BERPIKIR SISTEMIK DALAM PEMBELAJARAN
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : PerencanaanSistem
PAI
Dosen
Pengampu: Dr. H. Ihsan,
M.Ag
DISUSUN OLEH:
1.
Shofiyatul Himami (1310110044)
2.
Nurul Ilmi Elvia. N (1310110045)
3.
Zahrotul Mustabsyiroh (1310110046)
4.
Muhammad Khasbi Muzakky (1310110047)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun
agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang”Berpikir Sistemik Dalam Pembelajaran", yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat
tentang “Berpikir Sistemik Dalam Pembelajaran” cara agar dalam suatu pembelajaran semua komponennya dapat bekerja sama
sehingga tercapai tujuan yang didinginkan.
Semoga makalah ini
dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran
dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
01
Desember 2014
Penyusun,
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembelajaran
merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam pendidikan, melalui pendidikan
diharapkan mampu membawa kearah mana bangsa ini akan melangkah, pendidikan
merupakan sarana startegis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dan multi makna.
Sebagaimana yang telah dirumuskan tujuan
pendidikan yang tidak lepas dari beberapa komponen yang menunjang, dari
berbagai komponen/ elemen-elemen yang menyatu itulah akan terlaksana sebuah sistem. Sebab di muka bumi
ini tiada hal yang tidak saling terkait, semua saling melengkapi dan
menyempurnakan demi terwujudnya suatu tujuan yang hendak dicapai. Beberapa
komponen yang berada dalam sistem telah terintruksi untuk mencapai suatu tujuan
dan tujuan tersebutlah yang membimbing
kita tentang apa yang yang harus dikerjakan. Banyak fenomena yang muncul dalam
pembelajaran, baik dengan penyebab langsung maupun tidak langsung, terkadang
idealisme memang tidak selamanya selaras dengan realitas yang kita temui.
Praktik pembelajaran yang dilakukan dengan baik dan tepat akan menghasilkan
sumbangsih baik kepada anak didik, sebaliknya jika pembelajaran dilakukan tidak
tepat maka potensi siswa akan sulit dikembangkan.
B.
Rumusan Masalah
- Apa pengertian pendidikan dan pembelajaran?
2.
Bagaiamana
pendekatan sistem dalam pembelajaran?
- Apahakikat tentang berpikir sistemik?
- Bagaimana cara berpikir sistemik dalam pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian
Pendidikan dan Pembelajaran
Menurut Kamus Besar mendefinisikan bahwa pendidikan
berasal dari kata “didik”, yang mendapat awalan kata me- sehingga menjadi
mendidik artinya memelihara dan memberi latihan.Dalam memelihara dan member latihan diperlukan ajaran,
tuntutan dan pimpinaan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menutut bahasa
yunani, pendidikan berasal dari kata pedagogic yang terdiri atas paid yang
artinya anak dan agogos yang artinya membimbing, sehingga pedagoik dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak.
Ary H. Gunawan mengemukakan pendidikan adalah
interaksi manusia antara guru atau pendidik dan murid atau anak didik yang
dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasikan pada
nila-nilai dan pelestarian serta pengembangan kebudayaan yang berhubungan
dengan usaha-usaha pengembangan manusia tersebut.
Zuhairini dan kawan-kawan menyebutkan pendidikan
adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan
jalan membina potensi-potensi pribadinya rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan
budi nurani) dengan jasmani (panca indra serta ketrampilan).
Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyrakat, bangsa dan Negara.[1]
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan.
Didalamnya terjadi interksi antara berbagai komponen, yaitu guru, siswa, dan
materi pembelajaran atau sumber belajar.Menurut etimologis menurut Zayadi kata
pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa ingris, instructions yang
bermakna upaya untuk memelajarkan seseoramh atau kelompok
orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian terminologis pembelajaran dikatakan
oleh Corey sebagaimana dikutip oleh Sagala (2006:61) merupakan suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serat dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon dalam kondisi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan.
Dari pengertian terminologis tersebut, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran merupakan sebuah sistem, yaitu totalitas yang melibatkan berbagi komponen
yang saling berinteraksi.Dengan demikian dapt dipahami bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogarm dalam desain
instruksional untuk membuat siswa atau peserta didik belajar secara aktif yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.Karena pembelajaran pada dasarnya adalah
merupakan kegiatan terrencana yang mengkondisiskan atau merangsang sesesorang
agar bisa belajar dengan baik, agar tercapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
Kegiatan pembelajaran menurut pandangan Zayadi dan
Majid akan bermuara pada kegiatan utama yang pertama, bagaimana orang melakukan
tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar, kedua, bagaimana
orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan
mengajar.[2]
II. Pendekatan
Sistem dalam Pembelajaran
a.
Pengertian
Sistem
Sistem adalah
suatu konsep yang abstrak. Definisi yang umum menyatakan bahwa sistem adalah
seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan. Rumusan ini sangat sulit dipahami, dalam artian yang luas suatu
pengertian sistem muncul karena seseorang telah mendefensikannya demikian.
Kesimpulan
yang umum dapat dinyatakan sebagai berikut : misalnya sepeda adalah suatu sistem,
yang meliputi komponen-komponen seperti roda, pedal, kemudi dan sebagainya,
akan tetapi dalam artian yang luas, sepeda sebenarnya adalah suatu subsistem/komponen
dalam sistem transportasi, disamping alat-alat transportasi yang lainnya,
seperti mobil, motor, angkutan kota dan sebagainya.
Sistem berasal dari bahasa latinsystema atau bahasa Yunani sustema
yang berarti suatu kesatuan yang yang terdiri dari komponen atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang
berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak.
Istilah sistem juga sering didefinisikan suatu
bangunan atau organisasi/lembaga yang terdiri dari berbagai sub komponen atau
elemen yang saling berinteraksi, berinterdependensi dimana salah satu elemen
atau komponen rusak atau hilang maka akan mengganggu komponen lainnya serta
mengganggu kualitas kinerja dari organisasi tersebut.Sistem dapat dipahami
sebuah kesatuan utuh dari masing-masing sistem(komponen).[3]
Pengertian sistem menurut ahli :
1. Tatang M.Amirin
a.
Sistem adalah suatu kebulatan yang kompleks atau
terorganisasi himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
kebulatan (keseluruhan) yang kompleks atau utuh.
b.
Sistem merupakan himpunan komponen yang saling
berkaitan dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
c.
Sistem merupakan sehimounan komponen atau sub system
yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
2. L. Jmes Havery
Sistem
merupakan prosedur logis dan rasional guna melakukan atau merancang suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain.
3. Salisbury
Sistem
adalah sekelompok bagian tau komponen-komponen yang bekerjasama sebagai suatu
kesatuan fungsi.
4. John Mc Manama
Sistem
adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling
berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organic untuk mencapai suatu
hasil yang didinginkan secara efektif dan efisien.
Sedangkan
pengertian
dari sistem pembelajaran
sendiri
adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusia,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai
suatutujuan tertentu.Sesuai
dengan rumusan tersebut maka unsur manusia yang terlibat dalam sistem
pembelajaran tersebut adalah siswa, pengajar (guru), dan tenaga kependidikan
lainnya.[4]
b.
Tujuan dan
Fungsi Sistem
Setiap sistem
mempunyai tujuan, tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki oleh
suatu kegiatan. Demikian pula kegiatan instruksional memiliki tujuan tertentu.
Tujuan suatu lembaga pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan pendidikan
kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar
mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang
telah dirumuskan terlebih dahulu.
Untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagi fungsi yang beraktivitas.
Misalnya seorang manusa agar bisa hidup dan menunaikan tugasnya didalam dirinya
diperlukan adanya fungsi koordinasi dan penggerak, fungsi pernapasan, fungsi
pencernaan makanan, fungsi peredaran darah, fungsi pengindraan, fungsi
perlindungan terhadap penyakit dan berbagai bahaya, fungsi pembiakan dan
lain-lain.[5]
c. Analisis
Sistem
Analisis sistem
adalah cara berpikir berdasarkan teori umum sistem(General System Theory). Teori umum sistem menurut Boulding (1956)
merupakan kerangka ilmu pengetahuan yang dapat menyajikan suatu struktur
teoritik secara sistematis, dimana berbagai disiplin diarahkan, diintegrasikan,
dan didayagunakan secara produktif.
Dalam konteks
yang sama, Bertalanffy(1979) mengemukakan bahwa teori umum sistem “merupakan suatu konsep yang bersifat
menyeluruh yang memandang sesuatu secara keseluruhan, dimana keseluruhan itu
jauh lebih rtinya daripada jumlah bagian-bagiannya”. Dalam kaitan itu
Bertalanffy mengemukakan minimal ada lima tujuan utama teori sistem, yaitu:
1. Terdapat
kecenderungan mengintegrasikan berbagai ilmu yang alamiah dan ilmu sosial
2. Pengintegrasian
itu terpuasat pada teori umum sistem
3. Teori-teori
diatas mungkin merupakan instrumen penting dalam bidang ilmu nonfisik
4. Mengembangkan
prinsip-prinsip untuk menyatukan berbagai bidang ilmu
5. Dampak
dari hal-hal tersebut diperlukan pengintegrasian berbagai bidang ilmu dalam
proses pendidikan
Siagian(1988)
mengatakan bahwa analisis sistem dewasa ini merupakan salah satu alat yang
bantu yang makin luas penggunaannya dalam analisis keputusan. Karakteristik
analisis sistem menurut Quade(1968) adalah suatu pendekatan yang sistematik
yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan dalam memilih seperangkat
tindakan melalui penelaahan yang menyeluruh dan membandingkannya dengan
berbagai konsekuensi dari keputusan yang akan diambilnya.
Menurut
Subrahmanyam(1971) pertimbqngqn berdasarkan nilai-nilai tertentu merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam analisis sistem. Analisis sistem hanyalah
merupakan sustu tekhnik pengambilan keputusan dan bukan merupakan pengganti
pengembilan keputusan. Pada dasarnya analisis sistem merupakan suatu forum yang
dialog antar analis dan pengambil keputusan. Cleland dan King dua orang akar
menejemen menambahkan bahwa analisis sistem merupakan sustu metodologi untuk
menganalisis dan memecahkan permasalahan melalui suatu pengujian yang
sistematik dan sistemik serta membandingkan berbagai alternatif berdasarkan
sumber-sumber pembiayaan dan keuntungan yang berkaitan dengan setiap alternatif
yang diajukan. [6]
Antara analisis
sistem dan riset operasi terdapat perbedaan. Rist opersi adalah penerapan
konsep sistem dala upaya mengoptimalkan sumber-sumber ekonomis agar terwujud
proses transformasi yang efisien. Sedangkan analisis sistem merupakan
pendekatan terhadap permasalahan yang rumit dan kompleks. Riset operasi
diterapkan untuk melakukan pengoptimalan terhadap hal-hal yang bersekala kecil dan
untuk memilih suatu pemecahan optimal atau seperangkat alternatif yang telah
ditentukan. Sebaliknya analisis sistem mempunyai orientasi yang lebih luas.
Analisis sistem melaksanakan berbagai alternatif tujuan dan mengeksplorasi
berbagai implikasi dari berbagai asumsi alternatif. Analisis sistem biasanya
tidak menaruh kepedulian terhadap perhitungan pemecahan suatu masalah secara
optimal.
Kajian analisis
sistem ditujukan untuk menghindari berbagai berbagai kesalahan yang berskala
besar dan memberikan atau menyampaikan daftar pilihan kepada para pengambil
keputusan yang menggambarkan berbagai ramuan keefektiafan perincian biaya untuk
dijadikan pertimbangan dalam menetukan pilihan. Analisis sistem berupaya
mendesain pemecahan masalah baru dan memperluas jangkauan barbagai alternatif
dan melakuakn pemilihan alternatif terbaik dan berbagai alternatif yang telah
ditentukan. Penerapan analisis sistem yang paling sederhana adalah suatu cara
berpikir, tetapi sebaliknya analisis sistem juga dapat diterapkan pada bentuk
yang sangat rumit dengan mempergunakan berbagai perhitungan rumus matematika
yana paling kompleks samapi pada penggunaan komputer yang paling canggih.
Keluwesan penerapan analisis sistem untuk berbagai tingkat kerumitan adalah
bahwa analisis sistem merupakan metode yang dapat dipergunakan untuk berbagai
penerapan dalam memecahkan berbagai tingkatan masalah.[7]
d. Pendekatan
Sistem
Pendekatan sistem
adalah cara berpikir dengan menggunakan konsep sistem. John, Kast, Rosenzweig
(1973) mengemukakan bahwa pendekatan sistem adalah cara berpikir untuk mengatur
tugas, melaui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor lingkungan internal
dan eksternal sehingga merupakn suatu keseluruhan secara terpadu. Pendekatan
isstem juga merupakan cara berpikir sebuah metode atau tekhnik analisis dan
suayu jenis menejerial.
Van Gigh (1974)
mengemukakan bahwa pendekatan sistem merupakan desain metodologi, kerangka
kerja konseptual, metode ilmiah baru, teori keorganisasian, sistem menejemen,
metode rekayasa riset operasi dan metode untuk meningkatkan efisiensi biaya
serta metode untuk menerapkan teori umum sistem.
Sebagai metode
ilmiah baru, pendekatan sistem mencoba mewujudkan cara berpikir baru yang dapat
diaplikasikan, baik terhadap ilmu-ilmu perikehidupan maupun terhadap ilmu-ilmu
perilaku. Dalam teori organisasi dan menejemen modern, Kast dan Rosenzweig
(1974) mengemukakan bahwa pendekatan sistem merupakan suatu kerangka kerja yang
bersifat integratif dalam teori dan praktik organisasi dan menejemen. [8]
Dalam rangka
memperkenalkan konsep dan aplikasi analisis sistem itu, badan penelitian dan
pengembangan pendidikan menyelenggarakan penataran intensif selama lebih kurang
sembilan bulanyang diikuti oleh para analis dan perencana kehidupan. Penataran
itu dilaksanakan melalui suatu kerjasama dengan the Rain Corporation, Santa Monica, Kalifornia, Amerika Serikat,
yaitu suatu badan penelitian yang bergerak dalam bidang perumusan dan
pengkajian berbagai masalah yang sifatnya strategis dan multi disiplin. Dalam
penyusunan rencana tahunan departemen pendidikan dan kebudayaan telah
menggunakan suatu instrumen pemecahan yang dikenal dengan sistem dan mekanisme
perencanaan terpadu rutin dan pembangunan. Pendekatan yang dijadikan kerangka
acuan dalam penyususnan sistem dan mekanisme tersebut adalah pendekatan sistem
yang disesuaikan dengan berbagai ketentuan yang berlaku dalam penyusunan
rencana dan program yang dianut dalam sistem administrasi pemerintahan di
Indonesia.
Dewasa kini
pendidikan telah dipandang sebagai suatu fungsi yang melekat dengan kehidupan
itu sendiri. Memperoleh pendidikan sudah suatu keharusan dan kebutuhan dalam
kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan telah dipandang sebagai
suatu investasi dalam pembangunan sumber daya manusia yang amat diperlukan
dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Pendidikan makin banyak memerlukan
berbagai eahlian profesional dalam menejemennya serta memerlukan berbagai
keahlian yang bersifat interdisipliner dalam memecahkan masalahnya.[9]
Pendekatan
sistem mulai dipergunakan dalam bidang latihan dan pendidikan (merumuskan
masalah), analisis kebutuhan dengan maksud mentransformasikannya menjadi
tjuan-tujuan (analisis masalah), desain metode dan materi instruksional (pengembangan
suatu pemecahan).[10]
e. Dinamika
Sistem
Rangkaian
kejadianyang rumit dan berubah menurut waktu adalah suatu proses dinamis.
Secara alami, proses dinamis selalu bergerak antara dua ujung, yaitu
keteraturan dan kekacauan. Rangkaian kejadian dalam proses dinamis itu memberi
bentuk kepada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi kelakuan
sistem. Kelakuan sistem terbentuk dari gabungan kelakuan lingkaran yang umpan
balik yang menyusun rangkaian sistem.
Dinamika sistem
sebagai alat untuk berpikir dapat diumpamakan seperti hubungan antara kran air
dan tangki. Tinggi air dalam tangki menggambarkan suatu keadaan yang teramati
perubahannya dan mencerminkan kinerja dari sistem. Perubahn tinggi air dalam
tangki, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan tentang putaran kran air
yang masuk dan keluar tangki. Arus yang masuk dan keluar dari kran
menggambarkan proses yang yang mencerminkan kinerja sistem. Perubahan arus air
masuk, dan keluar akan mempengaruhi dan dipengruhi oleh perubahan air dalam
tangki.
Untuk menyusun
hubungan antara keadaan dan proses tersebut saling mengait sebagai lingkaran
sebab akibat membentuk sistem yaitu:
1. Pembentukan
hubungan antara proses sebgai akibat, ataupun sebaliknya dan
2. Pembentukan
informasi tentang keadaan sebagai sebab menghasilkan keputusan yang berpengaruh
pada proses sebagai akibat.
Pemahaman
terhadap kerumitan, pergerakan, dan perubahan yang terdapat dibelakang pola
garis bergelombang adalah memahami dinamika dari suatu sistem. Kerumitan
dinamis dalam sistem berhubungan dengan gabungan lingkaran umpan balik pemacauan
dengan penyeimbangan. Peranan lingkaran umpan balik tertentu akan mempengaruhi
kelakuan sistem. Ada empat perilaku umum dari sistem umpan balik yaitu
pembelajaran, pembaruan, keseimbangan dan gelombang. Gabungan lingkaran umpan
balik dapat mengungkapkan kerumitan secara secara sederhana. Dalam
perkembangnnya, penyederhanaan kerumitan tersebut telah dikenali berbentuk
pola-pola lingkaran umpan balik. Masing-masing pola memiliki dan menjelaskan
kelakuan dinamis tertentu. [11]
f.
Sistem
Pengajaran
Dalam pengajaran,
perumusan tujuan adalah yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sistem pengajaran selalu
mengalami dan mengikuti tiga tahap yaitu tahap analisis (menentukan dan
merumuskan tujuan), tahap sintesis (perencanaan proses yang akan ditempuh), dan
tahap evaluasi (mengetes tahap pertama dan kedua).
Sistem
pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
mansiawi,material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan. Orang yang terlibat dalam sistem pengajaran adalah
siswa, guru, tenaga lainnya, misalnya tenaga yang membantu dalam laboratorium.
Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, film, audio,
video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas, perlengkapan
audiovisual, bahkan juga komputer. Prosedur melipui jadwal dan metode
penyampaian informasi, penyediaan untuk praktek, belajar, pengetesan, dan
penentuan tingkat, dan sebagainya.
Ada tiga ciri
khas yang terkandung dalam sistem pengajaran, yaitu:
1. Rencana,
penataan intensional orang, material, dan prosedur, yang merupakan unsur sistem
pengajaran sesuai dengan suatu khusus, sehingga tidak mengambang.
2. Kesalingtergantungan
unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian yang koheren dalam keseluruhan,
masing-masing bagian bersifat esensial, satu sama lain saling memberikan
sumbangan tertentu.
3. Tujuan,
setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu. Ciri itu menjadi dasar
perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem-sistem alami
(natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti sistem transportasi, sistem
komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem natural,
seperti sistem ekologi, sistem persyaratan pada hewan, memiliki unsur-unsur
yang saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya disusun sesuai
dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan atau maksud.[12]
g. Penerapan
Sistem dalam Pembelajaran
Sistem
pendidikan merupakan suatu sistem yang terbuka, sebagai suatu sistem yang
bersifat terbuka sistem pendidikan ditandai dengan adanya struktur sistem
pendidikan yang terdiri atas sistem pendidikan yang bersifat nasional, sub
sistem pendidikan yang terdiri atas pendidikan sekolah dan pendidikan diluar
sekolah, komponen pendidikan yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, sub komponen yang terdiri atas pendidikan uum,
pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, dimensi fasilitas dan pembiayaan
pendidikan, variabel pendidikan terdiri atas jumlah peserta didik, jumlah
tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan serta penanggung jawab
pendidikan yang terdiri atas orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Sebagai suatu sistem
terbuka, sistem pendidikan melalui hubungan internal dan eksternal. Hubungan
internal dalam sistem pendidikan ditandai demgan adanya hubungan yang suksesif,
antara satu jenjang pendidikan dengan jejang yang lainnya. Sedangkan hubungan
eksternal ditandai adnya innteraksi, interelasi, interdependensi antara sistem
pendidikan dengan pendidikan yang lainnya yang berada diluar sistem pendidikan.
Salah satu
konsep dasar yang juga ditemui oleh sistem pendidikan, yaitu konsep entropy, konsep ini berkaitan denagn
konsep keseimbangna dinamik. Yang dimaksud dengan konsep keseimbangan dinamik
adalah kemampuan, ketangguhan, dan keseimbangan dinamik dari suatu sistem dalam
mempertahankan eksistensinya.
Dalam sistem
pendidikan wujud konsep keseimbangan dinamik ini tercantum kedalam berbagai
peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan antara berbagai subsistem,
komponen, dan subkomponen serta antara dimensi yang satu dengan dimensi yang
lainnya dalam suatu sistem pendidikan.[13]
Di Indonesia
permintaan masyarakat terhadap pendidikan dilakuakn dengan melakukan progam
perluasan dan pemerataan kesempatan belajar. Proses belajar mengajar dapat
berlangsung dengan efisien dan efektif jika ditunjang oleh masukan instrumental
berupa tenaga didik, ruang belajar, dan juga diperlukan buku pelajaran bagi
tenaga didik dan peserta didik. Penduduk merupakan sasaran kegiatan pendidikan,
baik orang per orang maupun sebagai kelompok. Oleh karena itu, aspek-aspek
kependudukan, dinamika kependudukan dan masalah-masalah kependudukan sangat
berpengaruh terhadap kegiatan sistem pendidikan, seperti tingkat pertumbuhan,
penyebaran penduduk, program transmigrasi, program keluarga berencana, dan
angkatan kerja.
Faktor geografi
mencakup antara lain aspek keadaan alam dan sumber daya alam. Hal ini akan
memberikan pengaruh besar terhadap perencanaan sistem pendidikan. Pengaruh ini
mungkin bersifat menunjang dan mungkin pula menghambat. Selain itu, faktor
geografi juga menerima pengaruh dari pendidikan, misalnya melalui pendidikan
dan kebudayaan, kita dapat mendorong peningkatan eksploitasi dan pemanfaatan
sumber daya alam dan mendorong pertumbuhan daerah pariwisata alam.
Minimal terdapat
lima aspek geografis yang mempunyai kaitan erat degan penyelenggaran dan
pengembanga sistem pendidikan, yaitu
1. Topografi
2. Sumber
kekayaan alam
3. Tanah untuk pembangunan
4. Fasilitas pendidikan
5. Hambatan alam
Aspek topografis
berkaitan erat dengan penentuan lokasi, satuan pendidikan, rayonisasi
penerimaan peserta didik, supervisi satuan pendidikan, penempatan tenga didik,
pendistribusian buku, dan peralatan pendidikan. Potensi kekayaan alam apabila
diolah maka akan mendapatkan pendapatan masyarakat. Dengan begitu, diharapkan
partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan akan meningkat.
Interaksi,
interrelasi, dan interdependensi antara sistem pendidikan dengan aspek-aspek,
sosial, budaya, agama, dan kepercayaan terhadap Tuahn Ynag Maha Esa tidak dapat
dihindari. Keterkaitan antara sistem pendidikan, dan aspek-aspek tersebut perlu
dipertimbangkan dalam rangka saling menumbuhkan dan saling menunjang.[14]
III. Hakikat
Berpikir Sistemik
a. Pengertian
Berpikir
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah
berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri(ed), 1983: 52 )
didalam diri seseorang, berkembang ide dan konsep ini berlangsung mulai proses
penjalinan hubungan antar bagian-bagian informasi yang tersimpan didalam diri
seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan
kerja otak.Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak.Pikiran
manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.Kegiatan
berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan
dan kehendak manusia.Memikirkan sesuatu mengarahkan dari pada obyek tertentu,
menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai
wawasan tentang obyek tertentu.
Berpikir juga berarti jerih payah secara mental untuk
memahami suatu yang dialami mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapi.
Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemrosesan informasi dari stimulus yang
ada , sampai pemecahan masalah. Dengan demikian berpikir juga dapat dikemukakan
sebagai proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon.[15]
b. Pengertian
Berpikir Sistemik
Berpikir sistemik (systemic
thinking) adalah sebuah cara untuk memahami sistem yang kompleks dengan analisis bagian-bagian sistem tersebut untuk kemudian mengetahui pola hubungan
yang terdapat didalam setiap unsur atau eleman penyusun sistem tersebut pada
prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua kemampuan berpikir yaitu,
kemampuan berpikir analis dan berpikir sintesis.
Sedangkan berpikir sistematik (systematic thiking) artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan
kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Disini diperlukan ketaatan dan
kedisiplinan terhadap proses dan metoda yang hendak dipakai. Metoda berpikir
yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang beda, namun semuanya dapat dipertanggung
jawabkan karena sesuai dengan proses yang diakui luas.
Berpikir sistemik (systemic
thinking), maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola
keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem. Sementara berpikir sistemik
adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan pikiran lain
disekelilingnya, meskipun secara formal- procedural mungkin tidak terkait
langsung atau secara special berada diluar lingkungan tertentu. Systemic thinking lebih menekankan pada
kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian sistem.Cara
berpikir seperti bersebrangan dengan berpikir fragmented-liniar-cartesian.
Syarat awal
untuk memulai adanya kesadaran untuk menghormati dan memikirkan suatu kejadian
sebagai sebuah sistem. Penggunaan bahasa sistem dalam berpikir dapat
mendapatkan berbagai penafsiran sistem dari obyek yang sama. Perbedaan
penafsiran terletak pada sudut pandang yang dipakai dalam memikirkan suatu
kejadian yang sama sebagai suatu sistem.
Untuk memudahkan
jalannya berpikir sistemik, penetapan tujuan dari sistem dinyatakan dalam
bentuk yang lebih nyata, yaitu kinerja sistem yang teramati sebagai capaian
hasil kerja dari sistem. Kinerja sistem yang teramati adalah muara dari
rangkaian krjadian dalam sistem, baik sistem fisik maupun sistem nonfisik.
Ringkasnya, kinerja sistem berkaitan dengan kerja dari keseluruhan unsur sistem
yang saling berpengaruh dalam batas lingkungan tertentu. Jadi suatu sistem
dapat saja menjadi suatu sistem yang lebih kompleks, yang berarti bahwa kita
yang mempertimbangkannya sebagai sistem, dan kita sendiri yang menentukan
batas-batas dari sistem
itu sendiri.[16]
c. Corak
Berpikir Sistemik
Proses berpikir
sistemik bukanlah suatu hal yang baru. Sejak zaman purbakala yang mampu
menciptakan pyramid di Mesir sampai masyarakat maju yang mampu mengantarkan
manusia manusia berdarmaisata kelur angkasa, pada azaznya senantiasa menerapkan
gabungan corak berpikir sitemik. Ada 3 cara berpikir sistemik yaitu:
1) Berpikir
sistem masukan-keluaran
Corak berpikir
yang mengikuti sistem masukan-keluaran sangatlah umum, masukan akan diproses
menjdi keluaran. Masukan yang akan diproses dikelompkkan mejadi tiga yaitu
bahan mentah, alat dan keadaan lingkungan. Keluaran yang dihasilkan umumnya
dikelompokkan menjadi dua yaitu keluaran tunggal dan keluaran jamak.
Berdasarkan jenis perlakuan terhadap proses dikenal dua corak berpikir sistem
masukan-keluaran yaitu sistem kotak gelap ketika proses dianggap sempurna dan
tidak perlu diurai dan kotak terbuka
ketika proses dianggap perlu untuk diurai untuk disempurnakan.
2) Berpikir
sistem umpan balik
Corak berpikir
sistem umpan balik adalah penyempurnaan terhadap corak berpikir kotak terbuka
dalam sistem masukan-keluaran. Penyempurnaannya adalah pada proses umpan balik
untuk menjamin kemantapan sisitem. Unsur-unsur sistem ini adalah:
i.
Masukan yang
diproses umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masukan bahan mentah, alat,
dan keadaan lingkungan
ii. Keluaran
yang dihasilkan umumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu, keluaran tunggal dan
keluaran jamak
iii. Kinerja
dari sistem umumnya dicerminkan oleh informasi dari nilai keluaran yang selalu
dipantau
iv. Rujukan
kinerja sistem sebagai acuan yang selalu dituju
v. Kesenjangan
antara rujukan dengan kenyataan kinerja sistem yang selalu diamati
vi. Kebijakan
berdasarkan analisis untuk menjamin kemantapan sistem apabila sistem gagal
bekerja secara mandiri yaitu kebijakan mengisi kembali kesenjangan kinerja.
Apabila sistem bekerja dengan baik memperbaiki sendiri kesenjangna kinerja,
maka tidak diperlukan campur tangan kebijakan. Sistem ini juga disebut sistem
kendali mandiri.
3) Berpikir
sistem umpan balik adaptif
Penerapan corak sistem umpan balik
adaptif adalah sistem umpan balik yang menanggapi lingkungan. Sistem ini dapat
menjelaskan mengapa dan bagaimana sistem dalam jangka panjang dapat goyah dan
ambruk, baik akibat gagal menanggapi penolakan dari lingkungan maupun akibat
pengaruh lingkungan yang mendadak berubah menekan sistem.
Pertama, jika
sistem goyah dan ambruk akibat keluaran yang dihasilkan mendadak ditolak oleh
lingkungan maka itu berarti kegagalan sistem terjadi akibat kurang perkiraan
terhadap dampak jangka panjang dari keluaran. Kedua, jika sistem goyah dan
ambruk akibat pengaruh lingkungan yang mendadak berubah menekan sistem, artinya
kagagalan sistem terjadi karena lemah ketahanan sistem menghadapi tekanan
perubahan lingkungan.
Jadi, berpikir
sistemik pada dasarnya adalah alat bantu untuk penyederhanaan kerumitan
sehingga kerumitan dapat ditangani. Membuat penyederhanan adalah membuat sketsa
dari suatu benda yang rumit tanpa kehilangan wujud keseluruhan dari gambar
sesungguhnya.[17]
IV. Berpikir
Sistemik dalam Pembelajaran
Berpikir sistem
berarti berpikir terhadap suatu objek secara utuh, keberhasilan atau kegagalan
lebih disebabkan oleh banyak elemen atau faktor.Menghilangkan salah satu elemen
berarti menghambat percepatan untuk mencapai kualitas sebuah produk.
Berpikir sistem dapat juga disamakan dengan berpikir
logis.Pola berpikir logis ini sering ditunjukkan dalam bentuk model
pembelajaran. Menurut Kaufman model berpikir sistem yang diambil dari manajemen
pendidikan dapat dirumuskan sebagai proses enam tahap yang meliputi:
1.
Identifikasi prioritas kebutuhan dan masalah yang
berkaitan.
2.
Menentukan persyaratan untuk memecahkan persoalan
serta identifikasi alternatif pemecahan yang mungkin dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu.
3.
Pemikiran alternatif atau penentuan strategi pemecahan
berdasarkan alternatif yang dimungkinkan.
4.
Pelaksanaan strategi yang dipilih, termasuk manajemen
dan kontrol atas strategi tersebut.
5.
Penilaian keefektifan hasil karya berdasarkan
kebutuhan dan persyaratan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
6.
Penyempurnaan satu atau keseluruhan langkah dimuka
umtuk menjamin bahwa sistem pendidikan itu bersifat responsif, efektif, dan
efisien.
Keenam
tahapan tersebut dapat dijadikan landasan dalam menyelesaikan atau memecahkan
permasalahan yang ada dalam proses pendidikan juga dapat diaplikasikan dalam
proses pembelajaran.[18]
Banyak para ahli pendidikan mengatakan bahwa
pendidikan adalah merupakan sistem tebuka (open
system ). Artinya proses pendidikan sangat ditentukan oleh perkembangan
atau dinamika perkembangan dari luar pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan
harus mampu merespon perkembangan dan dinamika yang ada diluar pendidikan misalnya
dinamika budaya, sosial, tekhnologi dan politik.
Inti pendidikan adalah pembelajaran, dengan demikian
pembelajaran juga merupakan sebuah sistem terbuka yang dipengaruhi oleh sesuatu
yang ada diluar pembelajaran, seperti ideologi guru, kompetensi guru,
kualifikasi personal siswa, kelengkapan sarana, kebijakan politik dan
tekhnologi informasi. Berdasarkan asumsi ini maka sistem dalam pembelajaran
perlu didesain secara utuh dan komprehensif agar proses pembelajaran
benar-benar sesuai idealisme yaitu mampu memberdayakan potensi siswa sehingga
menjadi manusia yang utuh baik dalam aspek kognitif (kualitas intelektual),
affektif (kualitas kepribadian), kualitas psikomotorik (ketrampilan otot atau
mekanik).[19]
Berpikir
sistemik dalam pembelajaran adalah proses berpikir yang didasarkan pada masalah
pembelajaran sebagai suatu keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula
bagian-bagiannya. Ciri utama pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi
yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman,
alat, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan
ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen
sistem pembelajaran itu sendiri. Dimana dalam pembelajaran akan terdapat
komponen-komponen sebagai berikut : tujuan, bahan/materi, strategi, media, dan
evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu sistem, pembelajaran akan dipengaruhi oleh
beberapa unsur yang membentuknya. Beberapa unsur yang dapat mempengaruhi
kegiatan proses pembelajaran diantaranya guru, siswa, sarana, alat dan media,
dan lingkungan. Manfaat berpikir sistemik dalam pembelajaran diantaranya
sebagai berikut: dengan berpikir sistemik dalam pembelajaran maka arah dan
tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas, menuntun guru pada kegiatan
yang sistematis, dengan berpikir sistemik dalam pembelajaran, kita akan
diarahkan untuk melihat suatu permasalahan sebagai bagian dari suatu sistem
secara luas dan bukan sebagai suatu bagian spesifik yang terpisah.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Kamus Besar mendefinisikan bahwa pendidikan
berasal dari kata “didik”, yang mendapat awalan kata me- sehingga menjadi
mendidik artinya memelihara dan memberi latihan.Dalam memelihara dan member latihan diperlukan ajaran,
tuntutan dan pimpinaan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menutut bahasa
yunani, pendidikan berasal dari kata pedagogic yang terdiri atas paid yang
artinya anak dan agogos yang artinya membimbing, sehingga pedagoik dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak.
Di
Indonesia permintaan masyarakat terhadap pendidikan dilakuakan dengan melakukan progam perluasan dan
pemerataan kesempatan belajar. Proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan
efisien dan efektif jika ditunjang oleh masukan instrumental berupa tenaga
didik, ruang belajar, dan juga diperlukan buku pelajaran bagi tenaga didik dan
peserta didik. Penduduk merupakan sasaran kegiatan pendidikan, baik orang per
orang maupun sebagai kelompok. Oleh karena itu, aspek-aspek kependudukan,
dinamika kependudukan dan masalah-masalah kependudukan sangat berpengaruh
terhadap kegiatan sistem pendidikan, seperti tingkat pertumbuhan, penyebaran
penduduk, program transmigrasi, program keluarga berencana, dan angkatan kerja.
Berpikir
sistemik pada dasarnya adalah alat bantu untuk penyederhanaan kerumitan
sehingga kerumitan dapat ditangani. Membuat penyederhanan adalah membuat sketsa
dari suatu benda yang rumit tanpa kehilangan wujud keseluruhan dari gambar
sesungguhnya.
Berpikir
sistemik dalam pembelajaran adalah proses berpikir yang didasarkan pada masalah
pembelajaran sebagai suatu keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula
bagian-bagiannya. Ciri utama pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi
yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman,
alat, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan
ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen
sistem pembelajaran itu sendiri. Dimana dalam pembelajaran akan terdapat
komponen-komponen sebagai berikut : tujuan, bahan/materi, strategi, media, dan
evaluasi pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrakhman
Gintings, Esensi Praktis Belajar dan
Pembelajaran, Humaniora,
Bandung:2008
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta:
1980
Endang
Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan
Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta:
2000
Erman Aminullah, Berpikir Sistemik, PPM, Jakarta, 2004
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT Bumi
Aksara, Jakarta: 2006
Heri
Kurniawan, Kurikulum dan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung : 2012
Kahar Utsman, Perancanaan Pendidikan, PPSB STAIN
KUDUS, Kudus: 2008
M.
Saekhan Muchith, Pembelajaran
Kontekstual, Rasail Media Group, Semarang: 2008
Oemar
Hamalik, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004
Sarbini, Perencanaan Pendidikan, CV. Pustaka
Setia, Bandung:2011
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrakhman
Gintings, Esensi Praktis Belajar dan
Pembelajaran, Humaniora,
Bandung:2008.
Bimo
Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi,
Yogyakarta: 1980.
Endang
Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan
Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta:
2000
Erman
Aminullah, Berpikir Sistemik, PPM,
Jakarta, 2004
Hamzah
B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, PT
Bumi Aksara, Jakarta: 2006
Heri
Kurniawan, Kurikulum dan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung : 2012
Kahar
Utsman, Perancanaan Pendidikan, PPSB
STAIN KUDUS, Kudus: 2008
M.
Saekhan Muchith, Pembelajaran
Kontekstual, RaSail Media Group, Semarang: 2008
Oemar
Hamalik, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004
Sarbini,
Perencanaan Pendidikan, CV. Pustaka Setia,
Bandung:2011
[1]Heri
Kurniawan, Kurikulum dan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung :2012, hal. 108-109
[6]Endang
Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan
Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta:
2000, hal. 17-20
[7]Kahar
Utsman, Perancanaan Pendidikan, PPSB
STAIN KUDUS, Kudus: 2008, hal. 43-53
[10]Oemar
Hamalik, Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT Bumi Aksara, Jakarta:2004, hal. 4
[11]Erman
Aminullah, Berpikir Sistemik, PPM,
Jakarta, 2004, hal. 22-26
Comments
Post a Comment