnya melalui pendidikan
dan kebudayaan, kita dapat mendorong peningkatan eksploitasi dan pemanfaatan
sumber daya alam dan mendorong pertumbuhan daerah pariwisata alam.
Minimal
terdapat lima aspek geografis yang mempunyai kaitan erat degan penyelenggaran
dan pengembanga sistem pendidikan, yaitu
1. Topografi
2. Sumber
kekayaan alam
3. Tanah untuk pembangunan
4. Fasilitas pendidikan
5. Hambatan alam
Aspek
topografis berkaitan erat dengan penentuan lokasi, satuan pendidikan,
rayonisasi penerimaan peserta didik, supervisi satuan pendidikan, penempatan
tenga didik, pendistribusian buku, dan peralatan pendidikan. Potensi kekayaan
alam apabila diolah maka akan mendapatkan pendapatan masyarakat. Dengan begitu,
diharapkan partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan akan meningkat.
Interaksi,
interrelasi, dan interdependensi antara sistem pendidikan dengan aspek-aspek,
sosial, budaya, agama, dan kepercayaan terhadap Tuahn Ynag Maha Esa tidak dapat
dihindari. Keterkaitan antara sistem pendidikan, dan aspek-aspek tersebut perlu
dipertimbangkan dalam rangka saling menumbuhkan dan saling menunjang.[14]
III. Hakikat
Berpikir Sistemik
a. Pengertian
Berpikir
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan
konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri(ed), 1983: 52 ) didalam diri seseorang,
berkembang ide dan konsep ini berlangsung mulai proses penjalinan hubungan
antar bagian-bagian informasi yang tersimpan didalam diri seseorang yang berupa
pengertian-pengertian.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja
otak.Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak.Pikiran manusia
lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.Kegiatan berpikir juga
melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak
manusia.Memikirkan sesuatu mengarahkan dari pada obyek tertentu, menyadari
secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan
tentang obyek tertentu.
Berpikir juga berarti jerih payah secara mental untuk memahami suatu
yang dialami mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapi. Berpikir juga
dapat dipandang sebagai pemrosesan informasi dari stimulus yang ada , sampai
pemecahan masalah. Dengan demikian berpikir juga dapat dikemukakan sebagai
proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon.[15]
b. Pengertian
Berpikir Sistemik
Berpikir sistemik (systemic
thinking) adalah sebuah cara untuk memahami sistem yang kompleks dengan analisis bagian-bagian sistem tersebut untuk kemudian mengetahui pola hubungan
yang terdapat didalam setiap unsur atau eleman penyusun sistem tersebut pada
prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua kemampuan berpikir yaitu,
kemampuan berpikir analis dan berpikir sintesis.
Sedangkan berpikir sistematik (systematic
thiking) artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode
tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Disini diperlukan ketaatan dan
kedisiplinan terhadap proses dan metoda yang hendak dipakai. Metoda berpikir
yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang beda, namun semuanya dapat dipertanggung
jawabkan karena sesuai dengan proses yang diakui luas.
Berpikir sistemik (systemic
thinking), maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola
keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem. Sementara berpikir sistemik
adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan pikiran lain
disekelilingnya, meskipun secara formal- procedural mungkin tidak terkait
langsung atau secara special berada diluar lingkungan tertentu. Systemic thinking lebih menekankan pada
kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian sistem.Cara
berpikir seperti bersebrangan dengan berpikir fragmented-liniar-cartesian.
Syarat
awal untuk memulai adanya kesadaran untuk menghormati dan memikirkan suatu
kejadian sebagai sebuah sistem. Penggunaan bahasa sistem dalam berpikir dapat
mendapatkan berbagai penafsiran sistem dari obyek yang sama. Perbedaan
penafsiran terletak pada sudut pandang yang dipakai dalam memikirkan suatu
kejadian yang sama sebagai suatu sistem.
Untuk
memudahkan jalannya berpikir sistemik, penetapan tujuan dari sistem dinyatakan
dalam bentuk yang lebih nyata, yaitu kinerja sistem yang teramati sebagai
capaian hasil kerja dari sistem. Kinerja sistem yang teramati adalah muara dari
rangkaian krjadian dalam sistem, baik sistem fisik maupun sistem nonfisik.
Ringkasnya, kinerja sistem berkaitan dengan kerja dari keseluruhan unsur sistem
yang saling berpengaruh dalam batas lingkungan tertentu. Jadi suatu sistem
dapat saja menjadi suatu sistem yang lebih kompleks, yang berarti bahwa kita
yang mempertimbangkannya sebagai sistem, dan kita sendiri yang menentukan
batas-batas dari sistem
itu sendiri.[16]
c. Corak
Berpikir Sistemik
Proses
berpikir sistemik bukanlah suatu hal yang baru. Sejak zaman purbakala yang
mampu menciptakan pyramid di Mesir sampai masyarakat maju yang mampu
mengantarkan manusia manusia berdarmaisata kelur angkasa, pada azaznya
senantiasa menerapkan gabungan corak berpikir sitemik. Ada 3 cara berpikir
sistemik yaitu:
1) Berpikir
sistem masukan-keluaran
Corak
berpikir yang mengikuti sistem masukan-keluaran sangatlah umum, masukan akan
diproses menjdi keluaran. Masukan yang akan diproses dikelompkkan mejadi tiga
yaitu bahan mentah, alat dan keadaan lingkungan. Keluaran yang dihasilkan
umumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu keluaran tunggal dan keluaran jamak.
Berdasarkan jenis perlakuan terhadap proses dikenal dua corak berpikir sistem
masukan-keluaran yaitu sistem kotak gelap ketika proses dianggap sempurna dan
tidak perlu diurai dan kotak terbuka
ketika proses dianggap perlu untuk diurai untuk disempurnakan.
2) Berpikir
sistem umpan balik
Corak
berpikir sistem umpan balik adalah penyempurnaan terhadap corak berpikir kotak
terbuka dalam sistem masukan-keluaran. Penyempurnaannya adalah pada proses
umpan balik untuk menjamin kemantapan sisitem. Unsur-unsur sistem ini adalah:
i.
Masukan yang diproses
umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masukan bahan mentah, alat, dan
keadaan lingkungan
ii. Keluaran
yang dihasilkan umumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu, keluaran tunggal dan
keluaran jamak
iii. Kinerja
dari sistem umumnya dicerminkan oleh informasi dari nilai keluaran yang selalu
dipantau
iv. Rujukan
kinerja sistem sebagai acuan yang selalu dituju
v. Kesenjangan
antara rujukan dengan kenyataan kinerja sistem yang selalu diamati
vi. Kebijakan
berdasarkan analisis untuk menjamin kemantapan sistem apabila sistem gagal
bekerja secara mandiri yaitu kebijakan mengisi kembali kesenjangan kinerja.
Apabila sistem bekerja dengan baik memperbaiki sendiri kesenjangna kinerja,
maka tidak diperlukan campur tangan kebijakan. Sistem ini juga disebut sistem
kendali mandiri.
3) Berpikir
sistem umpan balik adaptif
Penerapan corak sistem
umpan balik adaptif adalah sistem umpan balik yang menanggapi lingkungan.
Sistem ini dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana sistem dalam jangka panjang
dapat goyah dan ambruk, baik akibat gagal menanggapi penolakan dari lingkungan
maupun akibat pengaruh lingkungan yang mendadak berubah menekan sistem.
Pertama,
jika sistem goyah dan ambruk akibat keluaran yang dihasilkan mendadak ditolak
oleh lingkungan maka itu berarti kegagalan sistem terjadi akibat kurang
perkiraan terhadap dampak jangka panjang dari keluaran. Kedua, jika sistem
goyah dan ambruk akibat pengaruh lingkungan yang mendadak berubah menekan
sistem, artinya kagagalan sistem terjadi karena lemah ketahanan sistem
menghadapi tekanan perubahan lingkungan.
Jadi,
berpikir sistemik pada dasarnya adalah alat bantu untuk penyederhanaan
kerumitan sehingga kerumitan dapat ditangani. Membuat penyederhanan adalah
membuat sketsa dari suatu benda yang rumit tanpa kehilangan wujud keseluruhan
dari gambar sesungguhnya.[17]
IV. Berpikir
Sistemik dalam Pembelajaran
Berpikir
sistem berarti berpikir terhadap suatu objek secara utuh, keberhasilan atau
kegagalan lebih disebabkan oleh banyak elemen atau faktor.Menghilangkan salah
satu elemen berarti menghambat percepatan untuk mencapai kualitas sebuah
produk.
Berpikir sistem dapat juga disamakan dengan berpikir logis.Pola berpikir
logis ini sering ditunjukkan dalam bentuk model pembelajaran. Menurut Kaufman
model berpikir sistem yang diambil dari manajemen pendidikan dapat dirumuskan
sebagai proses enam tahap yang meliputi:
1.
Identifikasi
prioritas kebutuhan dan masalah yang berkaitan.
2.
Menentukan
persyaratan untuk memecahkan persoalan serta identifikasi alternatif pemecahan
yang mungkin dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3.
Pemikiran
alternatif atau penentuan strategi pemecahan berdasarkan alternatif yang
dimungkinkan.
4.
Pelaksanaan
strategi yang dipilih, termasuk manajemen dan kontrol atas strategi tersebut.
5.
Penilaian
keefektifan hasil karya berdasarkan kebutuhan dan persyaratan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
6.
Penyempurnaan
satu atau keseluruhan langkah dimuka umtuk menjamin bahwa sistem pendidikan itu
bersifat responsif, efektif, dan efisien.
Keenam
tahapan tersebut dapat dijadikan landasan dalam menyelesaikan atau memecahkan
permasalahan yang ada dalam proses pendidikan juga dapat diaplikasikan dalam
proses pembelajaran.[18]
Banyak para ahli pendidikan mengatakan bahwa pendidikan adalah merupakan
sistem tebuka (open system ). Artinya
proses pendidikan sangat ditentukan oleh perkembangan atau dinamika
perkembangan dari luar pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan harus mampu
merespon perkembangan dan dinamika yang ada diluar pendidikan misalnya dinamika
budaya, sosial, tekhnologi dan politik.
Inti pendidikan adalah pembelajaran, dengan demikian pembelajaran juga
merupakan sebuah sistem terbuka yang dipengaruhi oleh sesuatu yang ada diluar
pembelajaran, seperti ideologi guru, kompetensi guru, kualifikasi personal
siswa, kelengkapan sarana, kebijakan politik dan tekhnologi informasi.
Berdasarkan asumsi ini maka sistem dalam pembelajaran perlu didesain secara
utuh dan komprehensif agar proses pembelajaran benar-benar sesuai idealisme
yaitu mampu memberdayakan potensi siswa sehingga menjadi manusia yang utuh baik
dalam aspek kognitif (kualitas intelektual), affektif (kualitas kepribadian),
kualitas psikomotorik (ketrampilan otot atau mekanik).[19]
Berpikir
sistemik dalam pembelajaran adalah proses berpikir yang didasarkan pada masalah
pembelajaran sebagai suatu keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula
bagian-bagiannya. Ciri utama pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi
yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman,
alat, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan
ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen
sistem pembelajaran itu sendiri. Dimana dalam pembelajaran akan terdapat
komponen-komponen sebagai berikut : tujuan, bahan/materi, strategi, media, dan
evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu sistem, pembelajaran akan dipengaruhi oleh
beberapa unsur yang membentuknya. Beberapa unsur yang dapat mempengaruhi
kegiatan proses pembelajaran diantaranya guru, siswa, sarana, alat dan media,
dan lingkungan. Manfaat berpikir sistemik dalam pembelajaran diantaranya
sebagai berikut: dengan berpikir sistemik dalam pembelajaran maka arah dan
tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas, menuntun guru pada kegiatan
yang sistematis, dengan berpikir sistemik dalam pembelajaran, kita akan
diarahkan untuk melihat suatu permasalahan sebagai bagian dari suatu sistem
secara luas dan bukan sebagai suatu bagian spesifik yang terpisah.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Kamus Besar mendefinisikan bahwa pendidikan
berasal dari kata “didik”, yang mendapat awalan kata me- sehingga menjadi
mendidik artinya memelihara dan memberi latihan.Dalam memelihara dan member latihan diperlukan ajaran,
tuntutan dan pimpinaan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menutut bahasa
yunani, pendidikan berasal dari kata pedagogic yang terdiri atas paid yang
artinya anak dan agogos yang artinya membimbing, sehingga pedagoik dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak.
Di
Indonesia permintaan masyarakat terhadap pendidikan dilakuakan dengan melakukan progam
perluasan dan pemerataan kesempatan belajar. Proses belajar mengajar dapat
berlangsung dengan efisien dan efektif jika ditunjang oleh masukan instrumental
berupa tenaga didik, ruang belajar, dan juga diperlukan buku pelajaran bagi
tenaga didik dan peserta didik. Penduduk merupakan sasaran kegiatan pendidikan,
baik orang per orang maupun sebagai kelompok. Oleh karena itu, aspek-aspek
kependudukan, dinamika kependudukan dan masalah-masalah kependudukan sangat
berpengaruh terhadap kegiatan sistem pendidikan, seperti tingkat pertumbuhan,
penyebaran penduduk, program transmigrasi, program keluarga berencana, dan
angkatan kerja.
Berpikir
sistemik pada dasarnya adalah alat bantu untuk penyederhanaan kerumitan
sehingga kerumitan dapat ditangani. Membuat penyederhanan adalah membuat sketsa
dari suatu benda yang rumit tanpa kehilangan wujud keseluruhan dari gambar
sesungguhnya.
Berpikir
sistemik dalam pembelajaran adalah proses berpikir yang didasarkan pada masalah
pembelajaran sebagai suatu keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula
bagian-bagiannya. Ciri utama pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi
yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman,
alat, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan
ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen
sistem pembelajaran itu sendiri. Dimana dalam pembelajaran akan terdapat
komponen-komponen sebagai berikut : tujuan, bahan/materi, strategi, media, dan
evaluasi pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Humaniora, Bandung:2008
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta:
1980
Endang Soenarya, Pengantar
Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya
Nusa, Yogyakarta: 2000
Erman Aminullah,
Berpikir Sistemik, PPM, Jakarta, 2004
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi
Aksara, Jakarta: 2006
Heri Kurniawan, Kurikulum
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung : 2012
Kahar Utsman, Perancanaan Pendidikan, PPSB STAIN
KUDUS, Kudus: 2008
M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang: 2008
Oemar Hamalik, Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004
Sarbini, Perencanaan Pendidikan, CV. Pustaka
Setia, Bandung:2011
[1]Heri
Kurniawan, Kurikulum dan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung
:2012, hal. 108-109
[6]Endang
Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan
Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta:
2000, hal. 17-20
[7]Kahar
Utsman, Perancanaan Pendidikan, PPSB
STAIN KUDUS, Kudus: 2008, hal. 43-53
[10]Oemar
Hamalik, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004, hal. 4
[11]Erman
Aminullah, Berpikir Sistemik, PPM,
Jakarta, 2004, hal. 22-26
Comments
Post a Comment