PERAN GURU DALAM MENGAJAR
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mengajar
Mengajar
merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaiklan
informasi dari guru kepada siswa. banyak kegiatan maupun tindakan yang harus
dilakukan, terutama bila diingkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa.
Mengajar adalah
segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
Menurut William
H Button, pengertian mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang
(stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan, kepada siswa agar terjadi
proses belajar.
Menurut Gagne
dan Bringgs mengajar adalah bukan upaya guru menyampaikan bahan pelajaran,
tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan pelajaran sesuai tujuan.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat difahami bahwa aktivitas yang menonjol dalam pengajaran
ada pada siswa. namun demikian bukanlah berarti peran guru tersisih, melainkan
diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak
sebagai director dan falitator of learning yaitu pengarah dan pemberi
fasilitas untuk terjadinya proses belajar.[1]
B.
Peran Guru Dari Masa ke Masa
1.
Peran guru pada masa penjajahan
Pada masa penjajahan guru tampil dan ikut mewarnai perjuangan
bangsa Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari lahirnya organisasi perjuangan
guru-guru pribumi pada zaman belanda pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru
Hindia Belanda. Organisasi ini merupakan kumpulan dari guru bantu, guru desa,
kepala sekolah, dan penilik sekolah.
Pada tahun 1932 Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) berubah
menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini merupakan suatu
langkah berani dan penuh resiko, karena menggunakan nama Indonesia dimana
Belanda sangat tidak suka dengan kata tersrbut yang dianggap mengobarkan
semangat kebangsaan. Namun, dalam semangat nasioanlisme yang tinggi serta
dorongan untuk hidup merdeka menjadikan organisasi ini tetap eksis sampai
pemerintahan colonial Belanda berakhir.
Peran guru pada masa penjajahan sangat penting dan mempunyai nilai
yang sangat strategis dalam membangkitkan semangat kebangsaan Indonesia menuju
cita-cita kemerdekaan. Dengan peran guru sebagai pengajar dan pendidik yang
berhadapan langsung dengan para siswa, maka guru bisa secara langsung
menanamkan jiwa nasionalisme dan menekankan arti penting sebuah kemerdekaan
bagi bangsa Indonesia.[2]
2.
Peran guru pada masa kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadikan peran guru dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat lebih teruka dan maksimal.
Dengan semangat proklamasi para guru sepakat menyelenggarakan Kongres Guru
Indonesia yang berlangsung tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui
kongres ini didirikan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tepatnya pada
tanggal 25 November 1945.
Dengan Kongres Guru Indonesia, maka semua guru melebur dan menyatu
dalam satu wadah atau Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Kini tidak ada
lagi sekat-sekat guru karena perbedaan latar belakang. Melalui organisasi PGRI,
guru Indonesia siap berjuang untuk mengangkat harkat martabat guru, sekaligus
harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Ketika angin reformasi berhembus dan kran kebebasan terbuka lebar,
para guru lebih berekspesi untuk menyampaikan aspirasinya, terutama menyangkut
kesejahteraan. Tuntutan kesejahteraan guru perlahan tapi pasti ternyata
direspon pemerintah. Namun, tampaknya pemerintah menempatkan peningkatn
kesejahteraan guru dalam konteks kompetensi.
Kini kesejahteraan guru sudah melalui diperhatikan oleh pemerintah.
Sejalan dengan peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia, kualifikasi,
kompetensi, dan dedikasi para guru sudah saatnya ditingkatkan. Para guru harus
mampu mengubah paradigm berpikir dan bertindak dalam menjalankan tugas sebagai
pendidik dan pengajar. Ke depan guru tidak terjebak pada rutinitas tugas belaka,
tetapi secara terus menerus guru mampu meningkatkan kualitas mengajar dan
mendidik sehingga upaya mutu pendidikan dapat tercapai.
C.
Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
Guru merupakan
faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru
memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran
merupakan inti dari provses pendidikan secara keseluruhan.
Peranan guru
meliputi banyak hal, guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, pengatur lingkungna belajar, perencana pembelajaran, supervisor,
motivator, dan sebagai evaluator. Berikut ini peranan guru dalam proses
pendidikan:
1)
Guru melakukan diagnosis terhadap perilaku siswa
Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk
mengenal lebih dekat kepribadian siswanya.
2)
Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah membuat persiapan pembelajaran.
Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan mampu melakukan persiapan
pembelajaran baik menyangkut menyangkut materi pembelajaran maupun konvdisi
psikis psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
3)
Guru melaksanakan proses pembelajaran
Peran guru yang ketiga ini memegang peranan penting, maka dari itu
ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian guru, yaitu:
1.
Mengatur waktu beurkenaan dengan proses pelaksanaan pembelajaran.
2.
Memberikan dorongan kepada siswa agar tumbuh semangat untuk
belajar, sehingga minat belajar tumbuh kondusif dalam diri siswa.
3.
Melaksanakan diskusi dalam kelas.
4.
Mengamati siswanya dalam kegiatan baik yang bersifat formal di
ruang kelas maupun kegiatan ekstra kurikuler.
5.
Memberikan informasi lisan maupun tertulis dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti siswa.
6.
Memberikan masalah untuk diperoleh solusi alternatifnya, sehingga
siswa dapat menggunakan daya pikir dan daya nalarnya secara maksimal.
7.
Mengajukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan
yang diajukan siswa.
8.
Menggunakan alat peraga
4)
Guru sebagai pelaksana administrasi sekolah
Peran guru sebagai administrator adalah sebagai berikut:
a.
Pengambil inisiatif, pengarah, davn penilai kegiatan-kegiatan
pendidikan.
b.
Wakil masyarakat yang berarti dalam linkgkungan sekolah guru
menjadi anggota masyarakat.
c.
Orang yang ahli dalam suatu mata pelajaran.
d.
Penegak disiplin.
e.
Pelaksan administrasi pendidikan.
f.
Pemimpin generasi muda, karena di tangan gurulah nasib suatu
generasi di masa mendatang.
g.
Penyampai informasi kepada masyarakat tentang perkembangan kemajuan
dunia.
5)
Guru sebagai komunikator
Komunikasi kepada anak didik merupakan peran yang sangat strategis,
karena sepandai apapun seseorang manakala dia tidak mampu berkomunikasi dengan
baik pada anak didiknya maka proses belajar mengajar akan kurang optimal.
6)
Guru mampu mengembangkan ketrampilan diri
Merupakan suatu tuntutan bahwa setiap guru harus mengembangkan
ketrampilan pribadinya dengan teruvs mengikuti perkembangan pengetahuan dan
teknologi, karena jika tidak demikian maka guru akan ketinggalan zaman vdan
mungkin pada akhirnya akan sulit membawa dan mengarahkan anak didik kepada masa
dimana dia akan menjalani kehidupan.
7)
Guru dapat mengembangkan potensi anak[3]
Dalam melakukan kegiatan jenis ini guru harus mengetahui betul
potensi anak didik. Karena berangkat dari potensi itulah guru menyiapkan
strategi pembelajaran yang sinerjik dengan potensi anak didik.
Berkenaan dengan penjelasan di atas,
berikut ini adalah peranan dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai
berikut:
1.
Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu
yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa.
2.
Guru sebagai pengelola kelas
Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik
kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau
membimbing proses-proses intelektual social di dalam kelasnya. Dengan demikian
guru tidak hanya memungkinkan siswa untuk belajar, tetapi juga mengembangkan
kebiasaan bekerja belajar secara efektif di kalangan siswa.
3.
Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam hubungan antar siswa.
Untuk keperluan itu guru harus terampil menggunakan pengetahuan tentang
bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang interaktif.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar.
4.
Guru sebagai evaluator[4]
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru
hendakanya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan
umpan balik terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan
titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus menerus
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Bila ditelusuri lebih mendalam,
proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di
sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran.
Komponen-komponen tersebut adalah guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa.
Interaksi
antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode,
media, dan penataan lingkungan tempat belajar. Dengan demikian guru yang
memegang peranan penting dalam proses belajar megajar, setidaknya menjalankan
tiga macam tuga utama, yaitu:
1.
Merencanakan
Perencaan yang dibuat, merupakan antisipasi dan perkiraan tentang
apa yang akan akan dilakukan dalam pengajaran, sehingga tercipta situasi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuannya. Perencanaan tersebut meliputi:
a.
Tujuan apa yang hendak di capai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku
apa yang diingkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh siswa setelah
terjadinya proses belajar mengajar.
b.
Bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan.
c.
Bagaimana proses belajar mengajar yang akan diciptakan oleh guru
agar siswa mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
d.
Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau
mengukutr apakah tujuan itu tercapai atau tidak.
2.
Melaksanakan Pengajaran
Melaksanakan pengajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang
dalam perencanaan. Guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang
dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar
dengan situasi yang dihadapi. Situasi pengajaran banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
a.
Faktor Guru
Setiap
guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. pola mengajar ini tercermin dalam
tingkah laku pada saat melaksanakan pengajaran. Menurut Dianne Lapp, menanamkan
pola umumtingkah laku mengajar yang dimiliki guru dengan istilah “Gaya Mengajar
atau Theacing Style”. Gaya mengajar ini mencerminkan bagaimana
pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan, yang dipengaruhi oleh
pandangannya sendiri tentang mengajar, serta kurikulum yang dilaksanakan.
b.
Faktor Siswa
Setiap
siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadia. Kecakapan yang
dimiliki masing-masing siswa meliputi
kecakapan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan
kecerdasan. Adapun yang dimaksud dengan
kepribadian adalah cirri-ciri khusus
yang dimiliki oleh individu yang bersifat menonjol, yang membedakan dirinya
dari orang lain.
Menurut
Hall dan Lindsey keragaman dalam kecakapan dan kepribadian ini dapat
mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
c.
Faktor Kurikulum
Secara
sederhana arti kurikulum yaitu menggambarkan pada isi atau pelajaran pola
interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan
tertentu. Hal ini dapat menimbulkan situasi yang bervariasi dalam proses
belajar mengajar.
d.
Faktor Lingkungan
Menurut
Novak dan Gowin, mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar dengan istilah “Millieu”
yang berarti konteks terjadinya pengalaman belajar. Lingkungan ini meliputi
keadaan ruangan, tat ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar
kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan
ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi belajar.
3.
Memberikan Balikan
Menurut
Stone dan Nielsen, balikan mempunyai fungsi untuk membantu siswa memelihara
mianat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Salah satu alasan
yang dikemukakan adalah, bahwa belajar itu ditandai oleh adanya keberhasilan
dan kegagalan. Bila hal ini diketahui oleh siswa, akan membawa hadiah (reward)
dan kegagalan akan berdampak hukuman (punishman).
Upaya
memberikan balikan harus dilakukan secara terus menerus. Dengan demikan, minat
dan antusias siswa dalam belajar selalu terpelihara. Upaya itu dapat dilakukan
dengan jalan melakukan evaluasi. Hasil evaluasi kemudian diberitahukan kepada
siswa agar mereka tahu letak keberhasilan dan kegagalan. Evaluasi yang demikian
benar-benar berfungsi sebagai balikan, baik guru maupun bagi siswa.[5]
Peran guru
selain pada siswa yang normal, guru juga mempunyai peran yang sangat penting
untuk siswa yang kesulitan belajar, diantaranya, pendidikan bagi anak
tunanetra, pendidikan bagi anak tunarungu, pendidikan anak tunagrahita,
pendidikan anak tunadaksa, pendidikan anak tunalaras, pendidikan anak
berkesulitan belajar, dan pendidikan anak berbakat.
Menurut Lerner
Peranan guru khusus bagi anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:
a.
Menyusun rancangan program identifikasi, asesmen, dan pembelajaran
anak kesuliatan belajar.
b.
Berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen, dan evaluasi anak
kesulitan belajar.
c.
Berkonsultasi dengan para ahli yang terkait dan menginterpretasikan
laporan mereka.
d.
Melaksanakn tes, baik tes formal maupun tes informal.
e.
Berpartisipasi dalam menyusun program pendidikan yang
diindividualkan.
f.
Mengimplementasikan program pendidikan yang diindividualkan.
g.
Menyelenggarakan pertemuan dan wawancara dengan orang tua.
h.
Bekerjasama dengan guru regular atau guru kelas untuk memahami anak
dan menyediakan pembelajaran yang efektif.
i.
Membantu anak dalam mengembangkan pemahamn diri dan memperoleh
harapan untuk berhasil serta keyakinan kesanggupan mengatasi kesulitan belajar.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan.
2.
Guru sangat berperan dari masa ke masa, di mulai dari sebelum
kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan. Peran guru pada masa penjajahan sangat
penting dan mempunyai nilai yang sangat strategis dalam membangkitkan semangat
kebangsaan Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan. Dengan peran guru sebagai
pengajar dan pendidik yang berhadapan langsung dengan para siswa, maka guru
bisa secara langsung menanamkan jiwa nasionalisme dan menekankan arti penting
sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dengan semangat proklamasi para guru
sepakat menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia yang berlangsung tanggal 24-25
November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini didirikan Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) tepatnya pada tanggal 25 November 1945. Ketika angin
reformasi berhembus dan kran kebebasan terbuka lebar, para guru lebih
berekspesi untuk menyampaikan aspirasinya, terutama menyangkut kesejahteraan.
Tuntutan kesejahteraan guru perlahan tapi pasti ternyata direspon pemerintah.
Namun, tampaknya pemerintah menempatkan peningkatn kesejahteraan guru dalam
konteks kompetensi.
3.
Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan
pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana
proses pembelajaran merupakan inti dari provses pendidikan secara keseluruhan.
Peranan
guru meliputi banyak hal, guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, pengatur lingkungna belajar, perencana pembelajaran, supervisor,
motivator, dan sebagai evaluator.
Bila
ditelusuri lebih mendalam, proses belajar mengajar yang merupakan inti dari
proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara
berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen tersebut adalah guru, isi atau
materi pelajaran, dan siswa. Peran guru selain pada siswa yang normal, guru
juga mempunyai peran yang sangat penting untuk siswa yang kesulitan belajar,
diantaranya, pendidikan bagi anak tunanetra, pendidikan bagi anak tunarungu,
pendidikan anak tunagrahita, pendidikan anak tunadaksa, pendidikan anak
tunalaras, pendidikan anak berkesulitan belajar, dan pendidikan anak berbakat.
DAFTAR PUSTAKA
Kunandar,
Guru Profesional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011
Muhammad
Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung,
Sinar Baru Algensindo, 2008
Mulyono
Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta, Rineka
Cipta, 1999
Moh.
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2002
Rusman,
Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada, 2013
[1]
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2008, hlm 11-13.
[2]
Kunandar, Guru Profesional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011,
hlm 31-36
[3]
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2013, hlm 58-62
[4]
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosda
Karya, 2002, hlm 9-12
[6]
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta,
Rineka Cipta, 1999, hlm 102-103.
Comments
Post a Comment