CIRI-CIRI SISTEM DAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mengajar dapat membantu siswa memperoleh informasi,
ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya,
dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran
yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan
pada kondisi pembelajaran yang ada.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai
salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa
yang dipelajari siswa”.
2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hakikat sistem itu?
2.
Bagaimana hakikat pembelajaran yang efektif dan efisien
itu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sistem
1. Pengertian Sistem
Sistem secara sederhana dapat diartikan
sebagai seperangkat objek yang saling berhubungan antar objek dan antar
atributnya. Dengan kata lain sistem adalah suatu keseluruhan yang meliputi:
sejumlah bagian, hubungan antar bagian dan atribut-atribut dari bagian itu
maupun dari hubungan itu. Di antaranya contoh dari sistem adalah mobil, sepeda,
mesin, komputer, bangunan, tanaman, dan lain sebagainya[1].
Sedangkan menurut definisi tradisional,
mengatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen yang saling berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa
sistem itu sebagai: 1) kesatuan yang terorganisasi, yang mana tediri dari
sejumlah komponen yang saling berkaitan, 2) terdiri dari sekelompok objek yang
interdependen dan berhubungan satu dengan yang lainnya, 3) sistem adalah
sekumjugan bagian yang telah dirancang untuk mencapai suatu tujuan. [2]
Istilah sistem sendiri meliputi seperangkat
konsep yang sangat luas. Seperti halnya manusia, organisasi, mobil dan
lain-lain, semua itu pastinya memiliki batasan yang sangatlah berbeda. Namun
meskipun demikian terdapat persamaan dalam prosesnya dalam hal ini adalah
masukan(input) dan pengeluaran(output). Atau dengan kata lain,
sistem adalah suatu kesatuan unsur yang saling berinteraksi secara fungsional
yang memperoleh masukan menjadi keluaran. Adapun kesamaan lain yang dapat
dilihat dari ciri-cirinya antara lain: adanya tujuan, adanya fungsi untuk
mencapai tujuan, ada bagian komponen yang melaksanakan fungsi tersebut, adanya
interaksi antara komponen, adanya penghubung yang menimbulkan jalinan terpadu,
adanya proses transformasi, adanya proses umpan balik(giveback) untuk
mengadakan perbaikan, serta adanya daerah batasan dan lingkungan.[3]
Pendapat lain yang mendefinisikan mengenai
sistem antara lain:
a. Dalam the Holt Intermediate Dictionary of
American English menyatakan bahwasistem adalah sekelompok bagian yang
bekerjasama secara keseluruhan berdasarkan tujuan bersama.
b. Hicks menyatakan bahwa sistem adalah
seperangkat unsur-unsur yang berkaitan, saling bergantung, dan berinteraksi
atau satu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan
sehingga mencapai tujuannya tersebut.
c. Haveloch dan ubberman mendefinisikan bahwa
sistem sebagai kumjugan dari berbagai unsur yang saling berkaitan dengan yang
lainnya secara signifikan.
d. Dalam KBBI seperangkat unsur yang secara
teratur dan saaling berkaitan sehingga membentuk totalitas. Susunan yang
teratur dari pandangan, teori, asas serta metode.
Dalam hal ini Boulding
mengklasifikasikan bahwa sistem terdiri atas:Sistem yang statis yang membentuk
kerangka, sistem dinamis yang ditetapkan secara sederhana,sistem sibernetik,
sistem terbuka, sistem genetik, sistem hewani, sistem insani sebagai makhluk
hidup, sistem kehidupan sosial atau
sistem kehidupan sosial, sistem transendental[4].
Sistem adalah sekumjugan
komponen yang saling tergantung dan berhubungan satu dengan yang lainnya
yangmana dapat menyelesaikan tujuan yang hendak dicapainya.
Pada dasarnya sistem
terdiri dari sistem terbuka dan sistem tertutup. Karakteristik sistem terbuka
memiliki hierarki danstruktur, hubungan internal dan ekternal, hubungan
sebab akibat, hubungan fungsional, lingkungan pembatas, entropy,
prosedur kerja, mekanisme adaptasi, penjabaran internal, dan umpan balik.[5]
Di dalam suatu sistem yang
komplekss seperti sistem sosial termasuk di dalamnya sistem pendidikan,
kejelasan hierarki atau struktur sistem sangat penting. Kejelasan
istilah-istilah yang digunakan dalam suatu sistem perlu adanya kesepakatan oleh
sekelompok orang yang akan mengatur sistem tersebut lalu disepakati bersama
yang disebut dengan sistem, subsistem, komponen, dimensi, dan variabel dalam
suatu masalah.
Sesuatu dapat dinamakan
dengan sistem apabila terjadi hubungan baik eksternal maupun internal
antarsubsistem. Interaksi, interreslasi dan interdependensi itu dinamakan hubungan
internal, sedangkan apabila interaksi, interrelasi dan interdependensi itu
terjadi pada suatu sistem, maka itu dunamakan dengan hubungan eksternal. Apabila
hubungan antarsubsistem itu tergantung dari komponen lain, maka itu dinamakan
dengan hubungan deterministik. Namun sebaliknya apabila hubungan itu
tidak tergantung pada komponen lain itu dinamakan hubungan nondeterministik.
Apabila ada hal yang mempengaruhi pertumbuhan dari subsistem lalu subsistem
itu menjadi kuat itu dinamakan dengan hubungan fungsional. Namun
sebaliknya apabila ada hubungan yang pada akhirnya menghambat kerja sistem maka
itu dinamakan dengan hubungan dis-fungsional.
Prosedur kerja suatu
sistem mengubah atau memproses masukan yang diperolah dari lingkungan atau dari
sistem lain menjadi keluaran, yang selanjutnya akan dijadikan masukan oleh
sistem yang lain. Proses transformasi ini merupakan suatu proses yang bersifat
ritmik. Secara singkat, proses kerja sistem digambarkan sebagai berikut:[6]
|
|
|
Hasil yang dikeluarkan
oleh suatu sistem kepada sebuah atau beberapa sistem yang lainnya sebagai
masukan yang akan diproses lebih lanjut. Pemprosesan kedua akan menghasilkan
sesuatu yang akan dikeluarkan oleh sistem pemprosesan dan ditampung lagi oleh
sistem. Demikian seterusnya sampai input yang masuk ini diproses menjadi output
yang siap setelah melalui beberapa tahapan transformasi.[7]
Jadi sistem adalah
hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain, saling berkaitan,
saling bergantung, berinterdependensi, dimana jika satu rusak yang lain juga
ikut rusak.[8]
2. Komponen-komponen sistem
Misalnya saja dalam hal
pendidikan, maka untuk menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan dibutuhkan
bagian-bagian yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan tersebut. bagian-bagian
itu di antaranya adalah:
Nama
|
Tujuan
|
Fungsi-fungsi
|
Pelaksanaan Fungsi
|
Intruksional
|
Siswa be-lajar peri-laku
ter-tentu yang telah di-tetapkan terlebih dahulu
|
Riset
Rancangan
Produksi
Seleksi
Logistik
Pemanfaatan
Evaluasi
MenajemenOrganisasi
Manajemen personil
|
Dosen, Peneliti
Dosen, Ahli Pengembangan
Intruksional
Spesialis media
Dosen
Pustakawan, Teknisi
Dosen
Dosen
Ketua Jurusan, Ketua
Lembaga, Ketua UPP Rektorat, Ketua dekan
|
Bagian suatu sistem yang
melaksanakan fungsi untuk menunjang pencapaian tujuan dari suatu sistem disebut
dengan komponen. Dengan demikian, jelaskan bahwa sistem itu terdiri dari
berbagai komponen-komponen yang masing-masing dari komponen tersebut memiliki
fungsunya tersendiri.
Komponen yang berfungsi
untuk melaksanakan suatu transformasi disebut dengan subsistem, karena
masing-masing bagin dari komponen tersebut adalah suatu sistem.
Komponen-komponen tersebut memilikijuga berbagai komponen yang lebih kecil yang
berfungsi untuk mendukung dari pencapaian tujuan.[9]
3. Ciri-ciri Sistem
Dalam perspektif para
ilmuan, semua sistem baik sistem terbuka maupunsistem tertutup, memiliki
beberapa ciri-ciri yang dapat disebut dengan ciri universal sistem. Semacam itu
dapat digunkan untuk membantu mengkonsep suatu sistem.
a.
Cenderung ke arah entropi
lamban, menua, mati
Secara istilah sistem berarti eksistensi dan kegiatan.
Akan tetapi semua sistem akan, apakah yang hidup, yang mekanis atau yang
konseptual adalah untuk digunakan, dan kemudian mengalami kerusakan dan
akhirnya tidak dapat berfungsi kembali. Hanya sistem yang vital dan konseptual
dapat bertahan sampai lama. Apabila suatu sistem dapat memanfaatkan sumber dan
lingkungannya dan dapat melanjutkan kegiatan, maka sistem itu dapat
meningkatkan eksistensinya. Pada saat entropi fungsional atau subsistem paling
penting tersebut bergerak menuju ke arah keadaan entropi maka sistem akan
hancur atau musnah. Akan tetapi, dengan melalui adaptasi dan regenerasi maka
sistem ini dapat memperbaiki eksistensinya kembali. Sebaliknya apabila entropi
tersebut menyerang kepada subsistem yang utama dari sistem yang paling besar,
maka sistem tersebut akan berada pada keadaan yang bahaya. Sebuah sistem yang
terbuka harus mampu mempertahankan diri dari evolusi melalui adaptasi dan
perkembangan memaksimumkan eksistensinya.
b.
Hadir dalam ruang dan
waktu yang tidak bisa dihentikan
Suatu sistem akan mengalami evolusioner dan mengalami
pertumbuhan atau bahkan kemunduran dalam waktu ke waktu. Agar mampu memahami
suatu sistem maka seseorang diharuskan untuk mempelajari sejarah masa lalu dan
memproyeksikan kepada masa depan. Keberhasilan maupun kegagalam pada masa lalu
adalah kejadian-kejadian yang malalui
observasi dan memberikan arah yang bagi kegiatan di masa depan, akan tetapi
dalam perjalanan yang sangat sedikit sekali artinya kecuali akibat-akibatnya di
masa lalu. Mereka yang bekerja dengan sistem harus mengamati dan memberikan
penilaian pada kegiatan sistem tersebut, dan difokuskan pada penyesuaian sistem
itu terhadap masa depan.
c.
Mempunyaibatas-batas yang dapatberubah
Garis batas sistem dapat dipandang sebagai suatu titik
yang membatasi bagian dari luar di mana aspek-aspek unik dari sistem tidak
dapat dilihat kembali. Batas beberapa sistem, seperti halnya mobil atau mesin
ketik agak tertentu, sedangkan sistem lain seperti sekolahan, masyarakat sangat
tidak pasti.
Dari perspektif lain karena batas sistem menunjukkan mana
yang termasuk dan mana yang tidak termasuk sistem itu, maka pertumbuhan dan
perkembangan sistem seringkali dapat ditingkatkan dengan memperluas atau
mempersempit batas sistem menurut kebutuhan. Namun realita sekarang ini, suatu
anggota sistem dapat bertindak atas nama sistem, sehingga lebih mudah bergerak
tanpa batas daripada menyeberangi batas. Oleh karena itu, lebih mudah bagi
seorang guru untuk menyesuaikan diri dari sistem itu daripada memasukinya.
d.
Mempunyai lingkungan
proksimal dan distal
Lingkungan dari sebuah sitem adalah segala sesuatu yang
berada pada batas sistem itu. Maka lingkungan juga tidak tentu dalam definisi
sistem dan dapat bervariasi karena batasnya bervariasi. Oleh karena itu, maka
lingkungan dalam sistem ini dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan proksimal
dan lingkungan distal. Lingkungan proksimal adalah lingkungan
yang disadari oleh suatu sistem, sedangkan lingkungan distal adalah
lingkungan yang tidak disadari oleh sistem itu. Lingkungan itu sangat penting
bagi sistem karena lingkungan tersebut mempengaruhi kegiatan sistem. Akan
tetapi, bagi sistem terbuka yang memiliki hakikat berada dalam suatu hubungan
pertukaran dinamis dengan lingkungannya, maka lingkungan itu sangatlah penting.
Penerapan dalam kegiatan sehari-hari adalah misalnya saja
pada sistem yang ada di sekolahan dengan lingkungannya. Walaupun sistem seperti
halnya sekolahan, perkumjugan atau manusia secara individu, berbuat kebaikan
dan keuntungannya sendiri, akhirnya mereka dinilai dari layanan mereka terhadap
lingkungannya yang lebih besar. Lingkungan akan memberikan ganjaran dan akan
meningkatkan sistem itu sesuai dengan kontribusi dan dukungan yang telah diberikan
oleh sistem kepada lingkungannya tersebut.
e.
Mempunyai variabel dan
parameter
Semua sistem memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur dan fungsi sistem itu. Faktor yang ada dalam sistem itu adalah variabel,
sedangkan faktor yang ada di luar sistem adalah parameter. Pada sistem
yang tertutup hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalam sietem
itu, sedangkan pada sistem terbuka dipengaruhi olek faktor-faktor kejadian,
situasi, dinamika energi, kekuatan, fungsi buruk dan lain sebagainya. Dengan
kata lain relevansi dari sistem ini adalah: semua sistem peka dan sistem
terbuka peka terhadap kejadian intern maupun ekstern.
f.
Mempunyai subsistem
Ciri dari sistem yang ke-enam adalah bahwa sistem itu
memiliki subsistem. Subsistem adalah satuan unit yang terikat yang mana terdiri
dari bagian-bagian, hubungan-hubungan dan atribut-atribut. Subsistem berfungsi
dan diklasifikasikan sebagai sistem dalam hubungannya dengan suatu suprasistem.
Konsep subsistem sangat berharga dengan menganalisis sustu sistem, terutama
dalam menganalisis sistem-sistem yang besar dan komplekss.
Subsistem juga mempunyai batasan. Dalam sistem yang
sangat besar, dapat di identifikasian sejumlah besar subsistem yang dapat
dirumuskan berbeda dan saling tumpang tindih. Konsep ini sangat penting
mengingat bahwa tindakan sistem adalah hasil dari ketergantungan antarfungsi
selain itu subsistem juga memilki unit yang fundamental dan, mendasar untuk
analisis sistem.
g.
Mempunyai
suprasistem.
Ciri yang ke-tujuah dari sistem ialah suprasistem. Pada
dasarnya semua sistem yang dianalisis memiliki subsistem-subsistem maka
sesungguhnya semua iyu adalah subsistem yang lebih besar dan lebih komplekss,
sepertihalnya sekolahan, yang mana sekolahan itu adalah subsistem dari negara.
Selanjutnya lingkungan sistem itu dapat dibuat lebih penting dalam artian di
dalam sistem ini terdapat suptrasistem
yang mana sistem tersebut saling terkait bagiannya. Oleh karena itu adajuga
sistem yang sedang dibicarakan harus berkaitan secara fungsional sebagai
subsistem yang lebih besar atau suprasistem.[10]
Dalam buku karangan Tatang (2012:218) mengemukakan bahwa
ciri-ciri sistem terdiri dari 1) tujuan, 2) fungsi-fungsi yang diperlukan, 3)
komponen-komponen, 4) interaksi atau saling berhubungan, 5) penggabungan yang
menimbulkan jalinan paduan, 6) proses transformasi, 7) umpan balik untuk
koreksi, 8) daerah batasan dan lingkungan.[11]
4.
Ciri-ciri Sistem Terbuka
a.
Masukan dan keluaran
Ciri unik yang pertama dari sistem terbuka adalah sistem
terbuka memelihara dirinya sendiri dengan cara bertukar energi dan informasi
dengan lingkungannya. Maknanya adalah sistem terbuka ini mempunyai masukan
(input) dan keluaran (output). Tindakan sistem terbuka melibatkan
transmisi masukan atau stimulus tindakan menjadi keluaran yaitu hasil terminal
atau produk. Oleh karena itu sistem terbuka memiliki peran ganda, yaitu
memelihara dirinya sendiri dan melayani lingkungannya.
b.
Keadaan yang tetap
Sifat ke dua dari sistem terbuka ini adalah sistem
terbuka cenderung memelihara dirinya sendiri dalam keadaan yang tetap. Ini
menandakan bahwa sistem terbuka menjaga dirinya sendiri pada tingkat integrasi
yang tinggi yang ditandai adanya rasio yang dinamis dari komponen-komponen dan
ciri-ciri sistem. Yang dimaksud dengan rasio dinamis adalah kehidupan atau
perkembangan eksistensi yang berupaya meningkatkan keteraturan, diferensiasi,
variasi, dan komplekssisitas. Sistem terbuka memelihara dirinya sendiri, maksudnya
adalah sistem terbuka pada akhirnya akan memilih dan mengontrol pola
perkembangannya.
c.
Pengaturan diri
Yang ketiga adalah, sistem terbuka mempunyai sifat
mengatur diri sendiri, yaitu sistem
terbuka itu sendiri yang mengatur dan mengontrol kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhinya.
d.
Ekuifalitas
Ciri ke empat dari sistem terbuka adalah sistem itu
menunjukkan ekuifalitas. Ini berarti bahwa sistem terbuka memiliki
kapasitas untuk memperoleh hasil yang sama dengan menggunakan cara yang
berbeda. Ini berarti suatu sistem hanya dapat melakukan suatu cara untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
e.
Interaksi dinamis
Ciri ke lima dari sistem terbuka ini adalah sistem itu
memelihara dirinya melalui interaksi dari berbagai subsistem fungsional.
Konsep sistem paling penting dalam mempertimbangkan sistem terbuka karena
hasil-hasil sistem terbuka berasal dari kegiatan sistem. Dalam hal sistem
terbuka, kegiatan, hubungan,dan adaptasi dari subsistem itu penting dalam
kehidupan sistem. Karena jika subsistem tidak berfungsi maka sistem akan
mengalamin kesulitan.
f.
Umpan balik
Sifat ke enam dari sistem terbuka adalah sistem
terbuka, sebagian fingsinya memelihara keadaan yang tetap melalui umpan balik. Umpan
balik adalah proses evaluatif atau pantauan dari sistem terbuka untuk menilai
keluaran dan prosesnya. Pemaliharaan keadaan yang tetap ini dilaksanakn ketika
sistem telah menerima informasi untuk menilai atau memodofikasi bila perlu.
g.
Pemisahan diri yang
prograsif
Ciri ke tujuh dari sistem terbuka ini adalah semua sistem terbuka menunjukkan pemisahan
diri yang progresif. Ini merupakan pemisahan diri yang menjadi suatu fungsi
dari subsistem. Proses sistem ini menjamin keefektifan dan integrasi intern
sistem dan memberikan kontribusi kepada kemampuan sistem untuk menangani
kekuatan-kekuatan yang mempengaruhinya.
h.
Mekanisasi progresif
Ciri ke delapan yang biasanya terdapat dalam sistem
terbuka adalah sistem terbuka memiliki mekanisme yang progresif. Artinya
adalah dalam sebuah sistem yang terbuka ada pengaturan mengenai proses tertentu
yang menjadi aturan yang pasti. Atau dengan kata lain sistem terbuka ini
memperhatikan “regularitas” rangsangan tindakan dalam dirinya sendiri
dan pada lingkungannya melalui proses. Regulasi homoestatik adalah suatu
bentuk mekanisme progresif tetapi konsep yang ke dua ini lebih luas. Regulasi
homoestatis biasanya digunakan untuk simpangan-simpangan yang ada di dalam
keadaan sistem, sedangkan mekanisme biasanya digunakan untuk semua regulasi,
baik yang bersifat normal maupun yang krisis.[12]
5.
Analisis Sistem
Analisis sistem adalah cara berpikir yang didasarkan pada
teori umum sistem. Teori umum sistem menurut Boulding adalah kerangka ilmu
pengetahuan yang di dalamnya dapat menyajikan suatu struktur teoretis secara
sistematis, dimana berbagai disiplin ilmu telah diarahkan. Pada bagian lain,
Boulding mengatakan bahwa kebutuhan atas suatu gagasan teoritik yang dewasa ini
meningkat. Selain itu ia juga mengatakan bahwa tujuan umum dari sistem di
antaranya adalah untuk mengembangkan konsep-konsep teoritik yang bersifat umum
agar memungkinkan seorang spesialis dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.
Dalam hal yang sama juga Bertalanffy mengemukakan bahwa
tujuan umum teori dari sistem itu sendiri di antaranya adalah terdapat
kecenderungan mengintegrasikan berbagai ilmu alamiah dan ilmu sosial,
pengintegrasian itu nampaknya berpusat pada teori umum sistem, teori-teori di
atas mungkin merupakan instrumen paling pentingdalam bidang ilmu nonfisik,
mengembangkan prinsip-prnsip untuk menyatukan berbagai ilmu, dan dampak dari hal-hal tersebut diperlukan berbagai
ilmu dalam proses pendidikan.
Karakteristik analisis sistem menurut Quade adalah suatu
pendekatan yang sistematis yang dapat membantu pimpinan dalam memilih seperangkat
tindakan melalui penelaahan yang menyeluruh dan membandingkan dengan bergadai
konsekwensi dari keputusan yang akan diambilnya.
Analisis sistem menurut ortigoza dan Wedemeyer adalah
metode untuk mengaplikasikan pendekatan sistem atau teori umum sistem untuk
memecahkan berbagai masalah di dalam perencanaan.
Untuk mengaplikasikan pendekatan sistem menurut Quade dan
Subrahmanyam, setidaknya ada empat langkah yang harus dilakukan:
1)
Merumuskan tujuan yang
ingin dicapai
2)
Mengembangkan berbagai
alternatif yang mungkin dapat dilakukan dalam mencapai tujuan
3)
Menentukan kriteria untuk
melihat alternatif yang paling baik dari seperangkat alternatif yang diajukan
4)
Memilih alternatif yang
terbaik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dari seperangkat alternatif yang
diajukan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimjugan
bahwa analisis sistem merupakan suatu metode yang sangat mendasar untuk
memahami hubungan sistem dengan lingkungannya. Dalam pengertian umum, analisis
sistem adalah pedoman untukberpikir yang di dalamnya menyajikan seperangkat
kerja yang dapat digunakan metode analisis yang lainnya.
Penerapan sistem dalam hal ini adalah suatu cara
berpikir, tetapi juga sebaliknya analisis sistem juga dapat diterapkan pada
bentuk yang sanagt rumit dengan mempergunakan berbagai perhitungan rumus
matematika yang paling kompleksjuga sampai pada penggunaan komputer yang
canggih juga. Keluwesan sistem untuk berbagai tingkah kerumitan adalah bahwa
sistem merupakan metode yang dipergunakan untuk berbagai penarapan dalam
memecahkan beberapa masalah.[13]
6.
Perencanaan Pengajaran
Sistemis
Suatu model penggunaan pendekatan sistem dalam rangka
mengembangkan course design, adalah sebagai berikut:
1)
Identifikasi tugas-tugas
Suatu kegiatan harus dimulailah dulu dengan pembuatan
semacam job description secara cermat dan lengkap. Selanjutnya dibentuk
peranan-peranan yang harus dilaksanakan sesuai dengan job tersebut, yang
menjadi titik tolak dari tugas-tugas tersebut adalah yang akan dikerjakan oleh
lulusan.
2)
Analisis tugas
Tugas-tugas yang harus ditetapkan secara dimensional
dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih terperinci. Setiap dimensi
tugas dijabarkan sedemikian rupa yang mencerminkan segala sesuatu yang harus
dikerjakan oleh lulusan.
3)
Penetapan kemampuan
Langkah ini sejlan dengan langkah sebelumnya, karena
setiap kemampuan setidaknya didasarkan pada kriteria kognitif, efektif dan
eksploratoris. Tentu saja kemampuan-kemampuan yang diharapkan itu harus relevan
dengan tuntutan kerja yang telah ditentukan.
4)
Spesifikasi pengetahuan,
keterampilan dan sikap
Hal-hal tersebut ditampilkan sebagai kriteia kognitif,
afektif dan perbuatan. Setiap kemampuan yang dimiliki. Dirinci menjadi
pengetahuan apa, sikap-sikap apa dan ketrampilan-ketrampilan apa yang perlu
dimiliki oleh lulusan.
5)
Identifikasi kebutuhan pendidikan
dan latihan
Langkah ini merupakan analisis kebutuhan pendidikan dan
latihan-latihan yang sewajarnya. Maksudnya adalah jenis-jenis pendidikan dalam
rangka mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ditetapkan, seperti kegiatan
belajar teori dan praktik.
6)
Perumusan tujuan
Tujuan-tujuan program atau tujuan pendidikan ini masih
bersifat umum, sebagai tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional umum.
7)
Kriteria keberhasilan
program
Kriteria ini sebagai indikator keberhasilan suatu
program. Keberhasilan itu ditandai olek ketercapaian tujuan-tujuan atau
kemampuan yang diharapkan. Tujuan-tujuan program dianggap tercapai jika lulusan
dapat menunjukkan kemampuan melaksanakan tugas yang telah ditentukan.
8)
Organisasi sumber-sumber
belajar
Langkah ini menekankan pada materi pelajaran yang akan
disampaikan sehubungan dengan pencapain tujuan kemampuan yang telah ditentukan.
Komponen ini juga berisikansumber materi dan objek masyarakat, yang dapat
dijadikan sebagai sumber informasi.
9)
Pemilihan strategi
pengajaran
Titik berat analisis pada langkah ini adalah penentuan
strategi dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kemampuan yang
diharapkan.perlu dirancang kegiatan-kegiatan pengajaran dan dalam bentuk
kegiatan tatap muka. Kegiatan terstruktur dan kegiatan mendiri serta kegiatan
pengalaman lapangan yang relevan dalam bidang yang bersangkutan. Strategi
pengajran terpadu dapat menunjang keberhasilan program pengajaran.
10) Uji lapangan program
Uji coba lapangan yang telah didesain untuk melihat
kemungkinan keterlaksanaannya. Melalui uji coba secara sistematik dapat menilai
hingga kemungkinan keberhasilan, hasil kesulitan yang ada pada gilirannya
memberikan informasi balikan untuk perbaikan program.
11) Pengukuran reliabilitas program
Pengukuran ini sejalan dengan pelaksanaan uji coba
program di lapangan. Berdasarkan pengukuran itu dapat dicek sejauh mana
efektivitas program, validasi dan reliabilitas alat ukur dan efektivitas sistem
instruksional. Informasi pengukuran dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan
dan penyesuaian program.
12) Perbaikan dan penyesuaian program
Langkah ini merupakan tindak lanjut setelah dilaksanakna
uji coba dan pengukuran. Perbaikan dan adaptasi program barangkali diperlukan
guna menjamin konsistensi koherensi dan monitorng sistem.
13) Pelaksannan program
Pada tingkat ini perlu dirancang dan dianalisis
langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rtangka pelaksanaan program. Langkah
ini didasari oleh asumsi, bahwa rancangan program yang telah didesain secara
cermat dan telah diuji coba serta perbaikan dapat dipublikasikan dan
dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.
14) Monitoring program
Sepanjang pelaksanaan program diadakan monotoring secara
terus dan berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program.
Kegiatan monotoring hendaknya didesain secara analisis. Mungkin selama
pelaksanaan masih terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki dan diadaptasikan.
Dengan demikian diharapkan pada akhirnya dikembangkan suatu program yang
benar-benar sinkron dengan kebutuhan lapangan dan memiliki kemampuan
beradaptasi.[14]
B.
Pembelajaran yang Efektif
1.
Definisi Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Noehi Nasution, dan kawan-kawan memandang belajar
bukanlah suatu aktivitas yang berdiri
sendiri. Mereka berkesinambungan, ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat
langsung di dalamnya, yaitu raw input, learning teaching process, output,
enviromental input, dan instrumental input. Masukan mentah (raw input), merupakan
bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning
teaching process) dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran atau
lulusan (output) dengan kualifikasi tertentu. Di dalam proses belajar
mengajar itu ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan
masukan dari lingkungan (environmental input) dan sejumlah faktor
instrumental (instrumental input) yang dengan sengaja dirancang dan
dimanijugasikan guna menunjang tercapainya keluaran atau lulusan yang
dikehendaki.[15] Seiring banyaknya pendapat mengenai belajar,
dalam hal ini akan diungkapkan pengertian belajar dari para ahli, di antaranya:
1. Harold Spears menyatakan bahwa learning is
to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to
follow direction. Definisi menurut Harold lebih menekankan pada aspek
aktivitas-aktivitas yang dilakukan seseorang ketika belajar.
2. Gagne dan Briggs dalam buku yang berjudul Principles
of Instructional Design mendifinisikan bahwa belajar sebagai suatu proses
kognitif yang mentransformasikan stimulasi dari lingkungan ke dalam beberapa
fase pemprosesan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu kapabilitas
yang baru. Definisi ini lebih menekankan pada aspek proses kognitif.
3. Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang mempunyai tiga ciri: pertama, proses tersebut
membawa perubahan (baik aktual maupun potensial). Kedua, perubahan pokok
tersebut ialah didapatkannya kecakapan baru, dan Ketiga, perubahan itu
terjadi apabila karena usaha. Definisi ini menekankan pada hasil belajar yang
berupa perubahan pada diri seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah sebuah proses yang menjadikan seseorang untuk mendapatkan
keterampilan, pengetahuan, sikap yang baru. Dalam proses belajar melibatkan
proses mental internal yang terjadi berdasarkan pelatihan, pengalaman, serta
interaksi sosial. Hasil dari belajar itu sendiri ditunjukkan dengan perubahan
perilaku seseorang. Dan perubahan yang terjadi tersebut bersifat relatif dan
permanen.
2. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari bahasa inggris “insntruction”
yang dapat dimaknai sebagai usaha yang bertujuan untuk membentuk seseorang
dalam hal belajar. Adapu definisi pembelajaran menurut para ahli:
1. Gagne mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah
serangkaian proses yang disusun untuk memdukung kegiatan belajar.
2. Miarso mendefinisikan pembelajaran adalah
suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terjadi perubahan yang menetap pada
diri orang lain. Usaha tersebut dilakukan oleh seseorang atau sekelompok yang
memiliki kemampuan dalam merancang atau mengembangkan sumber belajar yang
diperlukan.
3. Walter Dick mendefinisikan pembelajaran
sebagai intervensi yang dilaksanakan untuk tujuan tertentu, bahan, atau prosedur
yang ditargetkan pada pencapaian tujuan itu sendiri.
Dari uraian di atas tampak
jelas bahwa pembelajaran tidak menitikberatkan “pada apa yang dipelajari”
melainkan “pada pembuatan pembelajaran sehingga mengalami proses belajar”.
Komponen-komponen pembelajaran ada dua yaitu: merancang tujuan pembelajaran dan
mengidentifikasi peristiwa pembelajaran yang tepat untuk tujuan yang telah
ditentukan.
Dalam kehidupan
sehari-hari pembelajaran kerap kali disamakan dengan pengajaran, padahal pada
dasarnya keduanya sangatlah berbeda. Pembelajaran berasal dari kata “belajar”
sedangkan pengajaran berasal dari kata “mengajar”. Istilah belajar lebih fokus
pada proses belajar yang terjadi pada diri sang pembelajar, sedangkan istilah
mengajar berorientasi pada proses mengajar yang dilakukan oleh guru.
3. Bentuk-bentuk Belajar
Menurut Muhibbin Syah
(2005) bentuk-bentuk belajar yang umum dijumpai dalam proses pembelajaran
antara lain adalah :
1. Belajar abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan
cara-cara berpikir abstrak. Adapun tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk
memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping
penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini
misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian
materi bidang studi agama seperti tauhid.
2. Belajar keterampilan
Belajar keterampilan
adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf.
Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah
tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur sangat
diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik,
menari, melukis, service alat elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran
agama, seperti gerakan shalat dan tata cara ibadah haji.
3. Belajar sosial
Belajar sosial pada
dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk
memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga,
masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan.
4. Belajar pemecahan masalah (problem solving)
Belajar pemecahan masalah
pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode lmiah atau berpikir secara
sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah utuk memperoleh
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional,
lugas, dan tuntas. Untuk keperluan ini, guru sangat dianjurkan menggunakan
model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.
5. Belajar rasional
Belajar rasional ialah
belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis.
Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai kecakapan menggunakan prinsip-prinsip
dan konsep-konsep.
6. Belajar kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah
proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan
yang telah ada. Belajar kebiasaan biasanya menggunakan perintah, suri tauladan,
pengalaman khusus, dan juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar
siswa memperoleh sikap-sikapdan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan
positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta selaras dengan norma dan
tata nilai moral yang berlaku.
7. Belajar apresiasi
Belajar apresiasi adalah
belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah
agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah afektif yang dalam hal
ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya
apresiasi sastra, apresiasi musik, dan lain sebagainya. Bentuk belajar ini
biasanya diterapkan dalam bidang studi bahasa dan sastra, kerajnan tangan,
kesenian, dan menggambar, juga seni baca al-Qur’an.
8. Belajar pengetahuan
Belajar pengetahuan ialah
belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan
tertentu. Tujuannya ialah agar sswa memperoleh atau menambah informasi dan
pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan
alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.[16]
4. Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai hasil yang
diharapkan. Hasil pembelajaran berbeda dengan dengan hasil belajar, karena
hasil pembelajaran lebih terfokus dengan pembelajarannya, sedangkan hasil
belajar adalah salah satu aspek dari hasil pembelajaran .
Hasil pembelajaran dapat di kelompokkan
menjadi tiga:
a. Efektivitas pembelajaran
Diukur dari tingkat prestasi yang telah dicapai siswa.
Prestasi tersebut bermacam-macam mulai dari pengetahuan generik seperti
memecahkan masalah, mampu berpikir logis, sampai pengetahuan yang sifatnya
spesifik.
b. Efisiensi pembelajaran
Dapat diukur dari efiktivitas perbandingan waktu yang
digunakan siswa, biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan pembelajaran, dll.
c. Daya tarik pembelajaran
Kerap kali diukur dari kecenderungan siswa untuk belajar
secara terus menerus.[17]
5. Pembelajaran yang Efektif dan Efisien
Pembelajaran yang efektif adalah proses
pembelajaran yang mampu memberikan nilai tambah atau informasi baru bagi siswa. Pembelajaran dikatakan efektif jika
pembelajaran tersebut mampu memberikan atau menambah informasi atau pengetahuan
baru bagi siswa. Misalnya sebelum pembelajaran siswa belum bisa membaca dan
belum mengetahui jumlah malaikat dan Rasul yang wajib diimani, setelah proses
pembelajaran siswa akhirnya mampu membaca dan mengetahui jumlah malaikat dan
Rasul yang wajib diimani oleh umat islam. Sedangkan pembelajaran yang efisien
adalah pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan, dan mampu memberikan
motivasi bagi siswa dalam belajar. Pada hakikatnya materi pelajaran tidak ada
yang sulit atau mudah, akan tetapi karena suasana pembelajaran yang menakutkan,
mencekam, mencemaskan bagi siswa akhirnya materi seakan-akan terasa atau
dianggap sulit oleh siswa. Atau bahkan sering dijumpai suasana kelas yang
sangat horor atau menakutkan karena gurunya yang sangat galak atau sangat keras
ketika menghadapi siswa yang kemampuan menyerap pelajarannya kurang atau di
bawah rata-rata atau orang biasa menyebut memiliki IQ tinggi.
Guru dan proses pembelajaran merupakan dua hal
yang memiliki keterkaitan sangat erat dan mutlak. Artinya guru akan lebih
memiliki makna secara edukatif jika guru itu mampu melakukan proses
pembelajaran yang baik, tepat, akurat, serta relevan dengan fungsi dan prinsip
pendidikan. Untuk mewujudkan idealisme pendidikan itu tidak cukup diimbangi
dengan pembelajaran yang efektif, melainkan perlu pembelajaran yang efisien.
Sebagian besar siswa ada yang memiliki kebencian kepada salah satu mata
pelajaran tertentu karena mata pelajaran yang dianggapnya sangat sulit dan
begitu menakutkan. Entah karena dari faktor guru maupun faktor siswa yang malas
untuk berusaha untuk bisa memahami materi pelajaran yang sedang dihadapinya.
Atau karena gara-gara pembicaraan dari kakak kelas atau teman yang memberi
informasi kepada siswa tersebut kalau materi pelajaran tersebut sulit, secara
tidak langsung hal itu membuat greget atau semangat siswa menurun. Jika sang guru tidak dapat
mendekati siswa yang kurang greget, maka siswa tersebut selamanya akan pasrah.[18]
Menurut
Wotruba dan Wright mengidentifikasi 7 indikator yang menunjukkan pembelajaran
yang efektif :
1) Pengorganisasian materi yang baik, terdiri
dari :
a) Perincian materi.
b) Urutan materi dari mudah ke yang ke suakar.
c) Kaitannya dengan tujuan.
2) Komunikasi yang efektif mencakup penyajian
yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan
contoh-contoh, kemampuan bicara yang baik, dan kemampuan untuk mendengar.
3) Penguasaan dan antusiasme terhadap materi
pembelajaran untuk mengetahui sejjauh mana guru mengetahui materi dengan baik,
dapat dilihat melalui pemilihan buku-buku dan bacaan, penentuan topik
pembahasan, pembuatan ikhtisar, pembuatan bahan sajian dan yang dapat dilihat
jelas adalah bagaimana guru dapat dengan tepat menjawab pertanyaan dari
siswanya.
4) Sikap positif terhadap siswa.
Menurut Wotruba dan Wright sikap positif terhadap siswa
dapat dicerminkan dalam beberapa cara :
a) Apakah guru memberi bantuan, jika siswanya
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan?
b) Apakah guru mendorong para siswanya untuk
mengajukan peranyaan atau memberi pendapat?
c) Apakah guru dapat dihubungi oleh siswanya di
luar pelajaran?
d) Apakah guru menyadari dan peduli dengan apa
yang dipelajari oleh siswanya?
5) Pemberian nilai yang adil, tercermin dari
adanya :
a) Kesesuaian soal tes dengan materi yang
diajarkan.
b) Sikap konsisten terhadap pencapaian tujuan
pelajaran.
c) Usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai
tujuan.
d) Kejujuran siswa dalam memperoleh nilai.
e) Pemberian umpan balik terhadap hasil pekerjaan
siswa.
6) Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
Pendekatan yang luwes dalam pembelajaran dapat tercermin
dengan adanya kesempatan waktu yang berbeda diberikan kepada siswa yang memang
mempunyai kemampuan yang berbeda. Siswa yang mempunyai kemampuan rendah diberi
kesempatan untuk memperoleh tambahan waktu dalam kegiatan remedial. Sebaliknya,
siswa yang berkemampuan di atas rata-rata diberikan kegiatan pengayaan.
7) Hasil belajar siswa yang baik
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil
belajar adalah dengan menetapkan indikator dikaitkan dengan prestasi yang
diukur.[19]
Kunci dari pembelajaran
yang efektif terletak pada guru. Ernest Boyer menyatakan bahwa terdapat tiga
ciri guru yang efektif:
a. Mampu menggunakan bahasa yang baik, tepat dan
berkomunikasi dengan baik.
b. Mengetahui pengetahuan yang memadai
c. Mampu membuat hubungan antara informasi
terbaru dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan.
Sedangkan Borich menyimpulkan empat karakteristik dari
guru yang efektif:
a. Kejelasan pengajaran
Dalam hal ini sejauh manakah pemahaman dari para siswa
mengenai mata pelajaran yang telah di sampaikan oleh gurunya tersebut. Oleh
karena itu, guru hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh para
siswanya.
b. Variasi pembelajaran
Teknik belajar yang digunakan oleh guru haruslah
fleksibel. Menggunakan metode yang bervariasi sehingga tidak terjadi
pembelajaran yang cenderung monoton.
c. Berorientasi pada tugas dan pelibatan proses
belajar
Jika selama proses belajar hanya didominasi oleh guru
tanpa melibatkan partisipasi dari siswa maka hal terdebut akan menghambat
peningkatan prestasi siswa
d. Keberhasilan siswa
Maksudnya adalah tingkat pemahaman dari siswa dan mampu
mengerjakan tugas dengan benar. Pembelajaran yang efektif memungkinkan siswa
untuk mencapai prestasi belajar[20]
Adapun teknik belajar yang efektif yang dapat kita
lakukan yaitu dengan cara:
a. Menyimak
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas
terkadang guru hanya menjelaskan poin-poin yang akan dibahas secara garis besar.
Hal ini tentunya menunutut kita untuk fokus dalam menyimak setiap ucapan guru
tersebut, karena bisa jadi yang diucapkan guru tersebut inti dari permasalahan.
Adapun hal-hal yang perlu kita lakukan agar fokus
terhadap materi yang disampaikan oleh guru bersangkutan, antara lain:
1. Mencatat pokok bahasan yang akan disampaikan
oleh guru. Karena hal ini akan membuka wawasan atau membangun peta pikiran atau
bayangan dan pengetahuan bagi kita.
2. Bertanya apabila saat guru menjelaskan kita
kurang paham
3. Memusatkan pikiran kita terhadap materi yang
sedang dijelaskan oleh guru
4. Membuat catatan-catatan kecil di tepi atas
buku kita
5. Jangan hanya terpacu dengan buku yang sudah
ada, bukalah wawasan dengan membaca informasi dari literatur yang lain.
6. Setelah sampai dirumah baca kembali materi
yang telah disampaikan oleh guru.
7. Berusaha membuat contoh yang serupa dengan apa
yang dijelaskan oleh guru saat di sekolah.
b. Membaca
Membaca adalah jendela dunia, dengan membaca maka akan
menambah wawasan kita. Adapun hal-hal yang harus kita ketahui mengenai
ketrampilan membaca:
1. Menentukan tujuan membaca
2. Mengrnal bahan bacaan
3. Mengenal teknik membaca
4. Konsentrasi
c. Mencatat
Catatan yang dimaksud bukanlah catatan yang berada dalam
kelas akan tetapi catatan yang kita buat sendiri berasalkan dari internet,
majalah, surat kabar, maupun buku terkait yang sesuai dengan topik. Adapun
hal-hal yang perli kita ketahui dalam mencatat:
1. Catatan berupa garis besar
2. Membuat peta pikiran
3. Catatan tulis susun (TS)[21]
6. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
secara global faktor yang mempengaruhi
dibedakan menjadi tiga macam :
1) Faktor internal, yakni keadaan jasmani dan
rohani siswa.
2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to
learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran.[22]
7. Prinsip-prinsip belajar pada pembelajaran
efektif
Di bawah ini adalah prinsip-prinsip atau implikasinya
dalam pembelajaran efektif :
1. Perhatian
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian
terhadap semua rangsangan yang mengarah untuk mencapai tujuan belajar. Adanya
tuntutan untuk selalu memberikan perhatian, menyebabkan siswa harus menciptakan
atau mmbangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan
tersebut dapat berupa suara, warna, bentuk, dan rangsangan lainnya yang dapat
ditangkap oleh panca indera. Perhaian bersifat sementara dan ada hubungannya
dengan minat. Peranan perhatian sangat penting dimiliki oleh siswa karena dari
kajian dan teori belajar pengolahan infoemasi terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian dari siswa tidak mungkin terjadi belajar, ini pendapat Gage dan
Berliner. Perhatian terhadap materi pelajaran akan timbul pada siswa jika
materi yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk belajar lebih
lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran
terdapat dua macam tipe perhatian, yaitu (1) terkonsentrasi, (2) tidak
terkonsentrasi. Adapun yang dimaksud dengan perhatian terpusat(konsentrasi)
adalah perhatian yang hanya tertuju pada satu objek saja. Adapun upaya yang
dapat dilakukan oleh guru agar perhatian sswa terkonsentrasi antara lain adalah
penggunaan alat peraga atau media dalam menyampaikan materi atau variasi metode
mengajar, sehingga siswa tidak jenuh dan konsentrasinya tidak mudah
terpecahkan. Sedangkan perhatian terbagi
(tidak konsentrasi) adalah perhatian yang tertuju kepada berbagai hal atau
objek secara sekaligus.
2. Motivasi
Sebelum mengetahui apa makna motivasi, tidak
ada salahnya jika kita mengetahui perbedaan istilah antara motif dan motivasi.
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
sesuatu atau keadaan seseorang yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai
serangkaian perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau
tenaga (forces) atau daya (energi) atau suatu keadaan yang komplekss dan
kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak menuju arah tujuan tertentu.
Adapun motivasi terbagi menjadi dua yaitu : motivasi yang berasal dari dalam
diri sendiri (intrinsik), dan motivasi dari luar (ekstrinsik).
3. Keaktivan
Seorang anak pada dasarnya sudah memiliki
keinginan untuk berbuat dan mencari sesuatu yang sesuai dengan aspirasinya,
demikian halnya dengan belajar. Belajar hanya memungkinkan terjadi apabila
siswa aktif dan mengalaminya sendiri. John dewey mengemukakan belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, peran guru
sekadar sebagai pembimbing dan pengarah.
4. Keterlibatan langsung atau pengalaman
Edgar dale mengungkapkan bahwa belajar
yang paling baik melalui pengalaman
langsung. Dalam belajar, siswa tidak hanya mengamati, tetapi harus menghayati,
terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasilnya. Sebagai
contoh, siswa yang tidak belajar tentang proses terjadinya hujan, akan lebih
efektif apabila ia terlibat langsung dalam demonstrasi terjadinya hujan (direct
performance), bukan hanya sekadar melihat (seeing), apalagi hanya
sekadar mendengarkan.
5. Pengulangan
Pengulangan merupakan prinsip belajar yang
berpedoman pada pepatah “latihan menjadikan sempurna”. Dengan pengulangan, maka
daya-daya yang ada pada individu seperti mengamati, memegang, mengingat,
mengkhayal, merasakan, dan berpikir akan berkembang. Metode drill adalah
bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan.
6. Tantangan
Teori madan yang dilakukan oleh kurt Lewin
mengatakan bahwa sesungguhnya seorang siswa yang sedang belajar berada dalam
suatu medan lapangan psikologis. Siswa menghadapi tujuan yang harus dicapai,
tetapi untuk mencapaina selalu ada hambatan yang harus dihadapi, tetapi ada
motif yang mengatasi hambatan tersebut, sehingga tujuan dapat tercapai, begitu
seterusnya. Agar siswa dapat mengatasi hambatan, maka belajar harus dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk dapat mengatasi hambatan tersebut.
7. Pengulangan atau penguatan
Dalam belajar, siswa akan lebih bersemangat
apabila mengetahui akan mendapat hail (balikan) yang menyenangkan. Namun
dorongan belajar menurut B.F. Skinner bukan hanya yang menyenangkan, tetapi
juga yang tidak menyenangkan atau dengan kata lain penguatan positif (operant
conditioning) dan negatif (escape conditioning) dapat memperkuat
belajar.
8. Perbedaan individual
Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan
hasil belajar siswa. Dengan demikian perbedaan ini perlu diperhatikan oleh
seorang guru. Pemberian bimbingan kepada siswa harus memperhatikan kemampuan
dan karakteristik setiap siswa. Pembelajaran dengan sistem klasikal kurang
memperhatikan perbedaan individual, namun hal ini dapat diatasi dengan cara
antara lain, yaitu penggunaan metode atau strategi yang bervariasi, penggunaan
media instruksional akan membantu melayani peredaan siswa dalam belajar.[23]
8. Pengelolaan Kelas yang Efektif
Istilah
pengelolaan kelas menurut suharsimi (1988:67) yaitu suatu usaha yang
dilaksanakan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantunya
dengan maksud agar tercapai suatu kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan
belajar mengajar dapat dicapai seperti yang diharapkan. Pengelolaan kelas yang
efektif sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kelas yang
efektif, guru tidak mengajar siswa tetapi guru membelajarkan siswa. Untuk
memahami istilah tersebut perlu dipaparkan pengertian mengajar dan belajar
terlebih dahulu. Mengajar dapat diartikan suatu proses yang dilakukan oleh guru
untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswanya. Dalam mengajar lebih pada
pengembangan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik kurang
mendapat perhatian. Dengan demikian pembelajaran berarti suatu proses yang
mengusahakan agar terjadi perubahan pada diri individu baik aspek kognitif,
afektif, maupun aspek psikomotoriknya atas kehendak sendiri. Dari definisi ini
menunjukkan dalam proses pembelajaran yang aktif adalah ssiswanya, sedangkan
guru hanya sebagai fasilitator.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sistem adalah hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain,
saling berkaitan, saling bergantung, berinterdependensi, dimana jika satu rusak
yang lain juga ikut rusak.
Ciri-ciri umum sebuah
sistem adalah sebagai berikut:
a.
Cenderung ke arah entropi
lamban, menua, mati
b. Hadir dalam ruang dan waktu yang tidak bisa dihentikan
c. Mempunyaibatas-batas
yang dapatberubah
d. Mempunyai lingkungan proksimal dan distal
e. Mempunyai variabel dan parameter
f. Mempunyaisubsistem
g. Mempunyaisuprasistem.
Pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang mampu memberikan
nilai tambah atau informasi baru bagi siswa. Sedangkan pembelajaran yang
efisien adalah pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan, dan mampu
memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar.
Adapun pembelajaran yang efektif yaitu :
a. Membaca
b. Menyimak
c. Mencatat
B. Saran
Kami menyadari banyak kekurangan dari makalah
kami, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan karya-karya kami yang lebih baik ke depannya.
Daftar
Pustaka
A.H. Kahar Utsman&Nadhirin,2008, Perencanaan Pendidikan, Kudus,
Nora
Endang Soenarya, 2000, Pengantar Teori Perencanaan
Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem,Yogyakarta, Adicita Karya Nusa
Hamalik Oemar, 2005, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem,Jakarta, Bumi Aksara
Hamzah B. Uno,2006,Perencanaan Pembelajaran,Jakarta,
PT Bumi Aksara
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad,2014,Belajar Dengan
Pendekatan PAILKEM,jakarta,Bumi Aksara
Muhibbin Syah, 2013,psikologi pendidikan dengan
pendekatan baru, Bandung , PT Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana dan Eddy Susanta, 1989, Pendekatan Sistem
Bagi Administrator Pendidikan (Konsep Penerapannya), Bandung : C.V sinar
Baru
Nyayu Khodijah,2014, Psikologi Pendidikan,Jakarta, PT Raja Gravindo
Paryati Sudarman,2004, Belajar Efektif Di Perguruan
Tinggi,Bandung, Simbiosa Rekatama Media
Tatang, 2012, Ilmu Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia
Saekhan Muchith,2008, Pembelajaran Konstektual, ,Semarang, Rasail
Syaiful bahri djamarah, 2002, psikologi belajar, Jakarta, PT Rineka Cipta
[1]Nana Sudjana dan Eddy Susanta, Pendekatan Sistem Bagi Administrator
Pendidikan (Konsep Penerapannya), C.V sinar Baru, Bandung: 1989, hal 23
[2] Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung:2012, hal 217
[3] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,PT Bumi Aksara, Jakarta:
2006, hal 11
[4]A.H. Kahar Utsman&Nadhirin,Perencanaan Pendidikan,Nora,Kudus:2008,hal
43
[5]Endang Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan
Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta:2000,hal83
[6]Endang Soenarya, Ibid, hal 13
[7]Hamzah B. Uno, hal 13
[8]Saekhan Muchith,Pembelajaran Konstektual,Rasail,Semarang:2008,hal17
[9]Hamzah B. Uno, hal 12
[10]Nana Sudjana dan Eddy Susanta, hal 28
[11] Tatang, hal 218
[12] Nana Sudjana dan Eddy Susanta, hal 35-43
[13]Kahar Utsman dan Nadhirin, hal 52-58
[14] Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Bumi Aksara, Jakarta: 2005, hal 62-64
[15]Syaiful bahri djamarah, psikologi belajar,
PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal. 141-142
[16]Nyayu Khodijah,Psikologi Pendidikan,PT Raja Gravindo,Jakarta:2014,hal
53-56
[17]Ibid, hal 179-182
[18]Saekhan muhith, loc. Cit hal. 6-9
[19]Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad,Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM,Bumi
Aksara,jakarta::2014,hal 171-191
[20]Op.cit hal 179-182
[21]Paryati Sudarman,Belajar Efektif Di Perguruan Tinggi,Simbiosa
Rekatama Media,Bandung:2004,hal 91-104
[22]Muhibbin Syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung : 2013, hal 129
[23]Loc. Cit hal. 191-197
Comments
Post a Comment