PENGOLAHAN SAMPAH MENGGUNAKAN CAMPURAN SEMEN MENJADI PRODUK BATU BATA SAMPAH (BATASAM)
Permasalahan
kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang berpengaruh
terhadap masalah kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan,
baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Terkait dengan hal ini,
seorang ilmuwan Hendrik L. Blum, menggambarkan secara ringkas bahwa ada empat
faktor yang memengaruhi status kesehatan. Keempat faktor tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut:
1.
keturunan
2.
lingkungan,
3.
perilaku, dan
4.
pelayan kesehatan.
Kesehatan
lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut, antara lain mencakup
perumahan bersih, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih
buangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang), dan sebagainya.
Berdasarkan
studi yang dirilis oleh McKinsey and Co dan Ocean Conservency, Indonesia
sebagai Negara penghasil sampah plastik nomor dua di dunia setelah China. Dari
hasil penelitian, didapatkan fakta bahwa sampah yang ada di kawasan pesisir
didominasi oleh plastik dengan prosentase antara 36 hingga 38 persen. Sampah
adalah sesuatu bahan yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia dan dibuang.
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Dapat
dikatakan bahwa setiap kota besar yang ada di Indonesia mengalami masalah yang
sama dalam hal sampah yang semakin hari semakin menggunung. Secara lebih
terperinci masalah-masalah yang muncul berkait dengan sampah adalah sebagai
berikut.
- Dengan
adanya tumpukan sampah di mana-mana berakibat kurang sedap dipandang
karena kotor dan menjijikkan.
- Baik
sampah organik maupun anorganik menimbulkan bau busuk dan mencemari udara
yang secara otomatis turut menyebarkan berbagai bibit penyakit.
- Bagi
kesehatan, sampah organik maupun anorganik menjadi sarang penyakit bagi
masyarakat. Selain itu, hewan-hewan yang mencari makan di tempat sampah
juga semakin banyak sehingga penyebaran penyakit semakin luas.
- Membusuknya
sampah yang terkena air akan mencemari air yang dapat diketahui dari bau,
warna, dan kandungan penyakit dalam air.
- Pembuangan
sampah yang tidak pada tempatnya cenderung masuk ke saluran-saluran air
dan menghambat aliran air di selo- kan-selokan. Dengan demikian,
kemungkinan banjir di musinm penghujan semakin besar.
- Tingkat
pendidikan masyarakat yang relatif rendah menyebabkan perilaku yang seakan
tidak peduli terhadap sampah.
- Dalam
pergerakannya, sampah atau limbah padat tidak sefleksibel limbah cair atau
gas. Dengan demikian, jika sudah menumpu di suatu tempat akan tetap berada
di tempat tersebut sehingga dampak cemarannya pun berlangsung lama.
- Mahalnya
harga tanah di perkotaan menimbulkan masalah baru bagi sampah karena
sampah memerlukan lokasi pembuangan yang luas.
- Timbunan
sampah kering berpotensi menimbulkan kebakaran karena tertiup angin dan
beterbangan ke mana-mana.
- Banyaknya
macam sampah yang tetumpuk menggunung menyulitkan penanganannya sehingga
memerlukan dana yang besar
- Aspek-aspek
penanganan sampah cenderung belum terpadu sehingga menimbulkan kesan
tambal sulam.
- Sarana
dan prasarana serta dana penanganan sampah kurang memadai dan tidak
sebanding dengan bertambahnya volume sampah. Dengan demikian, akan terus
terjadi pencemaran.
- Penanganan
sampah belum serasi dengan upaya produksi benda- benda konsumsi yang lebih
bernilai ekonomis.
Adapun
yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk
memperbaiki lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk
terwujudnya kesehatan optimal bagi manusia yang hidup di dalamnya. Usaha
memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari
masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari
yang paling sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modern),
Lingkungan
dapat dikatakan sehat apabila menimbulkan rasa aman, rasa nyaman, dan betah
bagi penghuni yang ada di dalamnya. Untuk memunculkan lingkungan yang demikian
diperlukan pengaturan dan perencanaan pola kegiatan yang serasi dan saling
dukung. Sulitnya pembuangan sampah ternyata menimbulkan pencemaran terhadap
penduduk yang tinggal, khususnya di pemukiman padat.
Salah
satu bahan utama pembuatan batu bata adalah tanah liat. Tanah liat atau lempung
adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari
4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus.
Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak
menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh
asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.Lempung
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Lempung
membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air.
Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral
lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida
aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida
silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis
golongan oksida silikon yang mengapit satu lapis oksida aluminium. Mineral
lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan
memuai saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk
kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
Semen
merupakan bahan yang digunakan untuk membuat batu bata. Semen adalah campuran
dari beberapa senyawa kimia yang bersifat hidrolis. Hidrolis artinya apabila
suatu bahan dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan
lain menjadi satu kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras serta tidak
larut. Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai bahan perekat yang dapat
merekatkan bagian-bagian benda, dua atau lebih benda sehingga menjadi bentuk
yang kuat, kompak dan keras.
Pada
saat semen dicampur dengan air, timbul reaksi antara komponen semen dengan air.
Reaksi-reaksi ini menghasilkan beberapa macam senyawa kimia (C3S, C2S, C3A dan
C4AF).
- Trikalsium
Aluminat (3CaO.Al2O3) disingkat C3A. Senyawa ini bereaksi dengan sangat
cepat secara isotermik, memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24
jam pertama. C3A sangat berpengaruh pada nilai panas hidrasi yang tinggi,
baik pada saat awal maupun pada saat pengerasan berikutnya. Senyawa ini
mempengaruhi kuat tekan sampai tingkat tertentu dan semakin kecil pada
umur 1 atau 2 tahun.
- Trikalsium
Silikat (3CaO.SiO2) disingkat C3S. Senyawa ini jika terkena air akan cepat
bereaksi dan menghasilkan panas, panas tersebut akan mempengaruhi
kecepatan pengerasan semen sebelum hari ke 14. Jika kandungan C3S lebih
banyak maka akan terbentuk semen dengan panas hidrasi dan kuat tekan awal
yang tinggi. C3S memberikan kekuatan besar pada fase permulaan dan memberi
efek penambahan kekuatan yang kontinu pada waktu berikutnya.
- Dikalsium
Silikat (2CaO.SiO2) disingkat C2S. Senyawa ini mengalami pelepasan panas
yang cenderung lambat. Semen yang mempunyai C2S yang besar memberikan
ketahanan terhadap serangan zat kimia yang tinggi dan mempengaruhi susut
terhadap pengaruh panas akibat lingkungan. C2S memberikan kontribusi yang
besar pada kuat tekan di umur yang lebih panjang.
- Tetrakalsium
Aluminoferrit (4CaO. Al2O3. Fe2O3) disingkat C4AF. Senyawa ini kurang
begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen sehingga kontribusi
dalam kekuatan kecil. C4AF hanya memberi warna pada semen.
Di
Indonesia, mayoritas penduduk dalam membangun bangunan menggunakan bata merah.
Bata merah adalah bata yang dibuat dari tanah yang dicetak kemudian dibakar
dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras, dan berwarna
kemerah-merahan. Tanah yang digunakan pun bukanlah sembarang tanah, tetapi
tanah yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan. Karena
itulah, rumah yang dindingnya dibangun dari material bata merah akan terasa
lebih nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta tahan lama, sehingga
jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari material bata merah.
Selain itu material ini sangat tahan terhadap panas sehingga dapat menjadi
perlindungan tersendiri bagi bangunan dari bahaya api.
Bahan
baku yang dibutuhkan untuk pasangan dinding bata merah adalah semen dan pasir
ayakan. Untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2 atau 1:3 (artinya, 1
takaran semen dipadu dengan 3 takaran pasir yang sudah diayak). Untuk dinding
yang tidak harus kedap air, dapat digunakan perbandingan 1:4 hingga 1:6.
Untuk
mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan penduduk Indonesia, dapat dilakukan
dengan mengubah sampah menjadi sesuatu yang berguna, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah pembuatan batu bata sampah (Batasam). Dalam pembuatan batu
bata yang diberi nama batasam ini, tahap awal adalah membakar limbah plastik
menggunakan cara konvensional. Setelah pembakaran tuntas, abunya dikumpulkan
hingga tak ada yang tercecer. Tahap selanjutnya menentukan komposisi campuran
antara abu hasil pembakaran sampah plastik, pasir, dan semen dengan
perbandingan 3:2:1. Yang dimaksud 3:2:1 pengertiannya begini, tiga bagian abu
sampah plastik, dua bagian pasir dan satu bagian semen sebagai perekat,
Setelah
ketiga bahan dicampur dan diaduk rata, berikutnya ditambahkan air kemudian
kembali diaduk hingga mirip adukan semen untuk memplester tembok. Saat campuran telah siap, selanjutnya
dituangkan ke dalam cetakan yang dibuat dari papan. Hasilnya, terbentuk batu
bata ukuran 21 cm X 11 cm dengan ketebalan 4 cm. Hasil cetakan tinggal dijemur
di bawah terik matahari, hal ini berbeda dengan pembuatan batu bata yang
berbahan tanah liat yang usai dijemur harus melalui pembakaran. Sedangkan
batasam, setelah mengering bisa langsung digunakan untuk material bangunan.
Batasam lebih murah
bahkan harga jualnya bisa setengah dari harga batu bata merah. Mutunya juga
cukup bagus, namun jika dibandingkan dengan bata merah kualitasnya lebih bagus
bata merah. Jika dikembangkan dan diproduksi secara massal, tentu bisa bersaing
dengan bata merah. Dengan adanya produksi batasam, diharapkan dapat mengurangi
masalah sampah yang ada di Indonesia.
Daftar Pustaka
Gromico,
Andrey. 2019. Indonesia Penghasil Sampah Plastik Nomor Dua di
Dunia. (https://tirto.id/indonesia-penghasil-sampah-plastik-nomor-dua-di-dunia-deyY
diakses pada 3 Juni 2019).
Johanes, Gamal. 2019. Tanah
Liat. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tanah_liat
diakses pada 3 Juni 2019)
Kusnadi. 2016. Sampah Plastik Senjoyo
Disulap Jadi Batasam. (http://infopublik.id/read/148663/sampah-plastik-senjoyo-disulap-jadi-batasam.html?video=#
diakses pada 3 Juni 2019).
M.W., Dwi. 2009. Ramah Terhadap
Sampah. Solo: PERCADA.
Rayhan. 2019, Batu Bata. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Batu_bata
diakses pada 3 Juni 2019)
Setyawan, Bambang. 2016. Mengolah Limbah Plastik
Jadi Batu Bata ala Siswa SD. (https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kompasiana.com/bamset2014/5719db2f8123bd150829951f/mengolah-limbah-plastik-jadi-batu-bata-ala-siswa-sd
diakses pada 3 Juni 2019).
Suci Wulandari Indah Pratama, dkk. “Pembuatan
dan Pengujian Kualitas Semen Portland Yang Diperkaya Silikat Abu Ampas Tebu”. Jurnal
Fisika FMIPA Unhas. h. 1-2.
Comments
Post a Comment