PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA DAN KEHIDUPAN UMAT ISLAM MASA KINI
PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA DAN KEHIDUPAN
UMAT ISLAM MASA KINI
MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Peradapan Islam
Dosen pengampu:
Muhammad Miftah, M.Pd.I
Disusun oleh kelompok 7:
1.
Intan Wakhidah (1310110040)
2. Sulfiana Mufidah (1310110068)
3.
Siti Khomsun (1310110072)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai
pelayar-pelayar handal yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad
masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antar kepulauan Indonesia
dengan daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, trutama
karena hasil yang dijual di sana menarik pada pedagang dan menjadi lintasan
penting antara Cina dan India.
Masuknya islam di daerah-daerah Indonesia tidak dalam waktu
bersamaan. Pada abad ke-7 sampai ke-10 M. kerajaan Sriwijaya meluaskan
kekuasaannya sampai ke Malaka dan Kedah. Hingga sampai akhir abad ke-12 M
perekonomian Sriwijaya mulai melemah. Keadaan seperti ini dimanfaatkan Malaka
untuk melepaskan diri dari Sriwijaya hingga beberapa abad kemudian wilayah
Nusantara dan pada abad ke-11 islam sudah masuk di pulai Jawa.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana Perkembangan Islam di Jawa?
2.
Bagaimana Kehidupan Umat Islam di Jawa Masa Kini?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Awal Datangnya Islam di Jawa
Islam untuk pertama kali masuk di Jawa pada abad 14 M, (tahun 1399
M).[1] Kebayakan
pedagang muslim di Kerala yang berasal dari teluk Persia mereka menganut madzab
Syafi’i. sedang Kerala sendiri berfungsi sebagai persinggahan para pedagang
Sumatera, Melayu, dan Cina. Kekuatan hubungan dagang dan hukum ini menunjukkan
Kerala merupakan salah satu sumber islamisasi di Jawa dan bagian Indonesia. Kesamaan
arsitekstur masjid kian memperkokoh posisi. Di Kerala banyak masjid yang
terbuat dari kayu dn bata merah mempunyai atap bersusun tiga. Masjid agung
Demak sebagai masjid tertua di Jawa memiliki pola ini. Organisasi keagamaan
masyarakat Kerala dan santri Jawa tradisional sangat mirip yaitu berorientasi
pada ulama. Keadaan ini terjadi sekitar abad ke-13, yaitu kota Baghdad hancur
digempur oleh pasuka Tartar dan Mongol, jalan lintas perdagangan antara Barat
dan Timur beralih ke Gujarat. Demikian juga kapal dagang masyarakat Indonesia berduyun-duyun
berlabuh di kota Gujarat. Dengan hubungan dagang ini banyak masyarakat kecil
masuk masuk agama Islam seperti para anak kapal (juragan dan kelasinya).
Pemusatannya di daerah pelabuhan seperti Jepara, Tuban serta Gresik yang sejak
Prabu Erlangga bertahata (1019-1041 M) telah dibuka hubungan dagang dengan
dengan bangsa asing.
Melihat makam-makam muslim yang ada di Gresik yaitu makam wanita
muslimah Fathimah binti Maimun, nisan yang berangka tahun 475 H (1082 M), serta
makam ulama Persia Malik Ibrahim, nisan yang berangka thun 882 H (1419 M)
menjadi tanda bukti bahwa waktu itu rakyat jelata Gresik banyak menganut agama
islam. Jadi pada waktu zaman Prabu Kertawijaya (1447 M) para bangsawan dan
punggawa telah ada yang menganut agama islam. Ini dikarenakan berita tentang
kejayaan agama islam di wilayah Timur, di Persia, Afganistan, Pakistan di India
sungai Gangga sampai Benggala. Di tanah Aceh dan malaka dapat tersebar dengan
cepat di kota pelabuhan jawa.[2]
B.
Kehidupan Islam di Jawa pada abad ke-15 dan abad ke-16
Kesusteraan Jawa abad ke-17 dan 18 mengemnal banyak cerita
tradisioanl mengenai para wali yaitu orang-orang saleh yang diduga telah
menyebarkan agama islam di Jawa. Dikisahkan kehidupan, mukjizat, dan keyakinan
mereka di bidang mistik dan teologi. Wli ini disenut “wali sembailan”. Wali
dijawab berpusat di masjid keramat di Demak yang didirikan bersama. Di situlah
mereka adakan pertemuan untuk bertukar pikiran tentang mistik. Mereka memegang
peranan penting dalam sejarah politik jawa pada abad ke-16 dan abad ke-17.
Mereka telah menjadi pemuka-pemuka agama. Dalam perkembangannya Wali Sembilan
ini dibagi dua aliran:
1.
Aliran Tuban dipimpin oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan
Muria, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Para ulama ini ahli dalam bidang kenegaraan.
Pengembangan gerakan islam hendak dilebur dijadikan gerakan rakyat yang
berjuang bersama Empu Supa yang mencita-citakan Negara nasional nusantara.
Penerapan agama islam diselaraskan adat, tata cara serta kepercayaan penduduk
asli. Karena tidak begitu keras dalam menerapkan peribadatan kelompok ini
sering disebut kelompok abangan.
2.
Aliran Giri dipimpin oleh Sunan Giri, Sunan Ampel dan Sunan
Derajat. Ketiga ulama ini golongan ortodok. Kelompok keras dalam penerapan
peribatan , maka disebut kelompok mutihan.
Inilah yang
menjadi asal mula timbulnya islam abangan dan mutihan. Untungnya
perpecahan ini tidak menjadi perpecahan karena kemudian memperoleh persatuan
yaitu unan Giri diangkat menjadi pimpinan para ulama (mufti) diserahi memegang
pimpinan islam jawa dan diberi julukan Prabu Satmata dan soal kebijakan
kenegaraan diserahkan oleh Sunan Kalijaga dan kawan. Maka kemudian dibangunlah
masjid Demak yang bertujuan untuk membentuk lembaga islam yang tangguh atau
yang diberkahi (keramat).
C.
Saluran Islamisasi di Jawa
1.
Melalui padagang muslim dari Arab, Persia dan India
Ini menjadikan
Majapahit, pemilik kapal, dan banyak bupati masuk islam. Namun karena faktor
hubungan ekonomi dengan pedagang muslim dan perkembangan selanjutnya mereka mengambil
perdagangan dan kekuasaan di tempat tinggalnya.
2.
Saluran Tasawuf
Tasawuf yang
diajarkan memiliki persaman dengan aliran pikiran penduduk pribumi yang
sebelumnya menganut agama hindu.
3.
Saluran Pendidikan
Ini dilakukan
baik melalui pesantren maupun pondok yang diselenggarakan guru-guru agama,
kyai-kyai dan ulama.
4.
Saluran Politik
Di jawa demi
menambah orang yang memeluk agama islam, banyak kerajaan islam yang memerangi
kerajaan lain.
5.
Saluran Kesenian
Saluran yang
paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Sebagian diambil dari Mahabarata dan
Ramayana karena wayang sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan orang jawa.
Karena di dalamnya terdapat unsur hiburan
dan tuntunan, dan ini diperlihatkan orang jawa meniati untuk menyediakan
tempat khusus untuk pagelaran wayang.
6.
Saluran Pernikahan
Jika pedagang
luar cukup lama tinggal di suatu tempat, sering terjalin hubungan perkawinan antara orang asing yang
dihormati serta berguna itu, dengan puteri atau saudara perempuan setempat.
D.
Peran Walisanga dalam Penyebaran dan Perkembangan Islam di Pulau
Jawa
1.
Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
Syekh
Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki, beliau adalah seorang ahli tata
Negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404
M. jauh sebelum beliau datang islam sudah ada walaupun sedikit dibuktikan
dengan makam fathimah binti Maimun yang nisannya bertuliskan tahun 1082 M.
beliau langsung memeperkenalkan kemuliaan dan ketinggian akhlak yang diajarkan
oleh agama Islam. Beliau lansung member contoh sendiri dalam bermasyarakat,
tutur bahasa yang sopan, lemah lembut, santun kepad fakir miskin, hormat kepada
orang tua dan menyayangi kaum muda. Dengan cara demikian banyak orang jawa yang
mulai tertarik pada agama islam dan akhirnya mereka menganut agama islam.
Di
kalangan rakyat jelata Sunan Gresik atau yang disebut kakek Bantal sangat
terkenal terutama kasta rendah yang selalu ditindas oleh kasta yang lebih
tinggi. Maka ketika Sunan Gresik menerangkan kedudukan seseorang dalam islam,
oarng dari kasta sudra dan Waisa tertarik. Sunan Gresik menjelaskan bahwa dalam
islam kedudukan semua orang adlah sama derajatnya hanya orang beriman dan
bertakwa tinggi kedudukannya di sisi Allah. Dan untuk memepersiapkan kader umat
yang nantinya dapat menyebarkan agama islam, beliau mendirikan pesantren yang
merupakan perguruan islam, tempat mendidik dan mengembleng para santri sebagai
calon mubaligh.
Syekh
Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Gresik, beliau tidak hanya membimbing umat
untuk mengenal dan mendalami agama islam, tapi juga meberikan pengarahan agar
tingkat kehidupan rakyat Gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan
mengalirkan air ddari gunung untuk mengairi sawah dan ladang.
Syekh
Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419 M , hari senin, 12 Rabiul Awal 822 Hdan
dimakamkan di Gresik.
2.
Raden Rahmad (Sunan Ampel)
Raden
Rahmad Ali Rahmatullah adalah cucu raja cempa, ayahnya bernama Ibrahim Asmaira
Kandi yang menikah dengan putrid raja cempa yang bermana Dewi Candra Wulan.
raden Rahmad ke tanah Jawa langsung ke Majapahit karena bibinya Dewi Dwar Wati
diperistri Raja Brawijaya, dan istri yang paling disukainya. raden Rahmad
berhenti di Tuban, di tempat itu beliau berkenalan dengan dua tokoh masyarakat
yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, yang kemudian bersama kedua orang
bersama keluarganya masuk islam. Dengan adanya dua orang ini Raden Rahmad
semakin mudah mengadakan pendekatan
kepada masyarakat sekitarnya. Beliau tidak langsung melarang mereka yang masih
menganut adat istiadat lama, tapi sedikit demi sedikit tentang ajaran
ketauhidan. Beliau menetap di Ampel Denta dan kemudian disebut Sunan Ampel.
Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat putra bangsa dan pengeran
Majapahit serta siapa saja yang mau berguru kepadanya. Dan beliau wafat pada tahun
1478 M. Dimakamkan di selah masjid Ampel.
3.
Syekh Maulana Ishak (sunan giri)
Di
awal abad ke 14 keragaan Blambangan diperintah oleh prabu Menak Semboyo, salah
seorang keturunan Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit. Raja dan rakyatnya
memeluk agama hindu dan sebagian yang memeluk budha.
Pada
waktu itu kerajaan Blambangan sedang dilanda wabah penyakit, banyak yang
meninggal. Banyak korban berjatuhan dan puteri prabu juga terserang penyakit
beberapa bulan. Banyak Tabid dan Dukun mengobati tapi sang puteri belum sembuh
juga. Lalu Prabu Menak mengutus patih bajul senggoro ke gunung gresik. Patih
Bajul senggoro dapat bertemu dengan syekh maulana ishak yang sedang bertafakur
di sebuah goa. Setelah terjadi negosiasi bahwa raja dan rakyat mau di ajak
masuk islam maka syekh Maulana Ishak bersedia datang ke Blambangan. Memang
beliau pandai dalam pengobatan, puteri Dewi Sekar Dadu sembuh setelah diobati
dan wabah penyakit lenyap dari wilayah Blambangan. Sesuai janji sunan giri di
kawinkan dengan puteri Dewi Sekar Dadu dan diberi keuasaan sebagai adipati
Blambangan. Setelah banyak sekali orang yang berobat dan belajar agama islam.
Kemudian beliau pindah ke singapura dan wafat disana.
4.
Sunan Bonang
Nama
aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau putra sunan ampel. Sunan boning
sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid.
Sekembali
dari Persia untuk berguru kepada Syekh Maulana Ishak ke tanah jawa, beliau
berdakwah di daerah Tuban. Cara berdakwah cukup unik dan bijaksana, beliau
menciptakan gending dan tembang yang disebut bonagisukai rakyat. Dan beiau ahli
dalam membunyikan gending yang disebut bonang, sehingga rakyat Tuban dapat
diambil hatinya untuk masuk masjid.
Beliau
membunyikan bonang rakyat yang mendengar seperti terhipnotis terus melangkah ke
massjid karena ingin mendengar langsung dari dekat. Dengan cara ini sedikit
demi sedikkit dapat merebut simpati rakyat, lalu menanamkan pengertian
sebenarnya tentang islam.
5.
Sunan Drajad
Nama
aslinya adalah Raden Qasim, beliau adalah putra sunan ampel dari Dewi
candrawati. Beliau berdakwah di daerah drajad sehingga dikenal dengan sunan
drajad. Cara menyebarkan agama islam dilakukan dengan cara menabuh seperangkat
gamelan, gending dan tembang mocopat setelah itu baru diberi ceramah islam. Dan
beliau mendirikan pesantren untuk menyiarkan islam. Beliau wafat pada tahun
1462 M. Dan dimakamkan di deda drajad kecamatan paciran kabupaten lamongan.
6.
Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau putra Raden Sahur Putera
Temanggung Wilatikta Adipati Tuban. Raden sahid sebenarnya anak muda yang patuh
dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan
sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan dari
gudang kadipaten dan bagikan kepada rakyatnya tapi ketahuan ayahnya, hingga di
hukum yaitu tangannya dicambuk 100 kali sampai banyak darahnya dan di usir.
Setelah diusir ia
bertemu orang berjubah putih, dia adalah sunan bonang. Lalu raden sahid
diangkat menjadi murid. Lalu disuhnya menunggui tongkatnya di depan kali sampai
bebulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka redden sahid disebut sunan
kalijaga.
Beliau dikenal sebagai
seorang yang dapat berbaur dengan segala lapisan masyarakat . Beliau adalah
mubaligh keliling dengan memanfaatkan kesenian rakyat yang ada beliau dapat
mengumpulkan rakyat untuk kemudian diajak mengenal agama islam. Beliau adalah
penabuh gamelan, dalang, menciptakan tembang yang ahli. Kesemuanya itu untuk
kepentingan dakwah dan beliau tidak secara langsung menentang adat istiadat,
agar mereka tidak lari dari islam dan enggan mempelajari islam.
7.
Sunan Kudus
Menurut salah
satu sumber beliau adalah putera Raden Ustman yang bergelar Sunan Nguudang dari
jipang panolan. Nama aslinya Raden Ja’far Shodiq. Cara-cara berdakwah sunan
kudus adalah sebagai berikut:
a.
Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan:
-
Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah.
-
Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama
islam
-
Tut wuri handayani
b.
Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena
dalam agama hindu adalah binatang suci dan keramat.
c.
Merangkul masyarakat budha setelah masjid, terus sunan kudus
mendirikan padasan tempat wudhu dengan pancuran yang berjumlah delapan. Diatas
pancuran diberi arca kepala kebo gumarang diatasnya hal ini disesuaikan dengan
ajaran budha “jalan berlipat delapan atau asta sunghika marga”.
d.
Selamatan mitoni biasanya sebelum acara selamatan membacakan
sejarah nabi.
8.
Sunan Muria
Beliau
adalah putera dari sunan kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar
Said dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat
mengambil ikan tidak sampai keruh airnya. Itulah cara yang digunakan disekitar
gunung muria dalam menyebarkan agama islam. Sasaran dakwah beliau adalah para
pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang
mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pula
lah yang menciptakan tembang sinom. Beliau banyak mengisi tradisi jawa dengan
nuansa islami seperti nelung dino, mitung dino, nyatis dino dan sebagainya.
9.
Sunan Gunung Jati
Orang
sepakat bahwa penyebar agama islam di jawa barat terutama Cirebon adalah sunan
gunung jati yang aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Di Mekkah, Syarifah Mudain
melainkan anak pertamanya yaiyu anak laki-laki yang kemudian deberi nama Syarif
Hidayatullah.
Setelah
selesai menuntut ilmu pada tahun 1470 M. Dia berangkat ke tanah jawa untuk
mengamalkan ilmunya. Disana beliau bersama ibunya disambut gembira oleh
pangeran Cakra Buana. Syarifah Mudain minta agar diizinkan tinggal di
pasumbangan gunung jati dan disana mereka membangun pesantren untuk meneruskan
usahanya Syekh Datuk Latif gurunya pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif
Hidayatullah dipanggil sunan Gunung Jati. Lalu ia dinikahkan dengan putrid
Cakra Buana Nyi PAkung Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran Cakra Buana
pada tahun 1479 M. Dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah islam
dilakukan melalui diplomasi dengan kerajaan lain.
Comments
Post a Comment