karakter islam menurut kepribadian Nabi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangAgama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat maupun sebagai makhluk dunia. Termasuk di dalamnya masalah kepemmpinan. Kepemimpinan dalam Islam pada dasarnya aktivitas menuntun, memotivasi, membimbing, dan mengarahkan agar manusia beriman kepada Allah Swt, dengan tidak hanya mengerjakan perbuatan atau bertingkah laku yang diridhai Allah Swt. Islam sangat cermat dalam menetapkan pemimpin yang akan menjadi teladan yaitu menyuburkan dan membangun kepribadian Muslim. Salah seorang pemimpin yang memenuhi kualitas seperti itu, bagi seluruh umat Islam adalah Nabi Muhammad Saw. Pengangkatan beliau sebagai Rasul Allah Swt itu selain untuk memimpin umat manusia adalah juga untuk seluruh alam.
Kepribadian yang sempurna yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul Allah, sebagai kepribadian yang terpuji dan sempurna, terkenal dengan sebutan sifat-sifat wajib bagi Rasul Allah yang meliputi shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Nabi Muhammad Saw merupakan pintu utama bagi setiap hamba yang ingin membangun kepribadian rabbani tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat-sifat Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam?
2. Bagaimana implementasi nilai-nilai sifat wajib Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam ?
3. Apa keutamaan mengikuti dan meniru Nabi Muhammad Saw ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sifat-sifat wajib Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam
Dalam Islam, suri tauladan yang paling sempurna terdapat pada diri Nabi Muhammad Saw, seorang yang mempunyai sifat-sifat yang yang selalu terjaga dan dijaga oleh Rasulullah Saw. Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi Muhammad Saw juga terdapat pada diri rasul-rasul lain sebagai penyeru umat. Sifat yang dimaksud dikenal dengan sebutan sifat wajib Rasul.
Sifat wajib Rasul merupakan karakter Nabi Muhmmad Saw dalam menjalankan tugasnya sebagi pemimpin umat. Secara rinci sifat-sifat tersebut, yaitu :
1. Shidiq (Benar)
Shiddiq adalah hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan diri dari sikap dusta atau tidak jujur terhadap Tuhannya, dirinya sendiri, maupun orang lain.
Nabi Muhammad Saw mempunyai banyak sifat yang membuatnya disukai oleh setiap orang yang berhubungan dengannya dan yang membuatnya menjadi pujaan para pengikutnya. Sewaktu muda, semua orang Quraisy menamakannya “shidiq” dan “amin”. Beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua orang termasuk para pemimpin Mekkah. Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara yang demikian memikat dan menonjol sehingga siapa pun yang pergi kepadanya pasti akan kembali dengan keyakinan, ketulusan dan kejujuran pesannya. Hal ini dikarenakan, Nabi Muhammad Saw hanya mengikuti apa yang diwahyukan pada beliau. Dalam kepemimpinan berarti semua keputusan, perintah dan larangan beliau, agar orang lain berbuat atau meninggalkannya pasti benar karena Nabi bermaksud mewujudkan kebenaran dari Allah Swt.
Peranannya sebagai seorang Rasul dan pemimpin telah diberikan oleh Allah sebuah kitab sebagai penguat misinya itu. Nabi Muhammad Saw teladan umat telah ditonjolkan oleh Allah sebagai manusia pilihan, oleh karena itu sunnahnya, cara hidupnya menjadi satu-satunya perilaku yang sah bagi kaum muslim. Sebagaimana sabda Nabi Saw
فمنْ اقْتدى بي فهو منّي ومنْ رغب عنْ سنّتي فليْس منّي
“Siapa yang mengikuti jejakku maka ia termasuk golonganku. Dan barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” Sebab Nabi Muhammad Saw adalah benar-benar sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran, seorang uswatun hasanah (teladan yang baik).
2. Amanah (Dapat dipercaya)
Yaitu segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah SWT, atau sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki kemampuan untuk mengembannya. Arti sesungguhnya dari penyerahan amanah kepada manusia adalah Allah SWT percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah tersebut sesuai dengan keinginan Allah SWT.
Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana karakter yang dimiliki Rasul yaitu sifat dapat dipercaya. Beliau jauh sebelum menjadi Rasul pun sudah dibeli gelar al-Amin (yang dapat dipercaya). Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab pada amanah, tugas, dan kepercayaan yang diberikan Allah Swt. Yang dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan kepada Rasulullah Saw meliputi segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun agama.
Firman Allah yang yang berbicara tentang amanah yang emban oleh setiap manusia terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 72
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh”.
Berdasarkan ayat di atas menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt walau sekecil apapun. Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad Saw memberi bukti bahwa beliau adalah orang yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan sesuatu yang harus disampaikan.
Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad Saw begitu kuatnya, hingga apapun yang dilakukannya hanyalah semata-mata berasal dari perintah Allah untuk umatnya. Kemiskinan yang beliau alami adalah sebagai bukti bahwa beliau benar-benar hanya memikirkan tugasnya untuk memimpin umatnya. Beliau tidak pernah takut kemiskinan, karena semenjak menjadi Rasul keseluruhan hidupnya hanya untuk menyebarkan syiar Islam yang telah menjadi amanahnya.
Nabi Muhammad Saw sang penyampai ajaran-ajaran Al-Quran merupakan amanah bagi umatnya. Dari peristiwa ini dapat digaris bawahi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang pemimpin yang bertugas membimbing dan mengarahkan manusia ke jalan yang benar.
3. Tabligh (Menyampaikan)
Dalam makna bahasa, tabligh berati menyampaikan sedangkan dalam makna istilah adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah Swt kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Isi yang utama dan pokok aktivitas tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar (perintah untuk mengerjakan yang baik dan larangan untuk mengerjakan perbuatan yang keji) serta mengajak beriman kepada Allah SWT.
Panggilan menjadi Rasul bagi Nabi Muhammad Saw ketika berusia 40 tahun adalah bukti bahwa beliau seorang penyampai risalah Tuhan. Kunjungan Malaikat Jibril yang memerintahkan beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata juga merupakan pemberitahuan pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul Allah. Tidak ada surat keputusan atau simbol lain yang dapat beliau tunjukan, sebagai bukti kerasulan. Wahyu pertama yang turun pada tanggal 17 Ramadhan, yakni surat Al-Alaq 1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi utusan beliau menjadi utusan Allah, dengan tugas menyeru, mengajak dan memperingatkan manusia agar hanya menyembah kepada Allah Swt.
Berkaitan dengan kerasulan dan tugas pokok beliau, dijelaskan dalam firman Allah Swt surat Al-A’raf ayat 158
“Katankanlah hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitabnya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”
Satu istilah yang disanding Nabi Muhammad Saw pemberian Allah yaitu mundhir (pemberi peringatan) (surat Al-Naaziat:45) diutusnya Nabi Muhammad Saw sebagai orang yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat, memperbaiki dan mempersiapkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Predikat mundhir yang disandang menuntut beliau untuk dapat memimpin umatnya serta bertugas untuk menyampaikan (tabligh) risalah kepada manusia. Tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakinkan bahwa Allah telah mengutus beberapa Rasul dari golongan manusia untuk menyampaikan pelajaran kepada umatnya dan apa saja yang diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya serta menjelaskan hukum-hukum yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan yang mulia dan sifat-sifat yang dituntut bagi mereka untuk mengerjakan.
Uraian di atas semakin jelas bahwa Nabi Muhammad Saw diutus dan diangkat menjadi pemimpin manusia oleh Allah Swt. Melebihi pemimpin-pemimpin yang telah ada seperti halnya Nabi-nabi yang terdahulu. Tugas menyampaikan wahyu adalah karakteristik beliau yang memiliki sifat tabligh (menyampaikan). Sunnah Rasulullah Saw bukanlah sesuatu yng dikarang-karang atau diadakan, tetapi murni sebagai pancaran isi kandungan Al-Quran yang merupakan kepribadian beliau. Oleh karenanya sunnah Rasulullah yang akhirnya terhimpun menjadi hadits, dijadikan sandaran umat Islam yang kedua setelah Al-Quran. Begitulah sifat tabligh Nabi Muhammad Saw yang berarti menyampaikan semua yang berasal dari Allah Swt dalam wujud Al-Quran dan yang berasal dari dirinya sendiri yang disebut hadits dalam menetapkan atau memecahkan setiap persoalan yang dihadapi.
4. Fathonah (Cerdas)
Nabi Muhammad Saw yang mendapat karunia dari Allah dengan memiliki kecakapan luar biasa (geniusgenius abqariyah) dan kepemimpinan yang agung (genius leardership-qiyadah abqariyah) sebagai pahala berganda sepanjang masa, dituduh oleh kaum musyrikin dan musuh-musuh lainnya dengan tuduhan keji, yaitu beliau dikatakan gila.
Kesuksesan Nabi Muhammad Saw sebagai seorang pemimpin umat memang telah dibekali kecerdasan oleh Allah Swt. Kecerdasan ini tidak saja diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah Swt. Kecerdasan dibekalkan juga karena beliau mendapat kepercayaan Allah swt untuk memimpin umat, karena agama Islam diturunkan untuk seluruh manusia dan sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Sesuai dengan kesaksian sejarah, bukti-bukti Al-quran dan berbagai petunjuk yang diambil dari sejarah Islam beliau adalah seorang ummi tidak dapat baca dan tulis, maka dapat dikatakan bahwa pikiran Rasulullah Saw sama sekali tidak pernah tersentuh oleh ajaran manusia. Beliau hanya diajar pada sekolah illahi dan menerima pengetahuan dari Allah sendiri. Oleh karenanya kecerdasan beliau di luar batas manusia biasa bahkan melebihi nabi-nabi yang lain. Kecerdasan beliau merupakan suatu hikmah yang dianugerahkan Allah kepada beliau dengan sifat kearifan yang selalu ditampakkan.
B. Implementasi nilai-nilai sifat wajib Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam
Kandungan akhlak mulia yang melekat pada sifat-sifat para Nabi, khususnya Nabi Muhammad Saw hendaknya dapat menjadi pedoman praktis bagi kaum muslimin dalam berkeyakinan, berfikir, bersikap, berperilaku, berpenampilan, bertindak dan menjadi sumber inspirasi serta refleksi sehingga kepribadian kita semakin kuat menghadapi tantangan di tengah-tengah medan kehidupan. Hal ini baik diterapkan dalam kehidupan individu dengan Tuhannya, individu dengan dirinya sendiri (nurani), individu dengan lingkungan keluarga, individu dengan lingkungan kerja atau organisasi, individu dengan lingkungan sosial atau masyarakat, dan individu dengan lingkungan lingkungan alam semesta.
Dibawah ini bentuk implementasi dari sifat-sifat Rasulullah Saw yaitu
1. Sidhiq
Setiap muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a. Meyakini sepenuh hati bahwa setiap kebohongan, pemalsuan, penipuan merupakan bentuk penghianatan dan kemunafikan yang dapat menjathkan martabat dirinya di hadapan Allah dan merusak reputasinya di hadapan mahkluk-Nya.
b. Melaksanakan tugas-tugas atau tanggung jawabnya sebagai abdullah dan khalifatullah dengan integritas yang tinggi, dan karenanya bersikap tidak mengenal kompromi terhadap segala bentuk kebatilan.
c. Berkeyakinan, berpikir, bersikap, berperilaku, berpenampilan, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran.
d. Berusaha meningkatkan kualitas dirinya untuk menjadi yang terbaik, benar, jujur, profesional, berakhlak mulia, dan bertanggung jawa di tengah-tengah lingkungan agamanya, lingkungan keluarganya, lingkungan kerja/organisasinya, lingkungan sosial/masyarakatnya, dan lingkungan alam semestanya.
2. Amanah
Setiap muslim hendaknya melakukan hal-hal berikut :
a. Menyadari sepenuh hati bahwa hidup itu amanah. Sehingga, dalam setiap aktivitasnya, beribadah, belajar, dan bekerja, ia akan selalu berusaha untuk meningkatakan kualitas pencapaiannya dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
b. Bekerja dengan sikap saling menghormati kapasitas orang lain, partisipatif, dan kooperatif untuk mencapai hasil kerja kelompok yang optimal dan berkualitas.
c. Tidak pernah mengkomersialkan status atau potensi dirinya, pangkat atau jabatannya, serta tidak memanipulasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi dengan dengan cara KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), karea hal itu merupakan penghianatan terhadap amanah Allah.
d. Berteguh hati dan penuh rasa tanggung jawab memelihara agama, kehormatan keluarga, harta dan jiwa, serta kemaslahatan orang banyak yang merupakan amanah pada diri setiap muslim.
3. Tabligh
Setiap muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a. Mempunyai jiwa dan potensi kepemimpinan yang unggul, karismatik, dan menunjukkan keteladanan (uswatun hasanah), sehinggga dirinya menjadi panutan, baik di lingkungan keluarga, agama, kerja/organisasi, maupun dalam pergaulannnya di masyarakat dan alam semesta.
b. Menyadari bahwa dirinya adalah khalifah Allah di permukaan bumi yang senantiasa harus menunjukkan sikap, perilaku, dan tindakan yang sesuai dengan prinsip kepribadian rabbani.
c. Menjadikan proses belajar dan mengajar sebagai upaya meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan. Melalui proses tersebut, dirinya terpanggil untuk senantiasa berbagi ilmu pengetahuan, kiat-kiat sukses, dan pengalaman kepada keluarga, mitra kerja atau organisasi, mitra usaha, dan mitra-mitra lainnya tanpa merasa takut tersaingi.
d. Mampu menghargai pendapat orang lain dan sikap terbuka (open soul, open heart, open minded, open management), menykapi perbedaan pendapat dengan lapang dada, dan berkomunikasi dengan penuh empati, dengan dasar akhlak mulia dan kasih sayang karena Allah Swt.
4. Fathonah
Setiap muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a. Melaksanakan tugas-tugas dengan standar kualitas tinggi sesuai dengan visi dan misi iman, Islam dan ihsan. Hendaknya ia selalu mawas diri dan penuh tanggung jawab.
b. Menyadari sepenuh hati bahwa berdisiplin tinggi dan memetuhi peratuan Allah dan Rasul-Nya merupakan bagian dari sikap dan cara kerja islami. Hal ini akan membangkitkan rasa pengabdian yang tinggi kepada Allah Swt.
c. Berusaha untuk menempatkan diri sebagai bagian dari khairunnas anfa’uhum linnas (sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya), bekerja secara kreatif dan inovatif untuk menemukan dan mengembangkan berbagai bentuk produk, karya dan pelayanan (jasa) yang unggul.
d. Meningkatkan akhlakulkarimah, kecerdasan, skill, dan kemampuannya secara totalitas sebagai upaya untuk menempatkan diri sebagai seorang profesional di bidangnya.
5. Istiqomah
Setiap muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a. Bekerja dengan sikap atau pendirian yang teguh serta optimal, mempunyai daya juang, dan pantang menyerah terhadap segala bentuk tekanan yang dapat memengaruhi pelaksanaan tugas-tugasnya.
b. Bersikap dan bertindak bijaksana dalam mengambil keputusan serta dalam melayani keluarga, mitra kerja, mitra usaha, dan bentuk hubungan lainnya. Ia senantiasa memperhatikan kemaslahatan dan keselamatan bersama.
c. Bekerja dengan niat, iktikad, tujuan, dan maksud yang jelas. Ia berusaha dengan konsisten dan konsekuen serta sungguh-sungguh mencapai target yang hakiki, yakni ridha Allah, cinta Allah, dan perjumpaan dengan-Nya.
d. Berteguh hati untuk melaksanakan visi dan misi agama Islam dengan senantiasa berorientasi pada prestasi kerja, amal dan ibadah.
C. Keutamaan mengikuti dan meniru Nabi Muhammad Saw
Telah menjadi ketentuan bahwa meniru dan mengikuti jejak Rasulullah Saw termasuk perbuatan mulia nan agung, yang menjadikan seorang muslim berhasrat mempraktekan perbuatan mulia tersebut, dapat berharap akan kebaikan dunia dan akhirat. Beretika dengan Rasul Saw merupakan hal yang diwajibkan oleh hukum syariat. Di antara keutamaan mengikuti dan meniru jejak Rasulullah Saw adalah sebagai berikut
1. Mengikuti dan meniru jejak Rasulullah Saw dapat menghantar kepada cinta dan ampunan Allah Swt. Allah berfirman dalam QS Ali Imron ayat 31
“Katankalah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2. Hal itu, dapat menghantarkan kepada rahmat Allah Swt yang sangat luas. Allah Swt berfirman dalam QS Al-A’raaf ayat 156-157
”Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.”
3. Maksud dari firman Allah Swt pada Al-Quran surah Al-Fatihah ayat 7
”(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka;...” Adalah mereka yang mengikuti sunnah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedatangan para Nabi, khususnya Nabi Muhammad Saw adalah dalam rangka mendidik, mengajar, membimbing, dan mengarahkan umat manusia agar kembali ke kepada jalan Tuhannya. Jalan itu adalah jalan menuju revolusi dan tranformasi kedirian dan kepribadian dari hewani ke insani, dan dari insani ke rabbani.
Membentuk kepribadian rabbani artinya memproses diri menyerap nilai-nilai ketuhanan, kenabian dan selanjutnya mengimplementasikannya ke seluruh aspek kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nabi Muhammad Saw merupakan pintu utama bagi setiap hamba yang ingin membangun kepribadian rabbani tersebut.
Meniru dan mengikuti jejak Rasulullah Saw termasuk perbuatan mulia nan agung, yang menjadikan seorang muslim berhasrat mempraktekan perbuatan mulia tersebut, dapat berharap akan kebaikan dunia dan akhirat. Di antara manfaatnya yaitu dapat menghantar kepada cinta dan ampunan Allah Swt, menghantarkan kepada rahmat Allah Swt yang sangat luas, menjamin diterimanya amal perbuatan, menjamin hidayah dari Allah dan termasuk sunnah Nabi.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaannya makalah kami . semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Comments
Post a Comment