PENGERTIAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN
PENGERTIAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata kuliah : Perencanaan Sistem PAI
Dosen Pembimbing: Dr. H. Ihsan, M,Ag
Disusun Oleh
Intan Wakhidah (1310110040)
Siti Fitriana (1310110041)
Siti Fauzul Muna (1310110042)
David Nor R (1310110043)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah “Pengertian Sistem dalam Pembelajaran”. Shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Baginda Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membimbing kita semua dari jalan kegelapan menuju jalan yang
terang benderang melalui hidayah dan cahaya islam yang memberikan panduan
kepada kita untuk menjalani kehidupan ini.
Sebagaimana
layaknya makalah yang lainnya, makalah ini tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun
akan kami terima dengan penuh suka hati dan penuh harap.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kudus,
11 Desember 2014
I
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar - i
Daftar
Isi - ii
BAB I
Pendahuluan - 1
BAB
II Pembahasan - 2
A.
Konsep Sistem dan Sistim - 2
a.
Pengertian Sistem dan Sistim - 3
b.
Ciri-ciri Sistem - 6
c.
Perbedaan Sistem dan Sistim - 11
B.
Pembelajaran dan Pendidikan - 11
a.
Pengertian Pembelajaran dan Pendidikan - 12
b.
Perbedaan Pembelajaran dan Pendidikan - 21
C.
Pengertian Sistem dalam Pembelajaran - 22
BAB
II Penutup - 23
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu mata
kuliah yang dikembangkan di lembaga pendidikan tinggi khususnya lembaga
keguruan dari ilmu pendidikan, dalam perkembangannya mengalami berbagai
perubahan. Perubahan tersebut berjalan seiring dengan perkembangan teknologi
pembelajaran yang didorong oleh tuntutan penggunaan berbagai media dengan
maksud untuk menciptakan kemudahan belajar seiring dengan perkembangannya
berbagai rancangan pembelajaran, teori belajarpun tetap menjadi perhatian para
ilmuwan untuk mengembangkannya. Adanya perubahan paradigma pembelajaran ini,
menuntut para guru, dosen, mahasiswa,
dan para pelaksana pelatihan yang ada di lembaga-lembaga kursus agar
dapat menyesuaikan dengan berbagai teori yang mendasari paradigma pembelajaran
tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Sistem dan Sistim ?
2. Bagaimana Perbedaan Pembelajaran dan Pendidikan ?
3. Bagaimana Pengertian Sistem dalam Pembelajaran ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sistem dan Sistim
a.
Pengertian sistem dan sistim
Sistem adalah sekelompok
bagian-bagian yang bekerjasama secara keseluruhan berdasarkan tujuan bersama. Istilah sistem sering disamaartikan
dengan kata sistim. Kata Sistim dalam pengertian awam memiliki makna:
cara, kiat, metode, strategi, taktik, dan siasat. Kata sistem ini berasal dari
bahasa yunani yang artinya
berdiri bersama (stand together). Sistem adalah sekumpulan benda yang
memilki hubungan diantara mereka. Sistem adalah suatu kelompok unsur yang
saling berinteraksi, saling terkait atau ketergantungan satu sama lain yang
membentuk satu keseluruhan yang kompleks. Dari pengertian tersebut maka
muncullah kata keseluruhan (wholeness), kesatuan (unity), dan
keterkaitan (correlated). Menurut Aristoteles, “The whole is more
than the sum of its parts” yang artinya adalah bahwa keseluruhan itu tidak
sekedar penjumlahan dari bagian-bagiannya.[1]
Istilah sistem dapat digunakan untuk
mengacu kepada jaringan yang luas, mulai dari satuan terkecil sampai seluruh
alam semesta. Sebuah atom, sebuah sel, sebuah tanaman, seseorang, seekor
burung, sebuah panitia, suatu kota, suatu bangsa, dunia, dan alam semesta
adalah contoh sistem. Atau mobil, mesin tik, mesin pemanas, computer, bangunan,
jalan raya adalah sistem. Di samping sistem yang “hidup” atau yang bersifat
fisik, ada juga sistem konsep seperti sitem jumlah,sistem strategi permainan,
dan sistem teori. Dan ada juga sistem terapan seperti pengawasan lalu lintas,
sistem pelayanan makanan, sistem pengumpulan pendapat, sistem kode dan bahkan
sistem bertaruh. Semua contoh ini memenuhi definisi sistem, dalam arti bahwa
semuanya itu terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan dan saling mempunyai
interkoneksi.
Semua sistem mempunyai keunikan sifat yang
memungkinkan sistem-sistem itu dapat dibedakan dari yang lain, walaupun dengan yang
sangat serupa, dan dapat dibedakan dari lingkugannya.[2]
Pengertian sistem menurut para
ahli:
1.
Dalam The
Holt Intermediate Dictionary of American English (1966) dinyatakan bahwa
sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerja sama secara keseluruhan
berdasarkan suatu tujuan bersama.
2.
Churchman (1968)
sistem merupakan seperangkat bagian yang terkoordinasi untuk menyelesaikan
seperangkat tujuan.
3.
Hicks (1972)
meyatakan bahwa sistem adalah
unsur-unsur yang saling berkaitan, saling bergantung, dan saling
berinteraksi atau suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang
berkaitan satu dengan yang lainnya, dalam usaha untuk mencapai satu tujuan
dalam satu lingkngan yang kompleks.
4.
Tiga pakar teori
manajemen, yaitu Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973) menyatakan bahwa sistem
adalah suatu tatanan yang kompleks dan menyeluruh.
5.
Suatu definisi
sistem yang agak luas telah dirumuskan oleh Kast dah Rosenzweig (1974), yaitu
sistem dipahami sebagai suatu tatanan yang menyeluruh dan terpadu terdiri atas
dua bagian atau lebih yang saling tergantung dan ditandai oleh batas-batas yang
tegas dari lingkungan suprasistemnya.
6.
Haveloch dan
Huberman (1978) mendefinisikan sistem sebagai suatu kumpulan unsur yang
berkaitan satu dengan lainnya secara signifikan.
7.
Sistem menurut
Romiszowski (1982) adalah kumpulan komponen yang saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 842) dinyatakan bahwa sistem adalah (1)
seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
totalitas; (2) susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan
sebagainya; dan (3) metode.[3]
Menurut Mc Ashan sistem sebagai strategi yang
menyeluruh atau rencana yang dikomposisi oleh satu set elemen yang harmonis,
mempresentasikan kesatuan unit, masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri
yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis. Satu set elemen yang
harmonis menunjukkan sistem itu memiliki struktur atau bagian-bagian yang
terkait satu dengan yang lain. Sistem terdiri dari subsistem, setiap subsistem
terdiri dari beberapa sub-sub sistem atau tidak dapat dibagi lagi, setiap
sub-sub sistem terdiri dari beberapa sub-sub sistem atau tidak dapat dibagi
lagi, begitu seterusnya sampai pada bagian yang paling kecil. Bagian yang
paling kecil itu disebut komponen.[4]
Pada dasarnya sistem hanya terdiri atas dua jenis,
yaitu sistem tertutup
dan sistem terbuka. Sistem tertutup didalam proses kerjanya tidak dipengaruhi
oleh lingkungannya, sedangkan sistem terbuka didalam proses kegiatannya
memperoleh masukan atau berhubungan secara dinamik dengan sistem yang lain
diluar lingkungan sistemnya.
Dari beberapa pendapat tentang makna sistem di atas, akhirnya dapat memperoleh
beberapa poin penting. Beberapa poin penting tentang sistem tersebut sebagai
berikut:
1. Bahwa
sistem memiliki bagian atau komponen, yang sering disebut dengan istilah
sub-sistem.
2. Ada
interaksi antar komponen atau sub-sistem yang menjadi bagian dari sistem.
3. Mekanisme
interaksi antar komponen sistem sebaiknya bersifat dinamis, sinergis, dan
harmonis.
4. Keberadaan
sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh.
5. Adanya
tujuan atau fungsi yang ingin dicapai oleh sistem.
Konsep tentang sistem ini telah digunkan
banyak orang dalam aneka bidang
ilmu seperti: ilmu ekonomi, ekonomi, antropologi, sosiologi, psikologi, ilmu
politik, dan terutama dalam teori organisasi.
Menurut
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ciri-ciri sistem meliputi:
a)Tujuan
Sistem
Setiap
sistem mempunyai tujuan. Tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki
oleh suatu kegiatan. Demikian pula kegiatan instruksional memilki tujuan
tertentu. Tujuan suatu lembaga pendidikan adalah untuk memberikan pelayanan
pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa
belajar mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi
yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
b)
Fungsi-Fungsi
Sistem
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang
beraktivitas. Misalnya seorang manusia agar dapat hidup dan menunaikan tugasnya
di dalam dirinya diperlukan adanya fungsi koordinasi dan penggerak, fungsi
pernapasan, fungsi pencernaan makanan, fungsi peredaran darah, fungsi
pengindraan, fungsi perlindungan terhadap penyakit dan berbagai bahaya, serta
fungsi pembiakan, dan lain-lain.
c)
Komponen-Komponen
Sistem
Agar
terlaksana masing-masing fungsi yang menunjang usaha pencapaian tujuan, di
dalam suatu sistem diperlukan bagian-bagian yang melaksanakan fungsi tersebut.
Bagian-bagian yang merupakan komponen pelaksana fungsi dapat ditunjukkan pada
Tabel di bawah ini.
BAGIAN-BAGIAN KOMPONEN PELAKSANA FUNGSI
Nama
|
Tujuan
|
Fungsi-Fungsi
|
Pelaksana Fungsi
|
Instruksional
|
Siswa belajar perilaku
tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu
|
Riset
|
Dosen, Peneliti
|
Rancangan
|
Dosen, Ahli
Pengembangan
|
||
Produksi
|
Instruksional
|
||
Seleksi
|
Spesialis Media
|
||
Logistik
|
Dosen
|
||
Pemanfaatan
|
Pustakawan, Teknisi
|
||
Evaluasi
|
Dosen
|
||
Manajemen Organisasi
|
Dosen
|
||
Manajemen Personil
|
Ketua Jurusan, Ketua
Lembaga, Ketua UPP
|
||
|
Rektor, Ketua
|
||
Dekan
|
Bagian suatu sistem
yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem disebut
komponen. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem itu terdiri dari
komponen-komponen dan masing-masing komponen itu mempunyai fungsi khusus.
Komponen yang melakukan proses transformasi disebut subsistem, karena
masing-masing bagian atau komponen itu sesungguhnya adalah suatu sistem pula.
Sebagai sistem tersendiri, masing-masing komponen itu juga mempunyai tujuan dan
terdiri atas komponen-komponen yang lebih kecil yang melaksanakan fungsi-fungsi
yang mendukung pencapaian tujuaan itu.
d) Interaksi
Atau Saling Hubungan
Semua
komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain.
Sebagai misal dalam proses pembelajaran disajikan penyampaian pesan melalui
OHP, maka diperlukan adanya aliran listrik untuk membantu dalam memberikan
sinar dalam jaringan OHP. Jika aliran listrik tidak berfungsi, akan menimbulkan
kesulitan bagi guru dalam melangsungkan pembelajaran. Dengan dasar inilah,
pendekatan sistem dalam pembelajaran memerlukan keterhubungan antara komponen
yang satu dengan yang lainnya.
e) Penggabungan
Yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Penggabungan
yang menimbulakan keterpaduan ini berdasar pada hukum Gestallt yang, menyatakan
bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan jumlah bagian-bgin. Dalam kaitan dengan kegiatan,
parra guru sebaiknya berusaha menjalin keterpaduan antara sesama guru, antara
guru dengan siswa, atau antara materi guru, media, dan siswa. Sebab, apalah
artinya materi yang disiapkan kalau tidak ada siswa yang menerima.
f)
Proses
Transformasi
Semua
sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Untuk
itu diperlukan suatu proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil
(output). Proses kerja sistem ini secara sederhana dapat digambarkan pada
Gambar 2.1 berikut.
Gambar
2.1 Proses kerja sederhana suatu sistem
Hasil
yang dikeluarkan oleh suatu sistem kepada sebuah atau beberapa sistem lainnya
sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut. Pemrosesan kedua akan
menghasilkan sesuatu yang akan dikeluarkan oleh sistem pemrosesan dan ditampung
lagi oleh sistem lain lagi. Demikian seterusnya sampai input yang masuk ini
diproses menjadi output yang siap setelah melalui beberapa tahapan
transformasi.
Secara
umum kerangka pendekatan sistem dapat dijelaskan dengan Gambar 2.2 sebagai
berikut.
RESTRICTION
Gambar
2.2 Kerangka
Pendekatan Sistem
Pada kerangka
pendekatan sistem ini terlihat bahwa apa yang ingin dicapai (restriction)
merupakan dasar analisis suatu sistem. Restriction terumuskan dalam
tujuan (objectives), standar perilaku yang diharapkan (performance
standard) juga kemungkinan hambatan dalam mencapai tujuan (constraint).
Berdasarkan kepada tujuan sistem, selanjutnya dapat dirumuskan masukan (input),
yakni apa yang ingin dicapai sesuai tujuan. Masukan tersebut diproses sehingga
menghasilkan keluaran (output) tertentu. Hasil evaluasi terhadap output
dijadikan dasar umpan balik (feed back) untuk melakukan perbaikan
atu revisi, baik terhadap proses maupun terhadap input. Atas dasar
inilah seluruh komponen sistem berhubungan dan berinteraksi berdasarkan alur di
atas.
Kerangka pendekatan
sistem ini dapat ditetapkan dalam sebuah bidang studi pembelajaran bahkan ruang
lingkupnya sangat luas, apakah pada pembelajaran tingkat makro maupun pada
pembelajaran tingkat mikro. Berdasarkan uraian ini, pembelajaran yang merupakan
suatu sistem mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan komponen sistem pembelajaran meliputi kondisi pembelajaran,
strategi pembelajaran dan hasil pengajaran senantiasa saling berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain.[5]
g)
Umpan Balik untuk Koreksi
Untuk mengetahui apakah masing-masing fungsi
terlaksana dengan baik diperlukan fungsi kontrol yang mencakup monitoring
dijadikan dasar pertimbangan untuk melaksanakan perubahan-perubahan, penentuan,
perbaikan atau penyesuaian agar masing-masing berpartisipasi tinggi.
h)
Daerah Batasan dan Lingkungan
Antara suatu sistem dan bagian-bagian lain atau
lingkungan disekitarnya akan terjadi interaksi. Namun antara suatu sistem dan
sistem yang lain mempunyai daerah batasan tertentu. Suatu sistem dapat pula
merupakan subsistem dan sistem yang lebih besar.
Sistem
berarti gabungan dari berbagai komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk
mencapai tujuan. Suatu sistem dapat nenjadi supra atau sub sistem dari sistem
lainnya. Supra sistem adalah suatu sistem yang berada di atasnya. Sedangkan sub
sistem adalah sistem yang berada di dalam sistem. Misalnya, sistem pembelajaran
dapat menjadi supra dari sistem metode pembelajaran dan dapat menjadi sub sistem
dari sistem sekolah.[6]
Suatu
sistem merupakan keterkaitan antara input (masukan), proses, dan output
(keluaran). Misalnya, masukan dari pembelajaran dapat berupa siswa, guru,
materi, dan media. Proses pembelajaran adalah aktivitas kegiatan pembelajaran.
Keluaran dapat berupa perubahan diri siswa sebagai hasil dari proses
pembelajaran.[7]
b.
Perbedaan sistem dan sistim
1)
Sistem merupakan sekelompok
bagian-bagian yang bekerjasama secara keseluruhan berdasarkan tujuan bersama. Sedangkan sistim merupakan cara,
kiat, metode, strategi, taktik, dan siasat. Tetapi istilah sistem sering
disamaartikan dengan kata sistim.
2)
Perbedaannya ada pada kosa katanya. Sistem adalah kata
baku, sedangkan sistim adalah kata yang tidak baku.
Cara pengujinya mudah: sistem= sistematis bukan
sistimatis.
B.
Pengertian pembelajaran dan Pendidikan
a. Pengertian
Pembelajaran dan Pendidikan
Istilah
pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar,
mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru
atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Mengajar meliputi
segala hal yang guru lakukan di dalam kelas
Definisi
Belajar
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Berikut ini adalah definisi belajar
menurut para ahli:
a.
Menurut Gagne, belajar adalah proses di mana
suatu organism berubah perilakunya akibat dari pengalaman.
b. Menurut
Skinner, belajar adlah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku,
pada saat orang belajar, maka resposnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia
tidak belajar, responnya menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai
suatu perubahan dalm kemungkinan atau peluang terjadinya respon.
c. Menurut
Robert M Gagne, belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar
berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal
dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Definisi
Strategi Belajar Mengajar
Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang
berarti ilmu perang atau panglima perang. Strategi adalah suatu seni merancang
operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat
perang, angkatan darat atau laut. Strategi dapat pula diartikan sebagai suatu
keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum strategi
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Strategi
dapat diartikan sebagai rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu, sedangkan
metode adalah cara untuk mencapai sesuatu. Untuk melakukan strategi tertentu
diperlukan seperangkat metode pengajaran tertentu. Dengan demikian, metode
pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar mengajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi kedua (1989) strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.
Menurut Gagne (1974) strategi adalah
kemampuan internal seseorang
untuk berpikir, memecahkan maslah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa
proses pembelajaran akan menyebabakan peserta didik berpikir secara unik untuk
dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan.[8]
Secara umum, strategi mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Berkaitan dengan belajar mengajar, strategi
dapat diartikan sebagai pola-pola umum guru, anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar
mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
a. Mengidentifikasi
serta menerapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b. Memilih
sistem pendekatan belajar mengajar derdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
c. Memilih
dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya.
d. Menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik untuk menyempurnakan sistem instuksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang dimaksudkan mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran dapat
diartikan proses yang dirancang untuk mengubah diri seseorang, baik aspek
kognitif, afektif, dan psikomotornya.[9]
Dari
definisi diatas dapat dipahami bahwa, pembelajaran terjadi ketika kita berubah
karena sutau kejadian dan perubahan yang terjadi bukan karena perubahan secara
alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi dengan sendirinya atau
karena perubahannya sementara, tetapi lebih karena reaksi dari situasi yang
dihadapi.[10]
Hakekat pembelajaran adalah
mengasah dan atau melatih moral kepribadian manusia, meskipun juga ada aspek
fisiknya.
Definisi pembelajaran menurut para ahli:
1)
Pembelajaran menurut Knowles, adalah cara
pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan.
2)
Pembelajaran menurut Slavin, didefinisikan sebagai
perubahan tingkah laku individu yang di sebabkan oleh pengalaman.
3)
Pembelajaran menurut Crow, adalah pemerolehan tabiat,
pengetahuan dan sikap.
4)
Pembelajaran menurut Rahil Mahyuddin, adalah perubahan
tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif, yaitu pengusaan ilmu dan
perkembangan kemahiran intelek.
5)
Pembelajaran menurut Achjar Haul, adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.[11]
Pembelajaran
adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan
professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi, pembelajaran
adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi
yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan
kurikulum.
Pendidikan adalah mengajarkan segala hal yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmani, pikiran, maupun terhadap
ketajaman dan kelembutan hati nurani.[12]
Para ahli pendidikan
mendefinisikan pendidikan sebagai
berikut.
1.
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai
usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak baik sebagai individu
manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan
hidup.
2.
Rechey
dalam bukunya, Planning for Teachin, an Introduction, menjelaskan bahwa
arti pendidikan adalah “The term education refers to the broad function of
preserving and impoving the life of the group through bringing new members into
its shared concern. Education is thus a far broader process than that
whichoccurs in schools. It is an essencial social activity by which communities
continue to exist. In complex communities this function is specialized and
institutionalizedin formal education, but there is always the education outside
the school with whch the formal process in related. Istilah pendidikan
berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu
masyarakat, terutama untuk memperkenalkan warga masyarakat baru (generasi muda)
pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat.
Jadi, proses pendidikan jauh lebih luas daripada proses yang hanya berlangsung
di sekolah. Pendidikan adalah aktivitas sosial pnting yang berfungsi mentransformasikan
keadaan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Keterkaitan pendidikan
dengan keadaan sosial sangat erat sehingga pendidikan mengalami proses
spesialisasi dan institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
kompleks dan modern. Meskipun demikian, proses pendidkan secara menyeluruh
tidak bisa dilepaskan dari proses
pendidikan informal yang belangsung di luar sekolah. (M. Noor Syam, 1981:4)
3.
Dalam bahasa
inggris, istilah pendidikan adalah education yang berasal dari kata to
educate, artinya mengasuh, mendidik. Dalam Dictionary of Education, disebutkan
bahwa pendidikan adalah kumpulan semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan
tingkah laku yang bernilai positif dalam masyarakat. Istilah education juga bermakna proses
sosial tatkala seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya lingkngan sosial), sehingga ia dapat memiliki kemampuan
sosial dan perkembangan individual secara optimal. (Zahara Idris, 1992:2)
4.
Pendidikan
adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi,
membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala
potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan
adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang
lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki
kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, bertindak serta percaya diri dengan
penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupannya
sehari-hari. (Basri, 2007:34)
5.
Menurut
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan dalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat
bangsa dan negara.
6.
Pendidikan
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa terhadap anak didik agar menjadi dewasa secara mental dan intelektual.
(Nur Uhbiyati, 1998:7)
7.
Konferensi
Internasional Pendidkan Islam yang diselenggarakan oleh King Abdul Aziz di
Jeddah pada tahun 1977, merekomendasikan bahwa pendidikan adalah keseluruhan
pengertian yang terkandung dalam makna ta’lim, ta’dib dan tarbiyyah.
(Ahmad Tafsir, 1992: 28)
8.
Ahmad D. Marimba
mengartikan bahwa pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani untuk
membentuk kepribadian utama, membimbing ketrampilan jasmaniah dan rohaniah
sebagai perilaku konkret yang memberi manfaat pada kehidupan siswa di
masyarakat. (Ahmad D, Marimba, 1980:45)
9.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (UURI, No. 20/2003 Pasal 1 ayat 1). Selanjutnya,
pada Pasal 1 ayat 2 (UURI, No.20/2003) disebutkan bahwa pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
10.
Ary H. Gunawan
mengatakan bahwa pendidikan adalah
interaksi manusia antara guru atau pendidik dan murid atau anak didik yang
dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasikan pada
nilai-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan
dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut.
11.
Kamus Besar
Bahasa Indonesia
mendefinisikan bahwa pendidikan berasal dari kata “didik”,yang
mendapat awalan kata “me-“ sehingga menjadi “mendidik” artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan
ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Dalam
perspektif Islam, pendidikan dikatakan dengan istilah pendidikan Islam. Pengertian pendidikan Islam
dikemukakan oleh para pakar sebagai
berikut:
1. Pendidikan
adalah proses bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk kepribadian utama
menurut ukuran yang telah ditentukan. Kepribadian utama disini adalah
kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama islam,
memilih, memutuskan, mengamalkan, mempertanggungjawabkan perbuatan berdasarkan
ajaran Islam. (Safruddin Nurdin, 2002)
2. Menurut
Hasan Langgulung, pendidikan Islam adalah pendidikan berfungsi menyiapkan
generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang
akan datang. Peranan ini berkitan erat dengan kelanjutan hidup bermayarakat;
memindahkan ilmu pengetauan yang bersangkutan dengan peranan tersebut dari
generasi tua kepada geneasi muda; memindahkan nilai-nilai yang bertujuan
memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi
kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa
nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, kelanjutan hidup tersebut
tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan
kehancuran masyarakat tersebut.
Dalam
islam, pendidikan dikenal dengan istilah tarbiyah yang berasal dari bahasa Arab, sedangkan orang yang mendidik
dinamakan
murobi. Secara umum, kata tarbiyah dikembalikan pada tiga kata kerja yang
berbeda, yakni:
1. Rabaa-yarbuu yang bermakna namaa-yanmuu,
artinya berkembang.
2. Rabiya-yarbaa yang bermakna
nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
3. Rabbaa-yarubbu yang bermakna
aslahahu, tawalla amrah, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang
artinya memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga, dan memeliharanya (atau
mendidik).
Secara
istilah, makna tarbiyah berdasarkan akar kata tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. Proses
pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan
secara berkelanjutan , dengan tujuan anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri
di tengah masyarakat.
2. Kegiatan
yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan
menyenangkan hati (tidak membosankan).
3. Menyempurnakan
fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat
Allah SWT.
4. Proses
yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan dilaksanakan secara bertahap
dari yang mudah ke yang sulit.
5. Mendidik
anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang mudah diterima sehingga
ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. Kegiatan
yang mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian
ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan mamiliki
terhadap anak.
7. Tarbiyah
terdiri atas: (1) tarbiyah khalqiyyat, (2) tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat.
Sebagian
ahli pendidikan islam menyebut istilah pendidikan dengan tarbiyyah atau ta’lim.
Arti asli kata tarbiyyah adalah mengurus pohon secara telaten, sedangkan
arti kata ta’lim adalah memberikan tanda khusus pada suatu benda. Dalam
bahasa kita, dikenal kata alamat (tanda atau identitas). Kata ini seakar dengan
kata ta’lim. Tahap berikutnya,
dua kata tersebut menjadi terminologi resmi pendidikan, walaupun kata ta’lim
kurang popular dibanding kata tarbiyyah. Tarbiyyah yang telah
menjadi terminologi resmi pendidikan memiliki arti: proses pembentukan karakter
individu siswa untuk mencapai kesempurnaan etika, menguasai ketajaman analisis,
mempunyai kemampuan membaca diri, dan cakap mengungkapkan ide melalui bahasa
verbal dan penataan kata (tulisan).
Berdasarkan
semua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah
sebuah sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.[13]
Dari uraian makna panjang
lebar pendidikan baik secara
etimologis, terminologis maupun yuridis diatas akhirnya dapat diambil benang
merahnya. Benang merahnya dari beberapa artikel pendidikan adalah:
1.
Pendidikan berwujud aktivitas interaktif yang sadar
dan terencana.
2.
Dilakukan oleh minimal dua orang, satu pihak berperan
sebagai fasilitator dan dinamisator sedangkan pihak lainnya sebagai subyek yang
berupaya mengembangkan diri.
3.
Proses dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan
prosen pembelajaran.
4.
Terdapat nilai yang diyakini kebenarannya sebagai
dasar aktivitas.
5.
Memiliki tujuan baik dalam rangka mengembangkan
segenap potensi internal individu anak.
6.
Puncak ketercapaian tujuan adalah kedewasaan, baik
secara fisik, psikologis, sosial, emosionl, ekonomii, moral, dan spiritual pada
peserta didik.
b.
Perbedaan Pembelajaran dan Pendidikan
Ada beberapa hal yang dapat menunujukkan sebuah
perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran. Bahwa secara sederhana,
pendidikan merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik
dengan mentransfer nilai-nilai. Sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar
dan sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentrasfer pengetahuan.
Secara mendasar perbedaan
antara pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat dari perbedaan antara kata
mengajar dan mendidik. Mengajar ialah memberikan pengetahuan atau melatih
kecakapan-kecakapan (keterampilan) kepada anak-anak. Sedangkan mendidik adalah
membentuk budi pekerti dan watak anak-anak. Jadi, dengan pengajaran, guru
membentuk kecerdasan. Dan dengan pendidikan, guru membentuk kesusilaan pada
anak.
Pendidikan dapat dilihat
sebagai proses bimbingan yang mempunyai dasar dan tujuan yang terencana denagan
jelas. Keterkaitan antara dasar sebagai landasan, dan tujuan sebagai target
yang akan dicapai, menjadikan proses bimbingan tersebut terangkum sebagai
rangkaian aktivitas yang terbentuk dalam suatu sistem. Hal ini mengisyaratkan
bahwa pendidikan sebagai sistem terangkai oleh berbagai komponen pendukung yang
antara satu samaa lain saling tergantung, saling berhubungan dan saling
menentukan.
Secara garis besarnya,
komponen-komponen yng termuat dalam sistem pendidikan mencakup dasar, metode,
bahan, alat, pendidik peserta didik, evaluasi serta tujuan pendidikan. Sebuah
sistem pendidikan akan dapat terselenggara dengan baik apabila didukung
komponen-komponen dimaksud. Pertama, dasar pendidikan yang berorientasi pada
pemikiran filosofis tentang pendidikan. Untuk mengantar kepada pencapaian
tujuan pendidikan yang dicita-citakan, diperlukan pula bahan pendidikan yang
terangkum dalam kurikulum. Disamping itu juga perlu adanya tenaga pendidik yang
memiliki criteria tertntu, hingga mampu menyampaikan bahan dengan menggunakan
metode yang efektif kepada peserta didik. Kemudian keberhasilan dari proses
pendidikan itu sendiri hanya mungkin diketahui dari kegiatan tahap akhir, yaitu
berdasarkan tahap evaluasi. Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan untuk
mengetahui hasil akhir yang dicapai.
C.
Pengertian Sistem dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang
memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun
lulusan (output) pendidikan. Pembelajaran memiliki pengaruh yang
menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat
tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau mengemas proses
pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik da tepat akan
memberikan konstribusi agar dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang
dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit
dikembangkan atau diberdayakan.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Konsep Sistem dan Sistim yaitu Sistem
adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerjasama secara keseluruhan berdasarkan
tujuan bersama. Sistim
adalah terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu terdiri dari komponen-komponen yang
saling berhubungan, saling mengalami ketergantungan dalam keutuhan organisasi
yang teatur serta integrasi. Ciri-ciri sistem; Tujuan Sistem, Fungsi
Sistem, Komponen Sistem, Interaksi atu saling berhubungan, Penggabungan yang
menimbulkan jalinan perpaduan, dan Proses transformasi.
Perbedaan sistem dan sistim
Sistem
merupakan suatu cara atau metode yang akan dilakukan. Sedangkan sistim
merupakan keseluruhan dari sistem
Perbedaannya
ada pada kosa katanya. Sistem adalah kata baku, sedangkan sistim adalah kata
yang tidak baku.
Cara pengujinya mudah:
sistem= sistemetis bukab sistimatis.
2.
Perbedaan Pembelajaran dan Pendidikan yaitu Ada
beberapa hal yang dapat menunujukkan sebuah perbedaan antara pendidikan dan
pembelajaran. Bahwa secara sederhana, pendidikan merupakan usaha sadar dan
sengaja untuk mendewasakan peserta didik dengan mentransfer nilai-nilai.
Sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan
peserta didik dengan mentrasfer pengetahuan.
Secara
mendasar perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat dari
perbedaan antara kata mengajar dan mendidik. Mengajar ialah memberikan
pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan (keterampilan) kepada anak-anak.
Sedangkan mendidik adalah membentuk budi pekerti dan watak anak-anak. Jadi,
dengan pengajaran, guru membentuk kecerdasan. Dan dengan pendidikan, guru
membentuk kesusilaan pada anak.
3.
Pengertian Sistem dalam Pembelajaran yaitu Pembelajaran
merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk
mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan.
Pembelajaran memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi
rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam
melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan
secara baik da tepat akan memberikan konstribusi agar dominan bagi siswa,
sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan
menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan.
4.
SARAN
Semoga dengan dibuatnya makalah Perencanaan Sistem PAI dengan tema “Pengertian Sistem dalam Pembelajaran” dapat membantu proses perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Rahman,
Memahami Ilmu Pendidikan, CV. Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013.
Endang
Soenaryo, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan
Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 2000.
Hamdani
Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan karakter Perspektif Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013.
Hamzah B
Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Iskandarwassid,
Strategi Pembelajaran Bahasa, PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2008.
Isriani
Hardini dan Dewi Puspitasari, STRATEGI PEMBELAJARAN TERPADU (Teori, Konsep,
dan Implementasi), Familia, Yogyakarta, 2012.
Jogiyanta, PEMBELAJARAN
METODE KASUS untuk dosen dan Mahasiswa, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta, 2006.
Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan
Pendekatan Sistem, Rineka cipta,
Jakarta, 1988.
Nana
Sudjana dan Eddy Susanta, Pendekatan
Sistem Bagi Administrator Pendidikan (Konsep Dan Penerapannya), C.V Sinar
Baru, Bandung, 1989.
Saekhan
Muchith, PEMBELAJARAN KOTEKSTUAL, RaSAIL Media Group, Semarang, 2008.
Sarbini dan
Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2011.
Suwardi, Manajement
Pembelajaran, STAIN SALATIGA PRESS, Salatiga, 2007.
[2]
Nana
Sudjana dan Eddy Susanta, Pendekatan
Sistem Bagi
Administrator Pendidikan (Konsep dan Penerapannya),
C.V Sinar Baru, Bandung, 1989, hal 23-24.
[3] Endang Soenaryo, Pengantar Teori Perencanaan
Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta,
2000, hal 12.
[4] Made Pidarta,
Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan
Sistem, Rineka cipta, Jakarta, 1988, hal 17.
[5]
Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi
Aksara, Jakarta, 2006, hal 11-13.
[7]
Suwardi, Manajement Pembelajaran, STAIN
SALATIGA PRESS, Salatiga, 2007, hal 31-32.
[8]
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT
REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2008, hal 2-3.
[9]
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, STRATEGI
PEMBELAJARAN TERPADU (Teori, Konsep, dan Implementasi), Familia,
Yogyakarta, 2012, hal 4.
[10]
Jogiyanta, PEMBELAJARAN METODE KASUS untuk dosen
dan Mahasiswa, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta, 2006, hal 12.
[11]
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Op.,Cit., hal 10.
[12]
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan
karakter Perspektif Islam, CV
Pustaka Setia, Bandung, 2013, hal 1-7.
[13]
Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, CV
Pustaka Setia, Bandung, 2011, hal 18-20.
[14]
Saekhan Muchith, PEMBELAJARAN KOTEKSTUAL, RaSAIL
Media Group, Semarang, 2008, hal 1.
Comments
Post a Comment